Ajaib.co.id – Tingkat literasi keuangan di Indonesia masih di bawah sejumlah negara tetangga. Padahal, literasi keuangan berhubungan erat dengan ‘melek’ finansial yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, pengetahuan literasi keuangan perlu ditanamkan sejak dini di bangku sekolah dasar. Anak sekolah dasar dapat memanfaatkan pengetahuan literasi keuangan yang didapatnya sebagai bekal masa depan mereka.
Seoarang anak memang perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk membuat keputusan pribadi yang penting bagi dirinya (Chen & Volpe, 1998). Keuangan inilah yang menjadi salah satu keputusan pribadi penting untuk diketahui sejak dini. Seperangkat keterampilan untuk mengambil keputusan terkait keuangan diperlukan pengetahuan tentang literasi keuangan sedini mungkin.
Program pendidikan literasi finansial sangat diperlukan guna mendidik manusia agar lebih menyadari dan memahami cara mengelola uang secara bijak dan sesuai kebutuhan yang cocok dimasukkan dalam kegiatan belajar mengajar di bangku sekolah dasar. Hal ini karena pengenalan terhadap pengetahuan literasi keuangan sejak dini akan mendorong anak-anak terbiasa mengatur keuangan dengan baik dan tepat di masa yang akan datang.
Sayangnya, pengetahuan literasi keuangan masih menjadi sesuatu yang sangat jarang diberikan kepada peserta didik sekolah dasar. Jangankan di sekolah, di lingkungan keluarga pun hal tersebut masih sangat jarang terlihat. Kondisi ini tak terlepas dari budaya sebagian masyarakat Indonesia. Keuangan masih dinilai sesuatu yang tabu dibahas di hadapan anak-anak oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Sebagian masyarakat juga menilai program literasi finansial bukan merupakan kecakapan hidup (life skills) yang harus dibekalkan di usia sekolah dasar. Maka, tak heran bila pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait kesehatan finansial belum mendapat porsi yang cukup pada kurikulum pendidikan dasar maupun lingkungan keluarga.
Literasi finansial tidak melulu mengenai pengenalan uang saja. Pendidikan literasi keuangan kepada anak sekolah dasar memiliki cakupan yang lebih luas. Pendidikan literasi keuangan yang ditujukan untuk anak sekolah dasar lebih mengarah pada pengelolaan keuangan secara bijak. Anak diharapkan mampu mengatur, memantau, dan mengendalikan pengeluaran dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan serta mana yang hanya keinginan.
Lantas, bagaimana mengajarkan literasi finansial pada masa kanak-kanak? Satu hal yang pasti, perlu adanya jalinan atau semacam sinergi dari berbagai pihak agar pendidikan keuangan benar-benar terinternalisasi dan dapat diaplikasikan pada perilaku anak sehari-hari.
Keluarga adalah sumber pertama dan utama bagi anak untuk mendapat pengetahuan tentang literasi keuangan. Umumnya, anak sekolah dasar sudah mengenal nilai nominal uang. Dengan pengetahuan tentang nilai nominal uang, anak sekolah dasar bisa menggunakannya untuk membeli sesuatu, misalnya jajan makanan di sekolahnya.
Orang tua bisa berperan di sini. Orang tua, contohnya, dapat mengajarkan anak untuk tidak jajan terlalu banyak atau membawa bekal makanan dari rumah sehingga uang yang diberikannya bisa ditabung. Uang yang ditabungnya ini bisa digunakan untuk membeli keperluan lain, misalnya mainan atau buku pelajaran. Uang yang disisihkannya itu bisa juga digunakan untuk keperluan sosial.
Menabung tidak harus dilakukan di bank terlebih dahulu. Untuk anak-anak yang masih membiasakan diri menabung, celengan yang berbentuk unik dan lucu bisa dijadikan sebagai teman menabung.
Selain itu, orang tua juga harus membantu mengingatkan setiap hari apakah anak sudah menabung atau belum. Kegiatan ini harus dilakukan secara terus-menerus sampai dengan anak terbiasa. Setelah mereka mengerti cara mengatur keuangan pribadi, dalam jangka panjang mereka akan memiliki kemampuan untuk mengelola finansial.
Biarkan anak untuk mengelola keuangannya sendiri secara sederhana. Si anak, contohnya, boleh saja ingin membagi uang jajan yang ia dapat untuk dibelanjakan, ditabung, atau diberikan ke orang lain sebagai bentuk kegiatan sosial.
Sekolah pun juga dapat memainkan peranan penting dalam literasi keuangan. Sekolah merupakan tempat anak belajar dan mengenal berbagai macam hal dan pengalaman baru. Jadi, tak harus formal, guru bisa mengajarkan literasi keuangan dalam bentuk lainnya, misalnya permainan atau semacam kuis.
Lingkungan juga dapat berperan dalam internalisasi literasi keuangan pada anak sekolah dasar. Lingkungan yang kondusif dapat merangsang keingintahuan untuk mencari tahu lebih banyak tentang finansial. Mengingat kemampuan membaca dengan kosakata finansial yang rumit, orang tua perlu mendampingi dan memberikan penjelasan yang sederhana pada anak.
Secara individu, pengetahuan literasi keuangan pada anak dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri. Menabung, contohnya, dapat melatih mereka untuk membayar jajanan mereka atau menabung uangnya untuk membeli benda yang sangat diinginkannya.
Melalui cara ini, buah hati juga belajar untuk tidak menggantungkan kebutuhan finansial sepenuhnya kepada orang tua. Dengan kata lain, anak perlu ‘berjuang’ terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
‘Perjuangan’ ini juga dapat menumbuhkan kepekaan sosial pada anak. Sejak ia mengetahui bahwa perlu ‘perjuangan’ untuk mendapatkan sesuatu, maka rasa iba dapat muncul di dalam dirinya ketika melihat orang lain yang tidak bisa mendapatkan sesuatu yang dibutuhkannya. Dari situlah bisa muncul empati untuk berbagi kepada sesama.
Tak tertutup kemungkinan, manfaat-manfaat seperti di atas akan berpengaruh di masa depanny seperti dapat menentukan produk serta layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan; memahami manfaat dan risiko produk dari layanan jasa keuangan; dan terhindar dari aktivitas investasi gorengan.
Manfaat literasi keuangan juga bisa lebih luas lagi. Secara umum, tingkat literasi keuangan yang memadai dapat membantu menjadikan masyarakat Indonesia mengelola keuangannya dengan lebih cermat, misalnya dengan berinvestasi. Bukan tak mungkin, investasi inilah yang dapat membuka lapangan kerja dan mendatangkan devisa negara.