Milenial

YOLO Adalah Ungkapan Semangat yang Maknanya Terpelintir

yolo adalah

Ajaib.co.id – YOLO adalah singkatan dari You Only Live Once yang merupakan semangat menghargai tiap momen kehidupan untuk dimaknai sebaik mungkin. Namun sayangnya, akhirnya sering dipelintir demi hura-hura.

Mungkin kamu sering mendapat komen YOLO saat menceritakan aksi hura-hura terupdate-mu kepada teman-teman. YOLO adalah istilah yang ngehits sejak 9 tahun terakhir, terutama di kalangan milenial.

Aksi apapun yang cenderung impulsif, spontan, ekspresif, nggak pikir panjang, akan segera dilabel YOLO. Image-nya sembrono, asal, ceroboh, ngaco, cuma fun-fun! Kasihan lho nasib kata ini, karena sebetulnya awalnya bukan demikian. Mau tau lebih lanjut? Telusuri faktanya bersama artikel Ajaib ini ya.

YOLO Adalah Istilah Populer

Kita hidup cuma sekali, karenanya nikmatilah sekarang selagi bisa. Lalu bagaimana dengan hari-hari selanjutnya? Emang gue pikirin? Begitulah kira-kira narasi YOLO mayoritas milenial. Kata YOLO mulai populer sejak muncul dalam salah satu lagu milik rapper kondang Drake, The Motto pada 2011 silam.

Meski sudah nggak lagi tergolong anyar, insight-nya tetap hype. Kenapa ya? Hastag #YOLO jadi trending topic dan statement gaul para milenial di seluruh dunia. Menyematkan hastag #YOLO setiap kali posting foto-foto (saat travelling, naik gunung, liburan pantai, olahraga ekstrim, atau clubbing dan ngafé) di Instagram, sudah jadi ritual wajib mereka.

Yolo memiliki arti yang hampir sama dengan frasa Bahasa Latin: Carpe Diem. Hanya saja, Carpe Diem cenderung digunakan untuk menggambarkan aktivitas seseorang yang nylenéh (tidak wajar).

Kata YOLO kini telah ditambahkan juga ke dalam oxforddictionaries.com bersama kata adorbs (menggemaskan) dan binge-watch (nonton sesuatu terus menerus), tech-savvy dan clickbait.

Website tersebut merupakan kamus online yang selalu diperbaharui dengan kata-kata populer, guna memberikan wawasan bagi ahli bahasa tentang tren penggunaan bahasa terbaru.

Kata-kata baru yang sedang populer tersebut belum tercantum dalam kamus cetak resmi Bahasa Inggris Oxford, tapi pasti akan diterbitkan di tahun-tahun mendatang jika kata tersebut sering digunakan. Seberapa seringkah ukuran seringnya?

Seperti seringnya kamu mendengar kata YOLO, mungkin kamu malah juga sering mengucapkan kata YOLO kepada teman atau orang yang berusaha mengusik hidupmu.

Kata ini sebenarnya memiliki makna yang sangat sederhana yaitu seruan supaya kamu benar-benar membuat tiap momen dalam hidupmu lebih berharga, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Tapi ingat, membuat momen hidup lebih berharga kan nggak melulu berarti hura-hura lho. Itu adalah pelintiran terhadap kata YOLO! Membuat momen lebih berharga bisa dicapai dengan menambah purpose dan makna, bukan cuma leisure.  

Jika kamu adalah salah satu milenial simpatisan YOLO, berikut ini adalah beberapa makna tersirat (konotatif) dari kata tersebut yang perlu kamu tahu:

1. Setiap Orang di Dunia Ini Punya Tujuan

Kamu pasti mau bersusah-payah dan rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang untuk mencapai tujuan hidupmu. Jika tujuan itu belum pasti, luangkan waktu untuk me-time dan kontemplasi. Awali dengan menentukan cita-cita, yang dilanjutkan dengan target-target pencapaian yang perlu dipenuhi dalam rangka meraih cita-cita itu. Lakukan dalam kondisi sekitar yang hening dan tenang, agar proses bisa berjalan baik.

2. Manfaatkan Momen Sebaik Mungkin

YOLO mungkin lebih cocok dielaborasi sebagai Make The Most Out of Every Moment. Karena hidup hanya satu kali, dan mungkin pula singkat, jadi manfaatkan waktu dan tiap momen dengan baik, agar cita-cita besar kamu bisa tercapai.

Maksudnya bukan berarti nggak boleh bermain atau bersenang-senang, namun mengupayakan tiap momen bermain atau bersenang-senang mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar guna mendukung tercapainya tujuan/cita-cita besarmu di masa mendatang.

Karena optimasinya juga meliputi purpose, makna, experience, dan manfaat kehidupan lain selain sekedar uang ataupun kesenangan sesaat, YOLO bisa dianggap sebagai versi lebih komplit (thorough) dari Time is Money.

3. Manfaatkan Hidup untuk Sharing dengan Orang Lain

Kamu tetap bisa sharing ke orang lain lho meskipun kondisi finansialmu pas-pasan, karena berbagi tidak melulu dalam bentuk uang, melainkan ide, ilmu, support, tenaga, waktu dan kebahagiaan. Misalnya saat kamu merasa bahagia, bagikan kebahagiaan yang kamu rasakan dengan orang yang ada di sekitarmu. Dengan begini, mereka juga akan ikut merasa bahagia, meskipun tidak secara langsung.

4. Manfaatkan Anugrah Talenta yang Besar!

Sudahkah kamu mengidentifikasi talenta yang ada dalam dirimu? Secara garis besar mungkin sudah, tetapi mungkin belum sepenuhnya? Ada banyak media yang bisa kamu manfaatkan untuk mencari tahu tentang talenta yang kamu miliki itu, seperti misalnya internet. Manfaatkan talenta yang sudah dianugerahkan kepadamu, jangan menguburnya, karena itu bisa jadi kunci kesuksesanmu di masa depan!

Kesalahkaprahan YOLO Adalah Umum

Penjelasan psikolog terkemuka menjabarkan bahwa sebenarnya terminologi YOLO awalnya dibuat berdasarkan tujuan positif, karena bersumber dari semangat kalangan milenial untuk langsung bergerak dan tidak menunggu waktu dalam mengejar keinginan mereka.

Tentunya sangat berbeda dari era pendahulunya yang cenderung menjunjung kesabaran untuk menunggu hingga datangnya momen dan keyakinan yang tepat. Tapi akibat kecenderungan hura-hura merajalela, kalangan milenial lalu dinilai sebagai generasi yang mengincar hasil instan, tanpa kesediaan melewati proses yang semestinya.

Istilah instant gratification (kesenangan sesaat) lalu jadi label untuk mendeskripsikan kepribadian mereka. Mayoritas kalangan milenial faktanya lebih memilih untuk mencari jalan pintas dalam mencapai tujuan, dibandingkan bersusah-payah terlebih dulu, ataupun mengkalkulasi dampak jangka panjangnya.

Adanya keinginan menyisihkan proses inilah yang kemudian menjadikan You Only Live Once berkonotasi negatif. Padahal kesadaran terhadap pentingnya proses upaya dan kalkulasi matang itulah yang sebetulnya mampu membuat kualitas sebuah hasil tindakan lebih sempurna.

Untuk mengembalikan makna asli YOLO yang positif tersebut, para psikolog berpendapat bahwa orangtua punya peranan yang sangat besar dalam meyakinkan kalangan milenial,

Gen Z dan Gen A akan pentingnya bekerja keras demi mencapai tujuan, serta menghargai hasil kerjanya itu. Ini bukanlah tugas yang mudah, karena kondisi kehidupan global yang labil dan tak terduga seringkali menjadikan kalangan muda menganggap kerja keras jangka panjang adalah hal sangat yang sia-sia!

Ciri-ciri YOLO

Asosiasi tambahan bagi YOLO adalah gaya hidup yang mewabah di kalangan milenial Korea, yang memprioritaskan momen kesenangan dan kepuasan saat ini, tanpa peduli hari esok. Kenapa mereka menerjemahkan YOLO seperti itu? Karena pada dasarnya mereka adalah generasi yang tak bahagia.

Coba saja hitung kasus bunuh diri di kalangan mereka sepanjang 2,5 tahun terakhir. Mengagetkan ya? Masa kecil dan remaja mereka pekat terpapar masalah krisis ekonomi global, perang dagang, perang wilayah, terorisme, sentimen SARA, bullying, pengangguran massal, kesulitan hidup, serta ketidakpastian disrupsi teknologi digital dan artificial intelligence.

Ketika hidup dan masa depan terasa begitu penuh ketidakpastian, tak heran jika mindset mereka kemudian menjadi present-oriented. Memusingkan masa depan seperti melanjutkan kuliah, bekerja meniti karir ataupun menyicil KPR jadi dianggap konyol di mata mereka.

Kemampuan untuk memelihara sebuah cita-cita besar lalu berupaya meraihnya sedikit demi sedikit dalam jangka panjang, tampaknya makin punah. Tergantikan oleh sebuah apatisme kronis terhadap masa depan.

Kini ada kecenderungan kalangan milenial, Gen Z dan Gen A suka mengorbankan masa depan demi kesenangan hari ini, sehingga YOLO didaulat menjadi biang kerok munculnya Leisure Economy, yang praktek nyatanya adalah hobi travelling, dine-out, online shopping, gaming, nonton konser/pertandingan olahraga, hingga sakau medsos dan berselfie ria.

Karena diartikan sebagai artikan sebagai kerepotan tak berakhir dalam mengurus anak, mengelola rumah tangga, membeli rumah, dan menyekolahkan anak, tren menunda pernikahan dalam lifestyle YOLO kalangan milenial juga bisa jelas ditelusuri.

Dampaknya ke tren bisnis pun jelas terlihat pada boomingnya bisnis leisure experience seperti travel agent dan kafe. Dan sebaliknya, bisnis investasi atau KPR tumbuh perlahan.

Atas semua keprihatinan atas nasib generasi penerus ini, tak ada satu pihak pun yang dapat disalahkan sepenuhnya, selain mungkin sang Master Oogway yang memberi petuah fatalnya kepada Po di Kungfu Panda (2008), yang bunyinya: Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called The Present.

Awas lho, kamu jangan kemakan petuah berbisa itu seperti Po ya! Pelihara terus visi jangka panjang dan tujuan investasimu demi kebebasan finansial di masa depan, karena yakinlah bahwa masa depan kamu akan jauh lebih buruk jika kamu YOLO. Kembangkan terus kinerja portofolio investasimu dengan top-up di aplikasi reksa dana Ajaib.

Aplikasi Ajaib ini mudah, menu pilihan paket investasi variatif, minimum modal hanya Rp10.000, menyandang status kelulusan dari program pembinaan inkubator startup terkemuka Y Combinator di Silicon Valley, serta diawasi penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk itu, Ajaib tetap jadi pilihan cerdas untuk kaum milenial.

Artikel Terkait