Saham

Baikkah Memilih Perusahaan yang Banyak Utang?

perusahaan jasa yang terdaftar di bei

Ajaib.co.id – Utang dipandang baik asalkan masih dalam batas wajar. Tapi bagaimana dengan berinvestasi pada perusahaan yang banyak utang? Apakah hal itu baik bagi investor, atau tidak?

Apabila pertanyaan itu diajukan beberapa dekade lalu, maka jawabannya jelas: Tidak baik memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki banyak utang. Tetapi mengingat utang telah menjadi salah satu instrumen yang terintegrasi dengan sistem keuangan dunia saat ini, jawabannya tidak lagi setegas itu.

Hampir tidak ada perusahaan yang tidak berutang. Perusahaan yang menghasilkan laba miliaran dolar pun punya utang. Perusahaan yang menolak mentah-mentah untuk berutang boleh jadi malah akan mengalami kesulitan untuk berkembang.

Meski demikian, ada perbedaan mencolok antara perusahaan yang memiliki “utang baik” dan “utang buruk”. Perbedaan itu antara lain terletak pada jenis utang perusahaan, apa tujuan perusahaan berutang, dan bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utang-utangnya. Beberapa poin ini lah yang perlu diselidiki oleh investor saat memilih perusahaan.

  1. Yang Perlu Diketahui Investor Terkait Utang Perusahaan
  2. Berapa besar rasio utang perusahaan?

Perusahaan masa kini sudah lazim memiliki utang. Tapi utang yang terlalu besar tetaplah tidak baik bagi prospek keuangan masa depannya. Tanggungan utang yang terlalu besar lambat laun akan menghambat operasional perusahaan dan merugikan pemilik saham. Seandainya kelak perusahaan mengalami pailit, pemilik saham merupakan pihak terakhir yang dapat mengklaim pengembalian dananya.

Pertanyaannya, bagaimana cara investor menilai secara objektif apakah utang perusahaan itu terlalu besar atau tidak? Investor umumnya memeriksa data Debt-to-Equity Ratio (DER). Rasio ini membagi utang jangka panjang perusahaan dengan ekuitasnya, sehingga diketahui proporsi ekuitas dan utang yang dipergunakan untuk mendanai aset-asetnya. DER dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan maupun data fundamental yang tersedia pada platform trading saham.

Investor perlu membandingkan DER suatu perusahaan dibandingkan perusahaan lain dalam sektor yang sama. Semakin besar DER-nya, maka rasio utangnya semakin buruk. Kamu sebaiknya memilih perusahaan dengan DER yang relatif rendah.

Perlu dicermati pula bahwa standar DER untuk setiap sektor usaha berbeda-beda. DER yang tinggi bisa jadi lazim pada industri padat modal seperti pabrikan otomotif, tetapi standar DER perusahaan jasa jauh lebih rendah. DER sektor perbankan juga dikenal lebih tinggi dibanding standar DER pada sektor lain.

  • Apa saja tipe utang yang dimiliki oleh perusahaan?

Sebuah perusahaan dapat mencari pinjaman dengan dua cara, yaitu menerbitkan obligasi dan berutang langsung ke bank atau lembaga keuangan lain. Kedua cara ini membawa konsekuensi berbeda bagi keuangan perusahaan.

Obligasi adalah surat utang yang disekuritisasi. Obligasi dijual oleh perusahaan dan dibeli oleh investor. Ketika seorang investor membeli obligasi, maka pada dasarnya ia memberikan pinjaman kepada perusahaan. Ada beragam jenis obligasi dengan jangka waktu pendek (di bawah 1 tahun) hingga sangat panjang (25 tahun atau lebih).

Sedangkan pinjaman bank umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan cash dalam aktivitas harian seperti pembayaran gaji karyawan atau pembelian inventori. Pinjaman bank juga bisa jadi digunakan untuk pendanaan proyek tertentu. Jangka waktu utang tipe ini biasanya lebih singkat daripada obligasi.

Utang jangka pendek dalam jumlah besar merupakan kabar buruk bagi investor, tetapi obligasi jangka panjang yang berbunga terlalu tinggi juga menjadi beban berat bagi perusahaan. Oleh karena itu, cobalah menilai apakah tipe utang perusahaan sesuai dengan proyek dan kemampuannya untuk membayar kembali di kemudian hari.

  • Apa tujuan perusahaan mengambil pinjaman?

Investor biasanya menyambut baik kabar tentang perusahaan yang berutang demi melakukan ekspansi atau merambah lini baru. Tapi investor perlu mewaspadai perusahaan-perusahaan yang berutang demi membayar utang lama mereka. Sampai berapa lama mereka akan terus-menerus menutup utang lama dengan utang baru?

Ingat pepatah “gali lubang, tutup lubang”. Situasi seperti itu bukan hanya bisa terjadi pada orang perorangan, melainkan juga perusahaan-perusahaan besar beraset miliaran. Padahal itu menandakan bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan baik. Lama-kelamaan, beban bunga utang akan membengkak dan menggerogoti profitabilitas perusahaan.

  • Bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utang-utangnya?

Kebanyakan perusahaan akan meninjau kelayakan proyek atau suatu ide baru sebelum menanamkan dana (atau meminjam uang dari pihak luar) untuk mengaplikasikannya. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa tak semua ide akan tereksekusi lancar. Setiap peluncuran produk baru maupun perintisan proyek anyar membawa risiko kegagalan yang setara dengan potensi kesuksesannya.

Kesuksesan atau kegagalan proyek baru tidak dapat dipastikan sejak awal. Oleh karena itu, investor perlu memeriksa apakah arus kas perusahaan mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya sejak awal. Ada baiknya pula memilih perusahaan yang memiliki diversifikasi produk ekstensif.

Kesimpulan

Siapa pun yang memiliki utang harus punya rencana untuk melunasinya. Investor sebaiknya berinvestasi pada perusahaan yang memahami bagaimana mereka akan menunaikan kewajiban-kewajibannya. Krisis keuangan perusahaan sering kali tidak terjadi secara mendadak, melainkan bermula dari beban utang yang semakin lama semakin membengkak.

Ingat-ingatlah petuah investor kawakan Warren Buffett, “Saya tidak suka utang dan tidak suka berinvestasi pada perusahaan yang memiliki terlalu banyak utang, khususnya utang jangka panjang. Dengan utang jangka panjang, kenaikan bunga dapat memengaruhi laba perusahaan secara drastis dan membuat arus kas masa depan lebih sulit diperkirakan.”

Artikel Terkait