Analisis Saham, Saham

Cetak Keuntungan Selama 4, Saham BNII Layak Dikoleksi?

Ajaib.co.id – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) merupakan perusahaan perbankan yang didirikan pada 15 Mei 1989. Perusahaan dengan kode saham BNII tersebut menawarkan produk dan layanan perbankan terbesar se ASEAN, di antaranya layanan perbankan ritel, non ritel, hingga global.

Perusahan juga memiliki unit syariah dan pembiayaan otomotif yang beroperasi di bawah anak perusahaan WOM Finance dan Maybank Finance. Selain itu, perusahaan beroperasi dengan dukungan kantor cabang, jaringan ATM yang tersebar di seluruh Indonesia dan di dunia, salah satunya India, Singapura, dan Malaysia.

Saham BNII memperoleh penyataan efektif untuk melakukan IPO pada 2 Oktober 1989 dengan menawarkan 12 juta lembar saham di harga Rp11,000/lembar per saham san bergasil mengumpulkan Rp132 miliar. Per 26 Desember 2021, pemegang saham BNII terbesar adalah Sorak Financial Holdings Pte Ltd (45,02%), disusul Maybank Offshore Corporate Services (33,96%), UBS AG London (18,31%), dan masyarakat (2,71%).

Baru-baru ini saham BNII setuju membagikan dividen ke investor karena mencetak kinerja yang positif sepanjang 2020, sehingga membukukan laba bersih. Perusahaan juga mengantongi peringkat idAAA untuk obligasi yang mengindikasikan bahwa perusahaan stabil memiliki kemampuan yang kuat  dan mampu memenuhi komitmen jangka panjang. Mari kita bedah saham bank global di bawah ini.

Laba Bersih Menurun, Tapi Tetap Cuan

Bank Maybank Indonesia mengumumkan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sepanjang 2020 tercatat sebesar Rp1,3 triliun, menyusut Rp500 miliar dibandingkan Rp1,8 triliun di periode sebelumnya tahun lalu. 

Di sisi lain, pendapatan bunga bersih (net interest income) juga turun 11,1% ke Rp7,3 triliun pada akhir Desember 2020 karena penurunan saldo kredit. Saham BNII mengambil langkah untuk menjaga pertumbuhan kredit secara selektif akibat pandemi. Margin Bunga Bersih (net interest margin) turun 51 basis poin ke 4,6% pada akhir Desember 2020 akibat penurunan imbal hasil dari pemberian kredit (loan yields).

Total kredit yang disalurkan di tahun 2020 juga ikut turun 14,1% menjadi Rp105,3 triliun, dengan penurunan di sejumlah segmen, mulai dari segmen kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel yang turun 23,8% menjadi Rp36,8 triliun dan kredit CFS Ritel turun 19,3% menjadi Rp34,0 triliun. Namun, segmen Global Banking membukukan pertumbuhan kredit sebesar 7,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp34,5 triliun.

Di sisi lain, saham BNII justru mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang mana berbanding terbaling dengan penyaluran kredit. DPK perusahaan tercatat naik Rp5,60 triliun dari Rp110,60 triliun menjadi Rp115 triliun. Komposisinya terdiri dari deposit berjangka sebesar Rp69,06 triliun, deposit dan rekening tabungan senilai Rp24,75 triliun dan Rp21,15 triliun.

Meski Untung, Kinerja Terus Menurun

Saham BNII mungkin mencetak kinerja yang gemilang di tahun 2020 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,3 triliun. Namun, jika dibandingkan tahun 2019 dan 2018, kinerja perusahaan terus turun. Di bawah ini adalah ikhtisar keuangan BNII dari tahun 2018 hingga 2020.

Komponen Laba 2020 2019 2018
Pendapatan Bunga Bersih 7,259 8,167 8,099
Laba Bersih 1,266 1,842 2,194
DPK 11,500 11,060 11,680
CKPN 2,075 1,780 1,310

2018 menjadi salah satu tahun terbaik bagi saham BNII. Di tahun tersebut, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun, naik 21,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong pendapatan bunga bersih yang tumbuh 5,2%. Implementasi penerapan pricing yang disiplin oleh perusahaan secara berkelanjutan disertai efisiensi operasional yang meningkat membuat Bank dapat menahan tekanan pada margin bunga, sehingga menghasilkan peningkatan marjin bunga bersih.

Peningkatan kinerja ini juga tercapai karena kemampuan perusahaan mengelola penyaluran kredit di tengah likuiditas yang ketat. Kualitas aset yang baik, pertumbuhan bisnis di segmen syariah, dan pengelolaan biaya strategis juga memberikan kontribusi bagi kinerja bank di tahun 2018.

Beralih ke 2019, kinerja perusahaan justru merosot meski tetap menghasilkan keuntungan. Merosotnya laba bersih ke level Rp1,8 triliun dari Rp2,2 triliun disebabkan meningkatnya pencadangan yang dibentuk, terutama pada segmen komersial. Pendapatan bunga bersih yang yang hanya tumbuh tipis ditopang dari pertumbuhan kredit yang tumbuh negatif 8,1%

Penurunan kinerja terus berlanjut hingga tahun 2020. Laba bersih bank kian tergerus menjadi Rp1,3 triliun. Hal ini lantaran pendapatan saham BNII turun 10% karena pendapatan fee dan bunga bersih terpangkas akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), serta melambatnya aktivitas usaha di masa pandemi Covid-19. Fee based income perusahaan juga turun 8% secara tahunan menjadi Rp2,4 triliun pada akhir tahun lalu.

Selanjutnya mari kita beralih ke rasio keuangan umum saham BNII di bawah ini.

Rasio September 2020 September 2019
ROA 1,04 0,27
ROE 5,13 1,84
NIM 4,55% 5,07%
LDR 79,25% 94,13
BOPO 87,83% 85,78%
NPL 4% 3,3%
NPL Net 2,5% 1,9%

Meskipun laba bersih menurun, ROA dan ROE perusahaan justru naik ke 1,04% dan 5,13% dibandingkan nilainya di tahun lalu 0,27% dan 1,84%. Naiknya ROA dan ROE merupakan bukti bahwa mampu meningkatkan keuntungan atas aset dan ekuitasnya. Namun, investor harus menyaring terlebih dahulu rerata ROA dan ROE perusahaan di industri yang sama untuk dapat menyimpulkan apakah ROE dan ROA saham BNII tergolong tinggi atau sebaliknya.

Selanjutnya, Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) emiten berkode BNII itu turun 51 basis poin menjadi 4,6% pada akhir Desember 2020 akibat penurunan imbal hasil kredit. Penurunan loan yields ini seiring dengan turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia dan juga pemberian restrukturisasi kepada nasabah terdampak Covid-19.

Selain itu, Bank senantiasa aktif menjaga kualitas aset dan liabilitas untuk memastikan agar Bank dapat menjalankan operasional yang didukung oleh ketersediaan funding dan cost yang optimal di setiap saat. Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan-to-Deposit (LDR-Bank berada di tingkat yang sehat sebesar 79,2% sementara Rasio Cakupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank) berada di level 214,1% per Desember 2020, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.

Namun, terjadi lonjakan pada rasio NPL dan NPL gross saham BNII ke 4% dan 2,5% dibandingkan tahun lalu sebesar 3,3% dan 1,95. Ini membuktikan terjadinya peningkatan kredit bermasalah sepanjang tahun 2020.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Tahun Dividen per saham Jumlah yang dibayarkan (miliar)
2020 4,83 368,5
2019 7,19 548,6
2018 5,33 360,8
2017 5,75 389,7

Saham BNII menjadi saham yang rutin membagikan dividen. Perusahaan tercatat membagikan dividen setidaknya 4 tahun terakhir. Ini menjadi bukti bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan secara stabil dari tahun ke tahun. Rutinnya sebuah saham membagikan dividen menjadi bukti bahwa fundamental perusahaan cukup sehat.

Prospek Bisnis BNII

Optimisme perbaikan ekonomi global yang terjadi pada semester II tahun 2020 diperkirakan terus berlanjut pada 2021. Sejumlah indikator dini terus menunjukkan perbaikan ekonomi di berbagai negara. Keyakinan konsumen dan bisnis terus membaik di AS, Tiongkok, dan kawasan Eropa, ditopang oleh prospek ekonomi yang membaik serta kemajuan pengujian vaksin dan rencana implementasinya. Sementara itu, stimulus kebijakan fiskal dan moneter yang diperkirakan terus berlanjut akan semakin mendorong pemulihan ekonomi di banyak negara.

Prospek dunia yang membaik dan berbagai perbaikan kondisi di Indonesia juga mendorong pertumbuhan ekonomi domestik perlahan-lahan membaik di tahun 2021. Perkembangan berbagai indikator yang terus meningkat mengindikasikan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut.

Mobilitas masyarakat di beberapa daerah terus menunjukkan perbaikan di tengah pembatasan kegiatan masyarakat yang masih diberlakukan di sejumlah wilayah untuk memitigasi kenaikan kembali kasus positif COVID-19. Vaksinasi dan disiplin protokol COVID-19 akan menentukan kecepatan pemulihan ekonomi domestik.

Selain Itu, kinerja investasi akan meningkat seiring keyakinan berusaha yang membaik sebagai dampak implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang akan meningkatkan daya saing investasi Indonesia.

Implementasi UU Cipta Kerja akan memperbaiki ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, serta insentif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut a akan meningkatkan keyakinan berusaha, sehingga mendorong investasi dalam penyerapan lapangan kerja dan perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2021 juga diproyeksikan membaik sejalan dengan kondisi korporasi yang membaik. Hasil Survei Perbankan juga menunjukkan peningkatan kebutuhan pembiayaan dan rencana pengajuan kredit, penerbitan obligasi dan saham, serta utang negeri dalam 3-6 bulan mendatang.

Penawaran kredit juga tetap akan kondusif dengan rendahnya suku bunga, melimpahnya likuiditas, membaiknya persyaratan kredit (lending standard), dan diperpanjangnya program restrukturisasi kredit oleh OJK.

Saham BNII sudah mengembangkan rencana untuk menyambut prospek di tahun 2021, di antaranya melanjutkan pendekatan digital first melalui platform digital yaitu M2U untuk ritel dan M2E bagi nasabah korporasi. Peningkatan layanan platform tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas transaksi finansial di digital dan menumbuhkan pendapatan berbasis biaya.

Bank Maybank Indonesia juga akan melanjutkan program Rise 2.0 bersama Maybank Group Foundation membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha mikro-UKM dan menciptakan komunitas yang mandiri, sehingga bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan di sekitarnya.

Hal ini tercermin pada strategi perusahaan untuk melakukan akuisisi berkelanjutan dengan bermitra bersama perusahaan anak, sister company, start-up, lembaga kustodian hingga Komunitas-komunitas, di antaranya sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya.

Pada RUPST beberapa waktu lalu yang memutuskan bahwa perusahaan akan membagikan dividen di tahun 2021, saham BNII juga mengesahkan susunan pengurus baru manajemen, di antaranya adalah pengangkatan David Formula sebagai Direktur Perseroan dan Putut Eko Bayuseno sebagai Komisaris Independen fokus pada pengembangan dan penerapan teknologi digital. Hal ini bertujuan agar layanan digital banking perusahaan mampu menjawab kebutuhan dan ekspektasi nasabah.

Dengan perlahan-lahan pulihnya ekonomi didukung fundamental yang sehat, serta strategi bisnis yang matang, nampaknya saham BNII punya peluang untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja perusahaan di tahun 2021.

Menurut data RTI per Jumat (26/3/21), saham BNII dihargai Rp378/lembar per saham, turun 0,53% dibandingkan harga penutupan perdagangan Kamis, (25/3/21). PER perusahaan tercatat di level 22,72x, sementara PBV nya masih berada di 1,07x. Ini artinya harga saham BNII masih tergolong murah, terlebih dengan peluang perbankan di tahun 2021, maka saham ini layak untuk masuk portofolio investor.

Yuk jadi salah satu pemeggang saham BNII dan dapatkan keuntungan dari berinvestasi sahamnya sekarang! Kini, kamu bisa melakukan transaksi saham, kapan dan di mana saja lewat Ajaib. Mulai dari Rp100 ribu, kamu sudah bisa bebrinvestasi saham di Ajaib dengan aman dan nyaman,

Artikel Terkait