Bisnis & Kerja Sampingan

Apa Itu Social Entrepeneur dan Manfaatnya Bagi Masyarakat?

Social Entreprenuer

Ajaib.co.id – Bagi sebagian orang mungkin kata social entrepreneur masih terdengar asing, atau ada juga yang menganggap sama seperti kebanyakan pebisnis lainnya. Social entrepreneurship ini ada untuk membantu menyelesaikan berbagai macam masalah sosial (social issues) yang terjadi di masyarakat.

Mereka ini biasanya terjun langsung ke komunitas-komunitas untuk meninjau langsung apa yang sedang dibutuhkan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, social entrepreneurship hadir untuk menjangkau apa yang tidak dapat disentuh oleh pemerintah dan juga pihak swasta. 

Banyak orang yang ingin menjadi wirausaha. Kebanyakan dari mereka hanya terpacu untuk membuat diri mereka bertambah kaya dan meningkatkan kesejahteraan pribadi.

Namun tahukah kamu? Sesungguhnya, hanya memperkaya diri bukanlah tujuan sebenarnya dari berwirausaha.

Lebih luas dari memperkaya diri, seorang yang berwirausaha harus mampu melihat peluang dan kebutuhan lingkungan sekitarnya. Sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan juga keberlangsungan usaha. 

Maka dari itu, penting bagi kamu untuk mengenal apa itu social entrepreneur sebelum memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha. Karena kesuksesan dalam berbisnis itu harus saling berkaitan satu sama lain, harus ada yang menjadi dasar memulai sebuah bisnis.

Pengertian Social Entrepreneur

Secara harfiahnya, social entrepreneur itu diartikan dalam dua kata yakni social dan entrepreneur. Social artinya mengacu kepada pemberdayaan dan kemasyarakatan, sedangkan entrepreneur adalah wirausaha atau orang yang menjalankan usaha.

Jadi, secara keseluruhan pengertian dari social entrepreneur adalah orang yang mampu memberikan solusi permasalahan sosial yang ada di masyarakat dengan menggunakan metode atau prinsip kewirausahaan.

Sementara social entrepreneurship adalah mengidentifikasi berbagai macam permasalahan yang didapat dalam kegiatan berbisnis guna menciptakan peluang jenis usaha baru dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Jadi, fokusnya wirausaha sosial mengedepankan perubahan sistem, pemberdayaan masyarakat, mengatasi ketidakmerataan, pencegahan kerusakan lingkungan serta kemanusiaan.

Adapun ciri-ciri dari wirausaha sosial ini adalah rela berkorban dan bertindak dengan segera apabila terdapat masalah sosial di lingkungannya. Selain itu mereka memiliki sikap yang inovatif, punya tekad kuat, berani mengambil risiko, dan keinginan untuk membawa perubahan sosial bagi banyak orang.

Hal yang paling penting bagi wirausaha sosial ini adalah kemauan mengevaluasi diri sendiri sebelum melihat permasalahan yang lebih luas.

Apa yang Membuat Seorang Wirausaha Disebut Social Entrepreneur 

Menjadi social entrepreneur atau wirausaha sosial haruslah memiliki kegiatan bisnis. Hal ini sudah jadi hal umum yang perlu disepakati.

Memang tujuan setiap berbisnis adalah memperoleh laba atau keuntungan (earn a profit). Akan tetapi karena tujuan untuk menyelesaikan permasalahan sosial atau lingkungan, maka sudah sepatutnya sebagian besar dari laba yang didapat digunakan untuk mendanai misi tersebut.

Di sisi lain, lembaga-lembaga amal yang biasanya mengandalkan donasi semata tidak dapat dikatakan sebagai wirausaha sosial. Begitu pula dengan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan yang tidak dapat dianggap sebagai social entrepreneur, karena tujuan perusahaan murni untuk mengakumulasi laba bukan menyelesaikan masalah sosial/lingkungan.

Namun, wirausaha sosial juga penting memiliki penghasilan yang konsisten demi menopang kegiatan bisnis dan misi sosialnya. Ada beberapa aspek yang digunakan untuk meninjau perusahaan mana yang dapat dikategorikan sebagai social enterprises, di antaranya adalah:

·        Tujuan

Tujuan dari sang pemilik sudah pasti menyelesaikan permasalahan sosial. Oleh karena itu, memperoleh laba merupakan visi yang harus dicapai dan bukan sebagai tujuan akhir untuk memperkaya diri sendiri.

·        Penggunaan Hasil

Keuntungan yang diperoleh dari bisnis akan digunakan lagi untuk kegiatan usaha sosial, sehingga benar-benar memberi dampak positif (positive impact) kepada masyarakat sekitarnya.

·        Dampak Pelaksanaannya

Wirausaha sosial harus berkomitmen dan berinvestasi pada sumber daya guna mengukur social impact yang baik, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada investor perusahaan.

Lalu apa yang membedakan social entrepreneurship dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO)? Perbedaannya dapat dilihat dari sumber pemasukannya, di mana LSM/NGO biasanya memperoleh dana dari donasi atau bantuan tetapi keberlangsungannya bertahan dari bisnis yang mereka punya.

Namun, seringkali social entrepreneurship berjalan beriringan dengan LSM/NGO yang cenderung lebih mengerti melakukan pendekatan kepada masyarakat.

Apa Social Entrepreneurship Manfaatnya Bagi Masyarakat?

Social entrepreneur memiliki upaya yang berkelanjutan dalam memberikan ide-ide segar untuk dapat menyelesaikan masalah sosial yang berbeda-beda. Di sini pemilik usaha punya peran penting dalam memegang kendali dan mempertaruhkan reputasinya demi bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan sosial.

Maka dari itu, memiliki keterampilan saja tidak cukup bagi seseorang bisa disebut wirausaha sosial, tetapi juga dibutuhkan penglihatan yang jeli untuk dapat menangkap sesuatu yang positif di tengah masalah yang terjadi.

Bisnis yang berfokus pada social enterprise membutuhkan inovasi, toleransi, pengakuan, dan kesempatan sosial agar usaha tersebut dapat berkelanjutan. Dengan begitu, masyarakat di sekitar lokasi usaha akan mendapatkan dampak yang positif bahwa mereka merasa dipedulikan oleh perusahaan dan terbantu juga secara ekonominya.

Sebenarnya, konsep wirausaha sosial ini bukan hal baru, namun sangat jarang ditemukan. Selain masih banyak yang belum mengetahui, perkembangan usaha saat ini lebih berkiblat pada sistem kapitalis yang lebih mengejar keuntungan semata.

Ditambah adanya dorongan dari lembaga-lembaga keuangan yang sangat eksploitatif terhadap manusia dan lingkungan membuat sehingga lebih fokus kepada penggandaan modal.

Di Indonesia sendiri banyak social entrepreneur yang bisa dijadikan panutan, salah satu contohnya adalah Masril Koto yang mendirikan bank khusus bagi petani di Sumatera Barat, dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis (LKMA) Prima Tani.

Masril tidak sendiri, dia merintis lembaga keuangan itu bersama teman petani lainnya sejak tahun 2002. Banyaknya petani yang sulit mencari pinjaman modal menginspirasi Masril mendirikan lembaga keuangan tersebut.

Beberapa kendala seperti modal dan pemasaran membuat petani malas untuk bertani, namun Masril Koto mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bank yang ia dirikan untuk petani, sehingga kini mereka mampu menjadi petani yang menghasilkan.

Kini Bank Tani yang didirikan Masril telah memiliki cabang yang tersebar di Sumatera Barat. Aset yang dimiliki Bank Tani telah mencapai lebih dari Rp100 miliar.

Yang luar biasanya, sistem bank yang didirikan Masril diadopsi oleh pemerintah. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) nasional merupakan pengembangan dari konsep perbankan Masril.

Contoh lainnya adalah Muhammad Yunus, seorang profesor ekonomi di Chittagong University. Pria kelahiran Bangladesh, 28 Juni1940 ini mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum.

Yunus mewujudkan konsep miliknya dengan mendirikan Grameen Bank. Di bank ini orang dengan status ekonomi tidak mampu namun masih produktif dan keahlian dapat mengajukan pinjaman tanpa agunan sama sekali. Pola Grameen Bank ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan.

Terdapat enam prinsip yang digunakan Yunus dalam mengembangkan Grameen Bank.

1. Kemiskinan tidak dibuat oleh si miskin itu sendiri. Namun kebijakan yang melingkupi mereka.

2. Amal bukanlah solusi untuk mengatasi kemiskinan. Sebab hal ini akan menyebabkan adanya ketergantungan.

3. Sistem Grameen Bank tidak percaya adanya perbedaan antara kemampuan orang miskin dengan yang lainnya. Hanya saja, orang miskin tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

4. Semakin sedikit kekayaan yang dimiliki, maka mereka akan semakin diprioritaskan untuk mendapat pinjaman dari Grameen Bank. Prinsip ini berkebalikan dengan prinsip bank pada umumnya.

5. Grameen Bank percaya si miskin akan mengembalikan pinjamannya, meskipun terkadang melebihi waktu jatuh tempo.

6. Kaum perempuan lebih diprioritaskan mendapatkan pinjaman dari Grameen Bank. Sebab Yunus yakin kaum perempuan memiliki long-term vision dan siap membawa perubahan pada hidup mereka dan keluarganya.

Artikel Terkait