Ekonomi

Mata Uang Poundsterling Menguat Terus di Agustus

Ajaib.co.id – Pada saat kamu hendak berinvestasi pada valuta asing, mata uang manakah yang paling menarik minatmu? Mungkin jawabannya adalah tergantung pada grafik nilai tukar terkini? Atau terserah rekomendasi manajer keuangan?

Dari sekian banyak yang ada di dunia, ada shortlist jenis mata uang yang dianggap terkuat yaitu USD, Euro, GBP dan JPY. Kamu mungkin sudah punya portofolio investasi valas dalam USD dan Euro, namun sudahkah kamu mencoba mata uang Poundsterling atau GBP?

Meski belum sepopuler 2 pesaing utamanya dan lebih sering bertengger di posisi ke-3, tahukah kamu bahwa di tengah meriangnya ekonomi dunia akibat pandemi, ternyata penguatan mata uang Poudsterling konstan mengalahkan Dolar Amerika dan Euro! Wah, kok bisa?

Untuk menjawab rasa penasaranmu, yuk telusuri faktanya bersama artikel Ajaib ini.

Purchasing Manager Index Inggris Kalahkan Mendasari Penguatan Mata uang Poundsterling

Seperti dilansir oleh strategist Nick Cawley di dailyfix.com pada akhir Agustus 2020, ada 2 pokok analisa yang bisa disimpulkan dari konsistensi penguatan kurs GBP ke USD akhir-akhir ini, yaitu:

· Purchasing Manager’s Index Inggris mengalahkan perkiraan, dan aktivitas bisnis meningkat tajam.

· Data kuat selama 1 bulan belum bisa dianggap sebuah tren.

Apakah Purchasing Manager’s Index (PMI) itu? PMI adalah suatu index yang dari arahan tren ekonomi yang berlaku di dalam sektor manufaktur dan jasa. Index ini mencakup index bauran yang menyimpulkan apakah kondisi pasar berkembang seperti hasil pengamatan para manajer pembelian. Atau stagnan, atau malah berkontraksi.

Tujuan PMI adalah untuk menyediakan informasi tentang kondisi bisnis saat ini dan mendatang bagi para pengambil keputusan, analis dan investor.

Pengamatan awal terhadap PMI Inggris di bulan Agustus menunjukkan aktivitas bisnis meningkat dalam tingkat tercepatnya sejak Oktober 2013 silam, yang terjadi di kedua sektor, manufaktur dan jasa, dan mengalami pemulihan berkelanjutan dari segi permintaan pelanggan/konsumen.

Keseluruhan dari 3 pengamatan sekilas terhadap PMI dengan mengalahkan ekspektasi dengan mudah.

Namun meskipun berita tersebut mengemukakan hasil pengamatan positif atas ekonomi, penyedia data HIS Markit menambahkan suatu catatan kewaspadaan. Duncan Brock – Group Director dari CIPS menuliskan: ‘dengan kebangkitan terpesat dalam aktivitas sektor swasta sejak Oktober 2013, kondisi ini menunjukkan sebuah dorongan laju menuju pemulihan yang memungkiri fakta bahwa masih adanya kekuatan gelap yang bermain.

Inflasi yang masih meningkat, keberlanjutan ekonomi Inggris selama pandemi global, dan rendahnya jumlah lapangan kerja menandakan Inggris belum sepenuhnya aman.’

Data resmi Inggris yang dirilis sebelumnya menunjukkan situasi ekonomi yang agak campur-aduk. Penjualan retail bulan Juli mencapai 3,6%, melebihi perkiraan yang hanya 2% lebih tinggi dibanding bulan Juni dan 3% lebih tinggi dibanding periode pra-pandemi pada Februari lalu.

Menurut the Office for national Statistic (ONS), tingkat penjualan makanan dan retail non-toko tetap lebih tinggi dibanding sebelum pandemi, sementara nonmakanan dan bahan bakar masih lebih rendah dibanding pra-pandemi.

Di saat data retail menunjukkan lonjakan positif dalam ekonomi, angka keuangan sektor public meng-highlight biaya upaya pencegahan Covid-19 yang tengah berjalan.

Utang Inggris (PSND ex) meningkat GBP2 Trilyun untuk yang pertama kalinya, dan utang pada akhir Juli mencapai 100,5% dari GDP, yang artinya peningkatan 20,4% secara year-to-date, dan pertama kalinya melebihi 100% sejak akhir tahun keuangan Maret 1961.

Grafik GBP/USD Juli-Agustus Rekam Penguatan Mata Uang Poundsterling

Dikutip dari id.exchange-rates.org, pada 22 Juli 2020 kurs GBP terhadap USD berada di posisi 1,273026. Setelah mengalami lonjakan tajam di akhir Juli dan beberapa puncak kecil yang cenderung stagnan hingga pertengahan Agustus, pada 17 Agustus kurs mata uang Poundsterling terhadap USD berada di posisi 1,310719.

Pada keesokan harinya, 18 Agustus 2020 terjadi lonjakan tajam ke posisi 1,3242. Dan dengan beberapa kali lonjakan tajam berturut yang masing-masing selalu diikuti sedikit penurunan nilai, kurs GBP terhadap USD pada 21 Agustus onward terus bertengger di kisaran posisi 1,308948.

Kebijakan Pemerintah Inggris yang Kuatkan Mata Uang Poundsterling

Setelah Pemerintah Inggris mengumumkan beberapa restriksi akan dilonggarkan negara itu pada minggu lalu, kurs GBP/USD diperdagangkan naik kembali mendekati posisi 1.3100. Dikutip dari vibiznews.com, di angka 3.9%, tingkat pengangguran di Inggris tetap dalam level yang luar biasa rendah, sebagai dampak positif dari keberhasilan skema cuti yang dirancang Pemerintah.

Rancangan skema cuti itu berupa sebuah program yang mempertahankan para pekerja tetap dikaryakan oleh perusahaan sambil tetap berada dirumah, dengan status sedang cuti, dengan sebagian besar gaji tetap dibayar.

Program ini akan berakhir pada bulan Oktober, karena Menteri Keuangan Inggris – Rishi Sunak telah menyatakan bahwa skema ini tidak bisa bertahan karena terlampau membebani Sterling.

Fokus mata dunia mulai bergeser dari Hong Kong ke Taiwan, meskipun ketegangan antara AS dan Cina tetap tinggi. Bagaimanapun, pasar labih tertarik pada kesepakatan perdagangan yang berpotensi memberi hasil yang memuaskan.

Sementara itu, perkembangan penanganan pandemi tetap menjadi isu yang penting di minggu ini. Terkontrolnya penyebaran Covid-19 meski kasus positif kembali meningkat merupakan harapan para trader Sterling.

Sterling otomatis akan terbebani oleh setiap kebijakan lock down baru atau penundaan pembukaan kembali sektor layanan publik. Sekolah pun akan kembali dibuka oleh Perdana Menteri Johnson.

Di sisi lain, investor menaruh harapan yang rendah akan adanya terobosan di dalam Brexit, dan perundingan AS – Inggris pun kini telah selesai. Angka-angka CPI pada hari Selasa mengawali kalender ekonomi.

Pandemi Covid-19 telah menurunkan tingkat inflasi, dan akan tetap tertekan. Di bulan Juni, CPI mencapai 0,6%. Angka penjualan ritel bulan Juni menunjukkan konsumsi lebih cepat pulih.

Mengapa Mata Uang Poundsterling Terus Mengalahkan USD?

Brexit (British exit) telah menjadi keputusan populis sejak 23 Juni 2016 di Brussel, yang isinya adalah keputusan sikap untuk meninggalkan keanggotaanya dalam Uni Eropa sejak 1973, karena Inggris telah kelelahan dalam membiarkan dan menyerahkan kontrol hukum pada kekuatan luar. Inggris mengkhawatirkan efek dari apa yang dipandang sebagai imigrasi tanpa pengecekan.

Dilansir oleh investopedia.com, kalangan ekonom yang yakin bahwa Inggris akan tetap berada dalam Uni Eropa memperingatkan konsekuensi ekonomi dari Brexit. Keputusan Brexit telah mengejutkan para pembuat peluang dan mengguncang pasar dunia.

Walaupun dulunya Brexit sempat mengakibatkan kemerosotan nilai mata uang Poundsterling hingga 8% dalam 24 jam, yang merupakan contoh betapa nilai relatif dapat mengalahkan nilai nominal sebuah mata uang dan membuat investor mengabaikannya, lebih dari 20 tahun hingga saat ini GBP tetap bertahan lebih kuat daripada USD dari segi nilai nominal.

Banyak pihak di dunia yang heran mengapa USD bisa kalah kuat dari GBP padahal ekonomi Amerika lebih besar daripada koalisi GBP yang meliputi Inggris, Jersey, Guernsey, The Isle of Man, Gibraltar, South Georgia, th South Sandwich Islands, the British Antartic Territory, Tristan da Cunha.

Sebuah bukti bahwa ekonomi negara berkuasa nggak otomatis membuat mata uangnya lebih kuat! Seperti juga Jepang yang GDPnya 50% lebih besar dari Inggris masih harus menyetarakan 139 JPY-nya untuk tiap 1 GBP.

Grafik GBP-IDR Juli-Agustus Rekam Penguatan Mata Uang Poundsterling

Dikutip dari dailyfx.com dan id.exchange-rates.org, kurs GBP terhadap Rupiah pun menunjukkan kenaikan konstan dalam 1 bulan terkahir, yaitu dari Rp18.658,2427 pada 22 Juli menjadi Rp19.654,1927 di akhir Agustus 2020.

Gimana, apakah kamu juga salah satu Brexiteeers? Jika hunch-mu percaya pada potensi kecemerlangan masa depan valuta kebanggaan Queen Elizabeth ini, jangan tunda lagi untuk berinvestasi di dalamnya ya, mumpung nilainya nanjak terus!

Terus kembangkan juga kinerja portofolio investasimu dengan memilih platform investasi yang efisien, efektif serta berintegritas seperti Ajaib, yang memungkinkan investasi saham dan reksa dana sekaligus dalam 1 aplikasi, biaya beli saham s/d 50% lebih murah, dan daftar 100% online tanpa biaya minimum.

Ajaib adalah pilihan super smart bagi investor Milenial karena terdaftar resmi dan diawasi oleh OJK juga IDX, serta mendapat penghargaan dari Asia Forbes, Fintechnew Singapore, Dunia Fintech dan Top 10 Startups from Y Combinators TechCrunch.

Artikel Terkait