Ajaib.co.id – PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berhasil mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga mencapai US$100 juta per kuartal III tahun 2021, meroket hingga 407% secara YoY atau pada periode sama tahun lalu sebesar US$19,72 juta.
Perolehan laba ini didukung penuh oleh pendapatan yang mencapai US$2,31 miliar pada sepanjang kuartal III tahun 2021 atau melesat 39,15% dibandingkan dengan US$1,66 miliar pada kuartal III tahun 2020.
“BRPT juga berhasil mendapatkan keuntungan dari kurs mata uang sebesar US$2,59 juta, keuntungan dari laba entitas asosiasi senilai US$12,72 juta, dan keuntungan dari instrumen keuangan derivatif hingga mencapai US$7,76 juta,” tutur manajemen PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dalam publikasinya.
BRPT juga berhasil menekan beban penjualan menjadi hanya sebesar US$43,24 juta, beban umum dan administrasi US$75,98 juta serta beban keuangan US$138,07 juta.
BRPT juga mencatatkan kenaikan aset sebesar US$14,97% menjadi US$8,83 miliar pada kuartal III tahun 2021 dari US$7,68 miliar pada kuartal III tahun 2020.
Peningkatan ini dikontribusi dari aset lancar US$3,21 miliar dan aset tidak lancar US$5,62 miliar. Kemudian, liabilitas tercatat menurun 2,95% menjadi US$4,6 miliar dari US$4,74 miliar pada kuartal III tahun 2020.
Penurunan bersumber dari liabilitas jangka pendek yang tercatat menurun menjadi US$905,67 juta. Pada ekuitas meningkat 43,87% menjadi level US$4,23 juta dari US$2,94 juta pada kuartal III tahun 2020.
Lain halnya, BRPT berencana melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) anak usahanya, yaitu PT Star Energy Geothermal. Namun, tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Masih banyak langkah dan persiapan yang harus dilakukan oleh anak usaha BRPT, Star Energy Geothermal, jika akan go public atau melakukan aksi IPO. Saat ini kami belum memiliki tanggal atau waktu yang pasti, dan BRPT baru akan mengambil langkah yang konkret terkait IPO jika waktunya sudah tepat,” tutur Wakil Presiden Direktur Barito Pacific Rudy Suparman.
Lanjutnya, apabila menurut BRPT waktunya sudah tepat, dan anak usaha dirasakan sudah sangat siap, pihaknya akan segera menyelesaikan seluruh langkah-langkah yang diperlukan untuk IPO. Apalagi, sejauh ini Star Energy memiliki track record kinerja operasional yang cukup solid.
Sekadar informasi, Star Energy mempunyai tiga aset operasional dengan total kapasitas terpasang 875 MW. Aset pertama adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Wayang Windu yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Wayang Windu memiliki kapasitas terpasang 227 MW.
Kemudian, terdapat PLTP Salak di kawasan Bogor dan Sukabumi dengan kapasitas terpasang 377 MW. Terakhir, ada PLTP Darajat di Bandung dan Garut dengan kapasitas 271 MW.
Saat ini, Star Energy sedang membangun pembangkit binary di Salak. Total belanja modal yang disiapkan untuk membangun Salak Binary mencapai US$45 juta.
Secara total, Star Energy menganggarkan belanja modal (Capital Expenditure/CAPEX) sebesar US$100-110 juta tahun ini. Hingga semester tahun 2021, Star Energy sudah menyerap belanja modal mencapai 25-30% dari total anggaran.
“Penyerapan belanja modal pada semester I tahun 2021 baru berkisar 25-30% karena drilling baru dilaksanakan pada pertengahan kedua 2021,” pungkasnya.
Sumber: Laba Bersih Barito Pacific Melesat 407%, dengan perubahan seperlunya.