Ekonomi

3 Contoh Peristiwa Resesi Ekonomi Dalam Sejarah Indonesia

Ajaib.co.id – Pandemi COVID-19 telah membuat ekonomi global anjlok. Beberapa negara bahkan telah resmi mengumumkan resesi ekonomi. Bagaimana dengan Indonesia?

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebetulnya sudah mewanti-wanti akan adanya resesi ekonomi yang menimpa Tanah Air. Pasalnya sejak kuartal I saja pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah jatuh ke angka 2,97%. Lalu pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia tak dapat dihindari masuk ke kurva negatif dengan minus 5,32% akibat pandemi COVID-19.

Ani (sapaan akrabnya) pun sudah memprediksi pada kuartal III negara kita akan kembali mengalami ekonomi yang minus. Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi berada di rentang minus 2,8% hingga minus 1%. 

Sementara itu, sebuah negara akan masuk ke dalam resesi ekonomi jika selama dua kuartal berturut-turut berada di level negatif. Dengan prediksi yang dikatakan oleh Menteri Ani maka Indonesia memang sudah diprediksi masuk ke dalam jurang resesi. 

Sebetulnya apa itu kondisi resesi ekonomi? 

Resesi ekonomi digambarkan sebagai sebuah situasi ekonomi sebuah negara yang turun. Dilihat dari penurunan nilai pertumbuhan ekonomi riil menjadi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Lalu jika resesi ini berjalan secara simultan akan berdampak pada beberapa hal berupa penurunan kegiatan ekonomi, seperti kegiatan usaha yang anjlok, pengangguran tinggi, investasi yang melemah, hingga penurunan keuntungan perusahaan. 

Resesi ekonomi juga bisa dilihat dari menurunnya atau meningkatnya harga-harga komoditas di dalam negeri. Kalau keadaan seperti ini tidak segera diselesaikan, resesi ekonomi bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dampak lanjutannya akan terjadi depresi ekonomi di mana kemerosotan ekonomi bisa lebih dalam dari resesi ekonomi. 

Lalu bagaimana sejarah mencatat peristiwa resesi ekonomi yang berdampak kepada Indonesia? 

Resesi Ekonomi 1998

Resesi ekonomi pada tahun 1998 bermula dari tahun sebelumnya yakni 1997. Saat itu, kondisi ekonomi dan politik Indonesia sedang terguncang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu bahkan minus selama 6 bulan berturut-turut di tahun 1997 tersebut. Lalu dalam perkembangannya kondisi ekonomi yang minus tersebut masih berjalan pada Sembilan pertama di tahun 1998. 

Saking kalang kabutnya kondisi negara kita pada saat itu, Pemerintah Indonesi bahkan sampai terpaksa harus meminta bantuan berupa pinjaman dana ke Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober 1997. Meskipun tercatat bantuan tersebut tak mampu memberikan dampak yang signifikan. 

Beberapa dampak resesi ekonomi ini di antaranya, mata uang rupiah jatuh. Hal ini bisa terjadi lantaran terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah pada tahun 1997 yang ditutup pada level Rp4.850/dollar AS, anjlok secara cepat ke level sekitar Rp17.000/dollar Amerika Serikat pada 22 Januari 1998. Akhirnya, rupiah terdepresiasi lebih dari 80% terhitung sejak mata uang tersebut diambangkan pada 14 Agustus 1997.

Kenapa si rupiah bisa melayang seperti itu nilainya? Rupiah bisa terjun bebas disebabkan meningkatnya permintaan dolar Amerika Serikat untuk membayar utang negara. Selain itu, sebagai reaksi terhadap angka-angka Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 1998/ 1999 yang diumumkan 6 Januari 1998. Namun, pada saat itu dinilai tidak realistis. 

Selain itu, resesi ekonomi ini turut membuat utang Indonesia meningkat. Karena memang salah satu faktor yang memperparah penyebab resesi ekonomi Indonesia adalah besarnya utang luar negeri Indonesia dalam bentuk valuta asing. Baik dalam bentuk utang pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga perusahaan swasta. 

Tercatat dari total utang luar negeri Indonesia per Maret 1998 mencapai USD138 miliar, terdiri dari sekitar USD72,5 miliar merupakan utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek. Utang yang sebesar USD20 miliar pada saat itu akan jatuh tempo dalam tahun 1998.  Sementara pada saat itu cadangan devisa negara kita tersisa sekitar USD14,44 miliar.

Sementara itu, resesi ekonomi berlanjut lagi menjadi krisis sosial kemudian ke krisis politik. Krisis politik ditandai dengan memaksa Presiden Soeharto saat itu harus turun dari posisinya sebagai Presiden Republik Indonesia yang sudah didudukinya sejak tahun 1965. Posisinya pun digantikan wakilnya, BJ Habibie.

Resesi Hebat 2008

Resesi pada tahun 2008 lalu diakibatkan adanya  empat kuartal berturut-turut pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia negatif. Tepatnya pada dua kuartal terakhir tahun 2008 dan dua kuartal awal tahun 2009. 

Adapun resesinya sudah dimulai sejak kuartal pertama 2008 ketika PDB menyusut sampai 2,3%. Pada saat itu sampai menyebabkan banyak pekerja Indonesia yang kehilangan 16.000 pekerjaan pada 2008. Tidak seperti kebanyakan resesi, resesi ekonomi 2008 membuat permintaan untuk sektor perumahan melambat terlebih dahulu dan membuat harga rumah yang turun sampai 10%. Hasilnya, sebagian besar ahli ekonomi hanya mengira ini berupa akhir dari sektor perumahan, bukan awal dari sebuah resesi.

Rincinya resesi ekonomi pada 2008, membuat PDB mengalami kontraksi atau penurunan tajam sebesar 2,1% pada kuartal ketiga. Tak berhenti sampai di situ, terjadi penurunan sebesar 8,4% pada kuartal keempat. Selanjutnya pada 2009, PDB juga mengalami penurunan lagi sebesar 4,4% pada kuartal pertama dan 0,6% pada kuartal kedua. Kondisi ini membuat pengangguran naik menjadi 10% di Oktober 2009 

Ketenagakerjaan turun karena sebanyak 33.000 orang kehilangan pekerjaan pada Juli 2007. Namun, sempat membaik pada bulan Desember dengan mendapatkan 110.000 pekerjaan. Namun, memasuki bulan Februari 2008 kembali turun dengan 48.000 orang kehilangan pekerjaan. 

Kerugian tak dapat dipungkiri terus meningkat hingga pada Desember 2008 sebanyak 704.000 orang kehilangan pekerjaan. Bulan terburuk pun terjadi pada Maret 2009 karena sebanyak 803.000 orang kehilangan pekerjaan sementara kondisi tidak segera membaik. Kemudian pada 2010 mulai membaik dengan adanya 180.000 orang mendapatkan pekerjaan.

Ekonomi Dunia Lesu Pada 2015

Kondisi lesunya perekonomian dunia pada 2015 memengaruhi perekonomian Indonesia. Situasi buruk ini berdampak pada menurunnya realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang pada saat itu sempat diprediksi mencapai level 5,5%. Namun berbeda pada realisasinya Indonesia hanya mampu mencapai pertumbuhan di kisaran 4,7%.

Apa alasan ekonomi dunia mengalami kelesuan? Adanya pemulihan perekonomian global yang lambat dari perkiraan. Selain itu, timbulnya kekhawatiran publik akan pengurangan terhadap stimulus keuangan dari The Fed menjadi penyebab utama lesunya perekonomian dunia. Hal ini pun berdampak pada perekonomian domestik.

Dengan lesunya perekonomian global itu menimbulkan banyak dampak terhadap perekonomian Indonesia. Seperti, tidak tercapainya target-target yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Selain itu, kondisi ekspor Indonesia yang mayoritas masih mengandalkan ekspor dari sektor komoditi mentah mengalami penurunan permintaan. 

Dengan situasi tersebut, target penerimaan APBN pun terpaksa jadi tidak tercapai. Hal ini berlanjut terhadap timbulnya defisit APBN yang meningkat. Sehingga harus dibiayai dengan penerbitan utang baru. Pasalnya dalam situasi genting itu Pemerintah harus menerapkan berbagai cara dan kebijakan agar perekonomian Indonesia segera keluar dari kondisi tersebut.

Sumber: Apa Saja yang Terjadi Saat Resesi Ekonomi Indonesia Tahun 1998?, Contoh Resesi Ekonomi, dan Indonesia bersiap resesi ekonomi 2020, ini 5 hal yang harus dilakukan, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait