Saham

Mengenal Invisible Hand Dalam Pasar Saham

Ajaib.co.id – Kita tahu bahwa proses terbentuknya harga Last Price saham adalah ketika ada sekumpulan pembeli dan penjual yang sepakat untuk transaksi saham di harga tertentu. Nah, apakah kamu tahu bahwa ada konsep invisible hand di pasar saham yang mengatakan bahwa ada ‘tangan-tangan tak terlihat’ yang menciptakan harga?

Pasar saham adalah tempat di mana seharusnya harga saham adalah cerminan permintaan dan penawaran atas suatu saham.

Gabungan investor yang hendak Buy baik di deretan kolom Bid maupun yang hajar kanan dengan eksekusi last price akan menghasilkan kekuatan permintaan. Sedangkan investor yang hendak Sell di deretan kolom Ask atau buang kiri dengan menjual sahamnya di harga Bid akan menghasilkan kekuatan penawaran.

Konsep Dasar Penawaran dan Permintaan

Untuk lebih memahami tentang invisible hand, sedikit banyak kita mesti kembali ke konsep permintaan dan penawaran yang pernah kita pelajari di masa sekolah.

Konsep permintaan adalah ketika ada lebih banyak orang yang ingin membeli daripada yang pasokan barang yang dijual maka harga barang tersebut akan naik.

Itu dikarenakan ada banyak orang yang memburu barang tersebut akibatnya para pembeli menjadi tidak sensitif terhadap harga sehingga kenaikan harga tidak menjadi masalah. Contohnya adalah harga jual masker bedah di awal masa pandemi dijual mahal dan laku saja karena pasokan barang tidak mencukupi permintaan yang ada.

Sedangkan konsep penawaran adalah ketika ada lebih banyak pasokan barang daripada pembeli, akibatnya harga jual menjadi turun.

Harga mesti diturunkan untuk memikat calon pembeli dengan demikian pasokan barang bisa berkurang. Jika tidak maka barang lama-kelamaan akan menjadi usang dan tidak ada yang beli sampai habis masa pakainya. Misalnya saja baju-baju yang diobral karena modelnya sudah ketinggalan jaman sedangkan stok di gudang masih banyak.

Singkatnya; ketika permintaan lebih banyak dari penawaran/pasokan maka harga naik, sebaliknya ketika penawaran/pasokan lebih banyak dari permintaan maka harga turun.

Konsep Invisible Hand

Jadi konsep ini datang dari Adam Smith, Bapak Ekonomi Modern, yang mengenalkan sistem ekonomi modern awal di tahun 1700-an. Ia mengenalkan istilah invisible hand dalam buku “Theory of Moral Sentiments” dan diulang kembali di bukunya yang lain yang melegenda yaitu “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” di tahun 1776.

Invisible hand adalah kekuatan permintaan dan penawaran yang menggerakkan pasar dan menciptakan harga ketika tidak ada intervensi apapun, termasuk pemerintah.

Ia berpendapat bahwa memang semestinya kekuatan produsen dan konsumen bekerja begitu saja dan dengan demikian akan menghasilkan pasar yang efisien dan memberikan manfaat sosial yang maksimal.

Smith berpendapat bahwa pasar bebas tanpa campur tangan siapapun termasuk pemerintah adalah situasi terbaik. Dengan demikian masing-masing pelaku pasar akan memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan dengan begitu akan memberikan manfaat sosial yang besar.

Ketika penawaran dan permintaan bertemu, maka penjual akan menyesuaikan produk dan harga jualnya dengan keinginan pembeli. Demikian juga pembeli akan menyesuaikan jumlah barang yang dibelinya sesuai dengan kualitas dan harga yang didapatnya.

Dengan begitu maka penjual akan semaksimal mungkin menjual produk dengan kualitas tertentu di harga yang pantas. Di lain pihak para pembeli akan membeli barang sesuai dengan keinginannya di harga yang membuatnya puas. Sehingga kedua belah pihak terpuaskan. Jutaan transaksi dari tangan-tangan tak terlihat alias invisible hand milik para penjual dan pembeli lah yang menciptakan harga.

Jika hal itu dibiarkan alami saja terjadinya maka Smith percaya bahwa pasar yang efisien akan tercipta. Pasar efisien adalah di mana penjual dan pembeli memiliki informasi yang sama yang mendorong tangan-tangan tak terlihat melakukan transaksi dan membentuk harga. 

Smith berpendapat bahwa pasar memang seharusnya dibiarkan bebas saja tanpa intervensi termasuk dari pemerintah. Pasar bebas akan menghasilkan harga barang yang tercipta dari transaksi tangan-tangan tak terlihat yang mencerminkan informasi yang diterima kedua belah pihak yang bertransaksi.

Invisible Hand dalam Pasar Saham

Di pasar saham kita mengenal hipotesa tentang pasar efisien di mana harga saham adalah harga yang terbentuk dari jutaan transaksi para penjual dan pembeli.

Kita percaya bahwa setiap orang memiliki informasi yang sama yang mendorong semua pelaku ekonomi untuk bertransaksi membentuk harga saham yang kita lihat di layar Online Trading kita. 

Misalnya saja ketika ada rilis berita bahwa merger dan akuisisi akan dilakukan, seketika harga saham perusahaan tersebut naik meroket. Dalam teori pasar efisien-nya Adam Smith, invisible hand murni menggerakkan harga tanpa campur tangan siapapun termasuk pemerintah.

Namun pemerintah Indonesia dalam pasar saham tak membiarkan pasar membentuk harga begitu saja. Misalnya saja tentang batas auto reject atas dan bawah di mana harga masimal hanya bisa naik atau turun 30% saja dalam sehari. Dalam konsepAdam Smith, harga diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

Intervensi pemerintah melalui pasar saham misalnya seperti keterlibatan Kementrian Keuangan yang memberikan bail-out kepada BUMN seperti Garuda Indonesia dengan obligasi wajib konversi sebesar Rp8,6 triliun.

Nyatanya pasar saham kita tidak dibiarkan sepenuhnya bebas dibentuk oleh invisible hand karena praktik-praktik penguasaan supply dan demand masih terjadi (Bandar) di beberapa saham.

Ada beberapa perusahaan yang sering kali bandel tidak mengumumkan tentang beberapa informasi kepada publik, itulah yang menyebabkan pasar saham kita tidak sepenuhnya efisien.

Pasar yang Tidak Efisien pada Saham Gorengan

Dalam pasar yang efisien semua pelaku pasar mendapat informasi yang sama yang mendorong mereka bertransaksi dan menghasilkan harga yang disepakati bersama. Misalnya saja harga saham ACES turun menjadi Rp1.100, itu adalah kesepakatan bersama antar penjual dan pembeli karena mereka mendapat informasi bahwa laba bersihnya jatuh.

Teori Adam Smith tentang invisible hand yang menciptakan pasar yang efisien telah dimodifikasi hingga menciptakan pasar, termasuk pasar saham, yang kita kenal seperti sekarang ini.

Konsep pasar bebas efisien yang digerakkan oleh invisible hand pernah diuji dan dipraktikkan di masa kepresidenan Reagan dan Bush I di Amerika Serikat. Hasilnya adalah kekacauan karena ada informasi-informasi yang tidak sepenuhnya diungkap oleh pihak-pihak yang hendak memonopoli.

Jadi harga yang terbentuk saat itu dibentuk oleh tangan-tangan tak terlihat yang didalamnya juga termasuk para penjual dan pembeli jahat dengan niat monopoli pasar dan menciptakan harga semaunya. Jadi saat itu ada mafia-mafia yang menahan pasokan atau membeli dalam jumlah banyak untuk menimbun stok.

Karena tidak ada intervensi siapapun termasuk campur tangan pemerintah akibatnya harga dibiarkan bebas naik dan turun seekstrim mungkin. Saat itu tak ada batas atas atau batas bawah karena tak ada campur tangan pemerintah, dan akhirnya merugikan konsumen karena harga-harga barang sehari-hari dinaikkan dua-tiga kali lipat dari biasanya. 

Hal yang sama terjadi di pasar saham. Kita semua pernah dibuat bingung dengan saham-saham yang tidak jelas fundamentalnya tiba-tiba naik tanpa sentimen. Atau sebaliknya ada saham-saham yang anjlok tanpa ada kejelasan peristiwa.

Sejak saat itu Amerika Serikat yang katanya memberlakukan pasar bebas menjadi tidak bebas-bebas amat. Mereka dan seluruh dunia melakukan intervensi melalui pemerintah untuk memantau transaksi-transaksi di pasar.

Di sini lah pengawas pasar modal berperan. Misalnya saja di Indonesia, para pengawas akan meniup peluit kepada emiten-emiten bandel yang terbukti menggoreng saham dan akan berlakukan status UMA pada saham-saham yang pergerakannya terlalu luar biasa. Pelaku goreng saham pun kalau terbukti bersalah akan dijerat hukum dan dipidana.

Perusahan yang sahamnya naik 500% dalam dua minggu misalnya, akan menerima ‘surat cinta’ dari Bursa Efek Indonesia (BEI) berisikan peringatan suspensi. Jadi kita bisa bersyukur bahwa invisible hand alias tangan-tangan tak terlihat tak dibiarkan sepenuhnya bebas karena bandar-bandar masih berkeliaran di antara tangan-tangan tersebut. Mereka berkeliaran di saham-saham gorengan bersembunyi di balik tangan-tangan tak terlihat yang bertransaksi sambil melakukan akumulasi dan distribusi.

Pasar yang efisien tetap didorong untuk bisa tercipta dengan keharusan dari pemerintah kepada perusahaan-perusahaan untuk bersikap transparan dalam segala kegiatan usahanya. Untuk menangani perusahaan yang bandel dengan tidak menyediakan informasi yang memadai maka ada ‘surat cinta’ dari BEI beserta ancaman pidana.  

Artikel Terkait