Berita

Bangkit dari Defisit, Neraca Dagang RI Mei 2020 Surplus

industri keuangan indonesia

Ajaib.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data neraca perdagangan (Balance of trade/BoT) Indonesia per akhir Mei 2020 surplus US$ 2,09 miliar. Hal ini merupakan sesuatu yang positif karena pada bulan April 2020 neraca dagang mengalami defisit.

“Kalau dilihat terciptanya surplus ini karena ekspor turun 13,40% mom atau 28,95% yoy. Sementara impor turun 32,65% mom atau 42,20% yoy. Dan penurunan ekspor impor tersebut dipengaruhi oleh penurunan komponennya,” kata Suhariyanto, Senin (15/6) via video conference sebagaimana diberitakan oleh Kontan.

Penurunan ekspor yang terjadi disebabkan oleh negara-negara tujuan utama ekspor mengalami perlambatan ekonomi dan bahkan kontraksi. Sementara penuruan impor terindikasi dari pelemahan daya beli akibat penerapan pembatasan pergerakan manusia.

Pentingnya Data Neraca dagang Suatu Negara

Neraca dagang ialah nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor suatu negara dalam periode tertentu, bisa satu bulan atau satu tahun. Neraca dagang merupakan komponen terbesar dalam neraca pembayaran (Balance of Payment/BoP).

Dalam praktiknya, neraca perdagangan mempunyai dua sifat, yaitu positif dan negatif. Suatu negara dikatakan mempunyai neraca perdagangan yang positif apabila negera tersebut lebih banyak melakukan ekspor daripada impor. Hal itu disebut sebagai surplus perdagangan.

Begitu juga sebaliknya, ketika suatu negara lebih banyak mengimpor dari negara lain, maka negara tersebut mempunyai neraca perdagangan yang negatif. Kondisi yang demikian disebut sebagai defisit neraca perdagangan.

Neraca Dagang Januari-Mei 2020 Cetak Surplus

Neraca perdagangan Januari – Mei 2020 mengalami surplus Rp4,31 miliar seiring dengan penurunan impor yang lebih besar dibandingkan ekspor.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan posisi surplus ini cukup baik. Namun, dia mengingatkan surplus ini perlu diwaspadai karena ekspor dan impor sama-sama mengalami penurunan selama Mei 2020.

“Negara tujuan ekspor juga mengalami kontraksi ekonomi, penurunan daya beli dan ini berdampak pada neraca dagang RI,” ungkap Suhariyanto, Senin (15/6/2020).

Indonesia masih mengalami surplus dengan beberapa negara, a.l. AS, India dan Belanda. Sementara itu, perdagangan dengan Thailand, Australia dan China serta Thailand mengalami defisit.

Meskipun, defisit rata-rata dengan negara-negara tersebut mengecil dibandingkan Januari-Mei 2019.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. memperkirakan impor Indonesia akan mengalami penurunan yang lebih dalam dari ekspor.

Hal ini dipicu oleh investasi dan produksi manufaktur dalam negeri yang tersendat di tengah pandemi Covid-19. Dia memperkirakan kondisi ini akan menolong defisit transaksi berjalan tahun ini.

Ini Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dari Neraca Dagang Mei 2020

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2020 mencatat surplus. Salah satunya disebabkan nilai impor yang anjlok lebih dalam dibandingkan nilai ekspornya.

Surplus neraca perdagangan tersebut di satu sisi menjadi kabar baik. Ada harapan transaksi berjalan (current account) akan membaik pada kuartal II-2020. Perbaikan pada pos transaksi berjalan akan membuat nilai tukar rupiah untuk menguat.

Namun di sisi lain, data neraca dagang menimbulkan keraguan. Hal ini dikarenakan nilai ekspor ambles lumayan dalam sehingga prospek akan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 menjadi agak suram.

Dari sisi impor, kontraksi sangat juga terjadi untuk impor bahan baku atau penolong dan barang modal. Pada akhir Mei, impor bahan baku atau penolong terkontraksi -43,03% secara tahunan dan barang modal juga jatuh hingga -40% secara tahunan.

Penurunan pada angka impor bahan baku atau penolong dan barang modal menggambarkan kelesuan proses produksi industri nasional. Ini juga mencerminkan keengganan dunia usaha dalam berekspansi, sehingga investasi sepertinya bakal bernasib sama seperti ekspor.

Artikel Terkait