Teknologi

4 Prediksi Big Data untuk Tahun 2020-2025

Prediksi Big Data
Prediksi Big Data

Ajaib.co.id – Big data adalah masa depan. Begitulah kenyataannya. Teknologi big data telah tumbuh secara signifikan sejak satu dekade lalu, tanpa menunjukkan adanya penurunan. Internet, termasuk media sosial, permintaan penelusuran web, pesan teks, dan media. Mereka adalah pendorong utama pertumbuhan big data, yang kini telah mencapai ukuran $49 miliar berdasarkan Statista.

Dunia tempat kita tinggal saat ini ditenagai oleh big data yang mengharuskan bisnis untuk terus beradaptasi dan inovasi. Ini artinya, big data adalah pemicu percepatan transformasi digital. Pekerjaan terkait data pun juga ikut meningkat, membuat perusahaan rela merogoh kocek untuk mendapatkan sumber daya manusia yang bisa memanfaatkan big data menjadi insight dalam mencapai objektif.

Namun, apakah keadaan saat ini akan sama di tahun-tahun selanjutnya? Melalui artikel di bawah ini, kita akan mengetahui pendapat ahli terkait prospek big data di masa yang akan datang, setidaknya hingga 2025.

Apa itu Big Data?

Perkembangan data yang cepat dan kompleksitas teknologi yang semakin meningkat terus mengubah cara industri beroperasi dan bersaing. Selama beberapa tahun terakhir, 90% data di dunia telah dibuat sebagai hasil dari pembuatan 2,5 quintillion byte data setiap hari. Singkatnya, pengertian big data adalah pertumbuhan dan penyimpanan data dalam jumlah besar untuk dikumpulkan, diproses, dan dianalisis agar menciptakan insight yang berguna bagi bisnis.

Volume Data Akan Terus Meningkat dan Beralih ke Cloud

Kebanyakan ahli big data setuju bahwa jumlah data yang dihasilkan akan terus bertambah signifikan di masa mendatang. Berdasarkan laporan Data Age 2025 untuk Seagate, IDC memperkirakan big data global akan mencapai 175 zettabyte.

Untuk membantu kamu memahami seberapa besar ukuran tersebut, mari kita ukur menggunakan iPad 128 GB. Pada 2013, tumpukan tablet tersebut akan membentang dua pertiga jarak dari Bumi ke Bulan. Di Tahun 2025, tumpukan ini akan tumbuh 26 kali lebih panjang.

Apa yang menyebabkan pertumbuhannya begitu cepat? Pertama, meningkatnya jumlah pengguna internet yang melakukan segala sesuatu secara online, mulai dari berkomunikasi, mengoperasikan bisnis, belanja, hingga berinteraksi di media sosial.

Kedua, miliaran perangkat yang terhubung dengan sistem yang membuat, mengumpulkan, dan berbagi banyak analisis data IoT setiap hari, di seluruh dunia.

Misalnya, Apple Watch yang kamu gunakan untuk lari atau bersepeda. Perusahaan mendapatkan kesempatan untuk menyimpan dan menganalisis data, mereka dapat membuat dan mengelola 60% lebih data di masa yang akan datang.

Cloud juga akan berperan dalam perkembangan big data di masa depan. AWS, Microsoft Azure, dan Google Cloud Platform telah mengubah cara penyimpanan dan pemrosesan data besar melalui infrastruktur cloud menyediakan reliabilitas, skalabilitas, dan kemudahan penggunaan. Terdapat dua layanan yang biasa digunakan perusahaan, hybrid environment yang memungkinkan perusahaan menyimpan beberapa data di cloud dan multi-cloud environment, di mana perusahaan mengelola alokasi cloud secara penuh.

Machine Learning Mengubah Permainan

Seperti yang kita tahu, big data adalah teknologi yang dijalankan menggunakan kecerdasan buatan (AI) . Ini artinya, machine learning (ML) memiliki peran besar untuk masa depan big data. Machine learning adalah teknologi yang berkembang untuk meningkatkan operasi dan proses bisnis sehari-hari. Proyek yang berhubungan dengan ML telah menerima dana paling banyak hingga 2019, dibandingkan dengan semua sistem kecerdasan buatan lainnya.

Tidak sampai saat ini, ML dan AI tidak tersedia untuk sebagian besar perusahaan karena dominasi open source platform. Sebagian dari mereka tidak terampil mengoperasikan solusi yang diperlukan untuk mencapai objektif bisnis. Namun, situasi telah berubah sejak vendor AI komersial mulai membangun penghubung ke platform AI dan ML open source, serta memberikan solusi terjangkau

Para ahli percaya bahwa kemampuan komputer untuk belajar dari big data adalah jawabannya, kemampuan tersebut akan terus meningkat karena algoritma tanpa pengawasan yang lebih canggih, personalisasi yang lebih emosional, dan layanan kognitif. Hasilnya, adalah mesin yang lebih cerdas dan mampu memahami manusia, mengemudikan mobil, hingga merawat pasien.

Data Scientist dan CDO Akan Sangat Dicari

Posisi data scientist dan Chief Data Officers (CDO) memang relatif baru saat ini, tetapi kebutuhan akan spesialis tersebut di dunia profesional akan terus melesat. Dengan volume data yang terus bertambah, kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan talenta profesional menjadi besar.

Berdasarkan data dari KPMG di tahun 2019, mensurvei 3.600 CIO dan eksekutif teknologi dari 108 negara dan menemukan bahwa 67% dari mereka berjuang dengan kekurangan keterampilan, tiga keterampilan terlangka big data analytics, security, dan AI.

Tidak mengherankan jika data scientist termasuk di antara pekerjaan yang paling dibutuhkan abad ini, bersamaan dengan ML engineers dan big data engineers. Big data tidak akan berguna tanpa analisis, dan data scientist adalah para profesional yang mengumpulkan data dan menganalisis data dengan bantuan analytics dan reporting tools, mengubahnya menjadi insight yang dapat ditindaklanjuti.

Privasi Akan Tetap Menjadi Masalah Utama

Big data adalah masalah, setidaknya bagi sebagian orang. Keamanan data dan privasi selalu menjadi masalah yang selalu muncul terkait big data. Volume data yang terus bertambah menciptakan tantangan tambahan dalam melindunginya dari serangan siber.

Terdapat beberapa alasan di balik masalah keamanan data:

1.       Kesenjangan keterampilan keamanan, disebabkan oleh kurangnya kesempatan pendidikan dan pelatihan. Kesenjangan ini diperkirakan akan terus tumbuh dan menjadi 3,5 juta posisi cyber security yang tidak terisi pada tahun 2021.

2.       Evolusi serangan siber, Ancaman yang digunakan peretas berkembang pesat dan menjadi kompleks dari hari ke hari.

3.       Kepatuhan yang tidak teratur terhadap standar keamanan. Banyak perusahaan yang masih mengabaikan keamanan data. Berdasarkan Statista, kerugian di dunia maya mencapai $4,7 juta pada Mei 2019.

Meskipun banyak organisasi yang memberlakukan kebijakan privasi sebagai rutinitas hukum formalitas, pengguna telah mengubah sikapnya. Mereka memahami bahwa informasi pribadi mereka dipertaruhkan, sehingga mereka tertarik pada organisasi yang memberikan transparansi dan kontrol tingkat pengguna atas data.

Tidak heran jika eksekutif C-level mengidentifikasi privasi data sebagai prioritas data teratas perusahaan, bersama dengan cyber security dan etika data. Dibandingkan dengan tahun 2018, perusahaan telah berinvestasi lima kali lebih banyak ke solusi cyber security pada 2019.

Artikel Terkait