Berita

Woww, BI Dapat Dana US$ 60 miliar dari Bank Sentral AS

bekerja di bank indonesia

Ajaib.co.id – Bank Indonesia atau BI dapat Dana Cadangan dari Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk kendalikan nilai tukar. Kesepakatan pemberian fasilitas repurchase agreement line (repo line) bagi Bank Indonesia (BI) bernilai US$ 60 miliar.

The Fed merupakan salah satu bank sentral tertua di dunia yang dibangun oleh kongres AS pada 1913. The Fed diawaki oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari tujuh orang dan bermarkas di negara bagian New York.

Terkait kesepakatan yang telah dicapai dengan the Fed, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa dana tersebut digunakan untuk berjaga-jaga “Ini memang tidak menambah cadangan devisa, tapi akan sangat membantu penyediaan kebutuhan dolar saat terjadi keketatan di global,” ujarnya dalam briefing media virtual seperti dikabarkan investor.id, pada Selasa (7/4/2020).

Perry berpendapat, The Fed hanya memberikan fasilitas repo line atau foreign and international monetary authorities (FIMA) Repo Facility ke beberapa negara berkembang (emerging market). “Dan Indonesia adalah satu di antaranya,” tandas dia.

Dekatnya Hubungan BI dengan The Fed

Dipilihnya Indonesia sebagai penerima fasilitas repo line dari The Fed merupakan sebuah vote of confidence. Artinya bank sentral Negeri Paman Sam menunjukkan kepercayaannya bahwa perekonomian Indonesia memiliki prospek yang baik di masa depan.

Kalau nanti Indonesia ketika membutuhkan likuditas dolar yang tidak bisa diperoleh dari tempat lain, menurut Perry, BI bisa memanfaatkan fasilitas repo line tersebut untuk mendapatkan dolar dari The Fed dengan merepo atau menjaminkan Treasury Bill (T-Bill) yang di miliki oleh bank sentral. “Tapi, hingga kini kami tidak punya rencana dan belum punya rencana,” tandas dia.

Perry menegaskan, meski mengalami penurunan, namun posisi cadangan devisa yang dimiliki oleh BI saat ini masih cukup jauh untuk mencukupi kebutuhan impor dalam beberapa bulan ke depan, membayar angsuran utang pemerintah, maupun untuk kebutuhan stabilisasi.

Bank Sentral Negara Lain Juga Dijajaki BI

Selain repo line dari The Fed, BI juga memiliki kesepakatan kerja sama repo line dengan sejumlah pihak lain yakni The Bank for International Settlements (BIS) sebesar US$ 2,5 miliar dan Monetary Authority of Singapore (MAS) sebesar US$ 3 miliar.

BI juga melakukan kerja sama bilateral swap dengan bank sentral lain sebagai second line of defense. Yakni dengan bank sentral Tiongkok kurang lebih setara dengan US$ 30 miliar, dengan Jepang setara dengan US$ 22,76 miliar, dengan Korea Selatan sekitar US$ 10 miliar, dan dengan Singapura setara dengan US$ 7 miliar atau sekitar Sin$ 10 miliar.

Rupiah Bangkit dari Pelemahan

Dengan semakin banyaknya amunisi BI dalam mengendalikan kestabilan moneter, rupiah mulai kembali bangkit.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan rasa syukurnya setelah pada hari Rabu (8/4/20) rupiah ditutup menguat ke level Rp 16.125 per dolar AS. Perry menuturkan, BI telah melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sejak minggu lalu dengan triple intervention, baik dari DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), pasar spot, dan pasar Surat Berharga Negara.

“Alhamdulillah nilai tukar rupiah menguat jadi Rp 16.125 per dolar, menguat 255 rupiah atau 1,56 persen dari closing kemarin,” kata Perry dalam media briefing yang diberitakan Tempo.co, Selasa 7 April 2020.

Menurut Perry, langkah-langkah stabilisasi rupiah ini diberkati Tuhan. “Kita lakukan stabilkan nilai tukar rupiah diridhoi Allah bergerak.”

Oleh karena itu, Perry juga berterima kasih kepada para pelaku pasar dan para eksportir yang ikut menstabilkan nilai tukar sehingga mekanisme pasar berjalan dengan baik dan rupiah bergerak stabil.

“Insya Allah dengan langkah-langkah bersama, nilai tukar rupiah bisa stabil dan menguat ke angka Rp 15.000 per dolar. Semoga Tuhan meridloi ikhtiar kita bersama,” ucap Gubernur BI.

Sebelumnya, gelombang pelemahan rupiah sejak wabah corona meluas telah membuat cadangan devisa Indonesia menipis pada akhir Maret 2020. Bank Indonesia mencatat pada periode tersebut cadangan devisa Indonesia tergerus sebesar US$ 9,4 miliar.

Pada akhir Februari 2020 cadangan devisa Indonesia masih sebesar US$ 130,4 miliar, namun sebulan kemudian tinggal US$ 121 miliar. “Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” tulis keterangan tertulis dalam laman resmi Bank Indonesia, Selasa, 7 April 2020.

Bank Indonesia melihat,  penyebab merosotnya cadangan devisa negara ini adalah pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah. Belakangan, nilai tukar rupiah melemah lantaran adanya kepanikan di pasar keuangan global yang dipicu mewabahnya Virus Corona alias COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.

Artikel Terkait