Berita

Kenaikan IHSG Dibayangi Ketegangan AS-China

Ilustrasi artikel Ajaib mengenai pergerakan IHSG

Ajaib.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona hijau hingga akhir sesi I perdagangan pada hari Jumat (29/5/2020). IHSG berpotensi mencatatkan penguatan selama 4 hari beruntun.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan setengah hari pertama ini menguat 0,13 persen atau 5,94 poin ke level 4.722,12. Sebanyak 161 saham menguat, 207 saham melemah, sedangkan 158 saham lainnya stagnan.

Adapun pada perdagangan kemarin hari Kamis (28/5/2020), IHSG ditutup di level 4.716 dengan kenaikan tajam 1,61 persen atau 74,63 poin. Total transaksi tercipta mencapai Rp5,04 triliun dengan volume perdagangan 4,26 miliar lembar saham. Investor asing net buy Rp395,72 miliar.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi incaran utama investor asing di sesi I dengan nilai net buy Rp617,99 miliar. Terpaut jauh di posisi kedua PT Astra International Tbk (ASII) dengan net buy Rp59,94 miliar.

Indeks saham lainnya di Asia rata-rata melemah. Indeks Nikkei 225 turun 0,68 persen, indeks Hang Seng melemah 0,71 persen, sedangkan indeks  Shanghai Composite melemah menguat 0,01 persen.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi kepada bisnis.com menuturkan secara teknikal IHSG bergerak positif menuju resistan terdekat sekitar 4.800. Indikator stochastic yang mulai bergerak ke area overbought akan menjadi sinyal jenuh pada pergerakan selanjutnya di akhir minggu

“Jadi kami memperkirakan IHSG akan bergerak cenderung berfluktuasi dengan support di 4.640-4.800,” imbuhnya.

Hubungan AS-China Memanas

wajah presiden Amerika Serikat, Donald Trump

Dari sisi global, Presiden Donald Trump mengatakan akan mengadakan konferensi pers hari Jumat untuk membahas China, yang berpotensi memicu ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/5/2020) waktu setempat indeks saham acuan S&P 500 ditutup terkoreksi 0,21 persen atau 6,40 poin ke level 3.029,73, meskipun tetap bertahan di atas level 3.000, level teknis yang dipandang penting oleh para pengamat grafik.

Sejalan dengan S&P, indeks Nasdaq Composite melemah 0,46 persen atau 43,37 poin ke posisi 9.368,99 dan indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melorot 0,58 persen atau 147,63 poin ke level 25.400,64.

Indeks S&P 500 memangkas habis penguatan lebih dari 1 persen yang mampu dialami sebelumnya pada sesi perdagangan Kamis di tengah serangkaian data ekonomi yang menunjukkan meredanya dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).

Data menunjukkan 2,1 juta warga Amerika mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 23 Mei, tetapi klaim berkelanjutan menurun untuk pertama kalinya selama periode pandemi Covid-19.

Sementara itu, data pesanan barang tahan lama dan konsumsi pribadi menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan, sehingga menambah tanda-tanda bahwa dampak terburuk terhadap ekonomi telah berlalu.

Namun, pengumuman Trump mengenai rencana untuk mengadakan konferensi pers pada Jumat (29/5/2020) waktu setempat menjungkirbalikkan sentimen pasar. Investor berspekulasi AS akan mengambil tindakan terhadap China.

Meski agendanya tak jelas, tindakan ini dapat mengganggu kestabilan ekonomi global. Para pedagang pun berhati-hati dengan memanasnya eskalasi antara pemerintah AS dan China bahkan ketika bursa saham melonjak selama dua hari terakhir.

Para anggota parlemen China sebelumnya menentang Presiden Donald Trump dengan menyetujui proposal untuk undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong. Oleh Gedung Putih, langkah ini disebut “kesalahan besar”.

“Pasar akan berdagang dengan melihat segala pemberitaan. Mungkinkah dia [Trump] muncul dan mengatakan sesuatu yang dapat mencemaskan pasar secara sementara?” ujar David Spika, Presiden GuideStone Capital Management, seperti dilansir dari Bloomberg.

Bursa saham AS masuk ke zona merah untuk pertama kalinya dalam empat hari. Saham bank dan energi turun setidaknya 1,6 persen. Saham teknologi juga tergelincir, dengan Twitter kehilangan hampir 5 persen setelah Trump mengancam akan melonggarkan perlindungan hukum untuk platform-platform media sosial.

Berbanding terbalik dengan Wall Street, indeks Stoxx Europe 600 mampu berakhir naik tajam 1,6 persen dan indeks MSCI Asia Pacific menguat 0,9 persen.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,3 persen, nilai tukar euro terhadap dolar AS menguat 0,5 persen ke level US$1,106, level terkuat dalam dua bulan, dan yen terapresiasi tipis 0,1 persen ke level 107,63 yen per dolar AS.

Reaksi Trump Ketika China Menyetujui UU Keamanan Hong Kong

Panasnya hubungan AS-China baru-baru ini bisa dikatakan awalnya dipicu oleh masalah COVID-19. Trump dengan tegas menyatakan AS akan meminta China bertanggung jawab karena gagal menekan penyebaran wabah mematikan asal Wuhan tersebut.

Trump mencurigai asal muasal dari virus yang telah menginfeksi seluruh dunia tersebut. Menurut Worldometers, sekitar sepertiga kasus global ada di Amerika Serikat.

Terkait Hong Kong, perselisihan kedua ekonomi terbesar di dunia itu dipicu oleh kekhawatiran bahwa China akan menggunakan undang-undang baru untuk mengakhiri kebebasan Hong Kong sebagai wilayah semi-otonom.

Sebagaimana diketahui, baru-baru ini pemerintah Hong Kong mengeluarkan Undang-undang yang dianggap banyak pihak mencerminkan keinginan China untuk memperkuat cengkeramannya atas Hong Kong. UU itu adalah undang-undang keamanan nasional Hong Kong.

UU yang berisi tujuh pasal tersebut dipandang bakal memberi jalan bagi China untuk memperkuat kendalinya atas kota administrasinya itu. Aturan itu dianggap salah oleh banyak pihak lantaran saat ini kebebasan Hong Kong dari China telah dijamin.

Jaminan bagi Hong Kong memperoleh kebebasan telah disepakati oleh China dan Inggris dalam aturan “satu negara, dua sistem” setelah Hong Kong diserahkan oleh Inggris kembali ke China pada tahun 1997.

Menurut beberapa sumber diplomatik, konferensi pers Trump akan digelar pada hari yang sama ketika Inggris dan Amerika Serikat mengajak Dewan Keamanan PBB bertemu secara tidak resmi untuk membahas situasi di Hong Kong baru-baru ini.

Artikel Terkait