Investasi

Crowdfunding Agriculture Meningkatkan Potensi Sektor Pertanian

Crowdfunding Agriculture

Ajaib.co.id – Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19. Pertumbuhan positif sektor pertanian bisa dilihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB), distribusi tenaga kerja hingga ekspor.

Ke depan, sektor pertanian tetap prospektif karena para penggiat sektor pertanian memiliki opsi baru dalam permodalan, yakni crowdfunding. Dari situ muncullah istilah crowdfunding agriculture.

Secara singkat, crowdfunding agriculture dapat diartikan sebagai aktivitas penggalangan dana untuk permodalan petani secara online. Penggalangan dana dilakukan melalui platform digital, misalnya software, aplikasi, atau web based. Platform tersebut dibuat oleh pengelola crowdfunding agriculture.

Sebenarnya, crowdfunding agriculture termasuk ranah financial technology (fintech). Merujuk National Digital Research Centre, fintech merupakan inovasi dalam layanan keuangan. Fintech menjadi jawaban terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh sebagian masyarakat.

Industri fintech sendiri berkembang cukup pesat di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga akhir tahun lalu nilai akumulasi pinjaman yang tersalurkan mencapai Rp155,9 triliun. Angka itu berarti tumbuh sebesar 91,30% year-on-year (yoy). Dari jumlah tersebut, nilai penyaluran pinjaman baru meningkat 26,74% menjadi Rp74,41 triliun per Desember 2020.

Perkembangan teknologi informasi dan digital yang masif turut berkontribusi terhadap pertumbuhan fintech. Selain dapat menjadi solusi dalam mengakses permodalan atau layanan lainnya, kehadiran fintech juga bisa mempermudah transaksi dan meningkatkan literasi keuangan.

Kehadiran crowdfunding agriculture di tanah air pun dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh sebagian masyarakat, khususnya petani. Masalah tersebut utamanya terkait aksesibilitas terhadap peminjaman modal di lembaga keuangan.

Lebih spesifik, sebagian petani yang memiliki keterbatasan modal mengalami kesulitan untuk mengakses produk-produk keuangan di lembaga keuangan konvensional. Hal ini penting mengingat modal masih menjadi elemen penting bagi sebagian petani untuk menjalankan kegiatan usahanya.

Sebelum crowdfunding agriculture hadir, sejumlah petani, biasanya yang masih skala kecil, mendapatkan modal dengan menyisihkan keuntungan dari usahanya. Cara lainnya ialah meminjam modal dari ‘bank keliling’ atau rentenir dengan bunga yang ‘mencekik’.

Kedua cara ini menimbulkan risiko ketidakpastian (risk of uncertainty) bagi petani. Dengan kata lain, petani berada pada posisi yang kurang menguntungkan.

Bagaimana dengan Lembaga keuangan konvensional? Seperti sempat disebutkan, sejumlah petani mengalami kesulitan mengakses layanan produk-produk keuangan di lembaga keuangan konvensional. Tambah pula, adanya persepsi negatif di sejumlah petani terhadap lembaga keuangan konvensional, contohnya menganggap proses peminjaman merepotkan dan mahal.

Minimnya informasi yang mendalam mengenai lembaga keuangan konvensional pun menambah faktor penyebab produk-produk lembaga keuangan konvensional tak tersentuh petani.

Sulitnya petani mendapatkan akses permodalan dapat menurunkan kualitas hidup mereka. Hal ini karena mereka sulit ‘memutar’ uang hasil jerih payahnya dalam menjalankan usahanya. Jikalau mendapat modal dari rentenir, petani tidak bisa menikmati hasil kerja keras mereka secara utuh akibat besarnya bunga pinjaman.

Belum lagi, sebagian sebagian petani masih harus menghadapi tengkulak. Tengkulak akan membeli hasil produksi para petani dengan harga yang sangat rendah. Kemudian, para tengkulak akan menjualnya kembali ke konsumen dengan harga yang tinggi. Akibatnya, petani hanya mendapat keuntungan yang sedikit.

Hal-hal itulah yang menjadi latar belakang munculnya konsep crowdfunding agriculture yang dapat dijadikan akses alternatif terhadap permodalan bagi petani. Penyedia jasa crowdfunding agriculture meyakini platform mereka dapat menjadi solusi untuk permasalahan di bidang agraria.

Penyedia jasa crowdfunding agriculture dapat menjadi perantara untuk berbagai proyek pertanian, seperti budidaya tanaman, perdagangan komoditas, pembelian bibit, pengiriman komoditas hingga industri pengolahan makanan. Bahkan, beberapa penyedia jasa crowdfunding agriculture juga menjadi perantara dalam proyek-proyek peternakan, perikanan, dan perkebunan.

Mekanisme crowdfunding agriculture cukup sederhana. Pada tahap awal, penyedia jasa crowdfunding agriculture akan mencari para petani yang membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya.

Sebagai permulaan, bisa pula petani mengajukan proyek kepada penyedia jasa crowdfunding agriculture agar didanai oleh masyarakat umum. Setelah lulus verifikasi, penyedia jasa crowdfunding agriculture akan menampilkan proyek tersebut di platform-nya untuk didanai oleh masyarakat umum.

Dana yang terkumpul selanjutnya akan disalurkan kepada petani tersebut. Berikutnya, pelunasan  dilakukan sesuai dengan bentuk kerja sama yang disepakati oleh kedua belak pihak. Umumnya, bentuk kerja sama antara petani dan masyarakat yang mendanai dibedakan menjadi dua skema, bagi hasil dan pinjaman.

Syarat, hak, dan kewajiban yang ditetapkan oleh sejumlah penyedia jasa crowdfunding agriculture juga tak sulit. Hak petani, misalnya, mendapatkan pembagian hasil kerja sama yang telah disepakati dengan penyedia jasa crowdfunding agriculture.

Kewajiban petani antara lain memastikan bahwa kegiatan proyek berjalan dengan baik, bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya kegiatan proyek, mengatasinya jika mengalami kendala, memberikan laporan dengan detil, dan mengembalikan pinjaman serta imbal atau bagi hasilnya. Lazimnya, jika mengalami hambatan, petani berjanji untuk paling tidak mengembalikan dana yang terkumpul sebagai bentuk pertanggungjawabannya.

Sementara itu, masyarakat umum yang telah mendanai suatu proyek biasanya tidak bisa memindahkan, menukar, atau menarik dananya. Namun, jika proyek tidak sesuai dengan waktu penyelesaian yang ditargetkan, maka masyarakat berhak membatalkan dana yang telah disetornya ke penyedia jasa crowdfunding agriculture.

Perputaran uang melalui penyedia jasa crowdfunding agriculture tidaklah kecil. Salah satu penyedia jasa crowdfunding agriculture, contohnya, telah menyalurkan pendanaan sebesar hampir Rp100 miliar melalui lebih dari 200 proyek dalam bidang pangan dan agrikultur.

Penyedia jasa crowdfunding agriculture tersebut juga mencatatkan pertumbuhan bisnis sebesar 639% yoy pada tahun lalu. Sejumlah penyedia jasa crowdfunding agriculture juga melakukan berbagai langkah strategis guna ‘merangkul’ lebih banyak petani, seperti digitalisasi ekosistem, otomatisasi proses rantai pasok, dan peningkatan pengukuran dampak sosial, khususnya dalam menyiasati pandemi Covid-19.

Artikel Terkait