Ekonomi

Keadaan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Mana, 1998 atau 2020?

Keadaan Ekonomi Indonesia
Keadaan Ekonomi Indonesia

Ajaib.co.id – Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak negara masuk ke jurang resesi ekonomi, termasuk Indonesia. Sejumlah kalangan pun mulai membandingkan keadaan ekonomi negaranya di tahun ini dengan tahun 1998 silam. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah kondisi ekonomi Indonesia tahun 2020 lebih buruk dibandingkan tahun 2018?

Kondisi Ekonomi Indonesia 1998

Sebagian kalangan menilai, kondisi ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19 saat ini masih lebih baik dibandingkan tahun 2018. Dari status resmi saja berbeda. Di tahun 1998 lalu, Indonesia memasuki krisis ekonomi, sedangkan tahun ini masih berstatus resesi.

Ekonom Senior Raden Pardede menyebutkan, pada tahun 1998 silam, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi hampir 1,5 tahun lamanya. Kontraksi terdalam menyentuh 13,1% kala itu.

Data Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan, krisis moneter tahun 1998 memukul telak perekonomian Indonesia. Pada tahun 1996, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 7,8%. Setahun berselang, tanda krisis mulai muncul dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi hanya 4,7%. Setahun berselang, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi paling buruk, yakni -13,1%.

Secara perlahan, keadaan ekonomi Indonesia mulai merayap naik menjadi 0,791% pada tahun 1999. Pertumbuhan ekonomi Indonesia baru mampu menembus angka 5% pada tahun 2004. Artinya, perlu waktu enam tahun untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 5% sejak krisis menerpa di tahun 1998.

Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat hingga mencapai 6,34%. Memasuki tahun 2009, ekonomi Indonesia kembali melemah di bawah 5%, tepatnya 4,6%. Hal ini karena turut terdampak krisis finansial global setahun sebelumnya.

Namun, setelah itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik hingga mencatat pertumbuhan di atas 6% sampai tahun 2012. Memasuki tahun 2013 hingga sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten di angka 5%.

Kondisi Ekonomi Indonesia di 2020

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus tahun ini tidak identik kondisinya dengan apa yang terjadi pada tahun 1998 silam. Saat ini, Indonesia memiliki cadangan devisa sebesar US$130,444 miliar. Posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan untuk impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Tingkat inflasi juga terkendali, yakni 2,72% di tahun 2019. Sementara pada tahun 1997/1998, cadangan devisa Indonesia hanya US$17,427 miliar. Sementara inflasi tercatat sebesar 11,6%. Dengan cadangan devisa yang minim, Bank Indonesia (BI) tak memiliki amunisi yang cukup untuk menahan gempuran pelemahan nilai tukar rupiah. Saat itu, rupiah mengalami pemburukan yang sangat cepat dari Rp2.450 per dolar AS pada Juni 1997 menjadi Rp13.513 per dolar AS pada Januari 1998.

Kondisi itu membuat perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dalam denominasi dolar terpukul. Terlebih, saat itu belum banyak diterapkan lindung nilai. Maka, tak heran bila krisis ekonomi tahun 1998 silam lebih banyak dirasakan dampaknya oleh konglomerasi. Sementara itu, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) justru menunjukkan ketahanan yang lebih baik.

Saat ini, nilai tukar rupiah memang terus melemah, mengikuti tren pelemahan mata uang global. Dolar kini berada di kisaran Rp15 ribu. Namun, BI menegaskan terus mengupayakan agar pelemahan nilai tukar rupiah terkendali.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjamin, cadangan devisa Indonesia saat ini ini cukup untuk mengawal stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan Covid-19. Perry juga memastikan BI memiliki fasilitas currency swap secara bilateral bersama sejumlah bank sentral lain yang dapat mendukung cadangan devisa.

Perjanjian bilateral tersebut dilakukan antara lain dengan Cina senilai US$30 miliar, Jepang sebesar US$22,7 miliar, Singapura sebanyak 10 milyar dolar Singapura, serta Australia maupun bank sentral lain. Ini berbeda dengan kondisi 1997/1998, saat Indonesia tak punya alternatif untuk mendapatkan pendanaan, hingga akhirnya meminta ‘pertolongan’ ke Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Perbandingan Kondisi Ekonomi

Jadi, keadaan ekonomi Indonesia di tahun 1998 masih lebih buruk daripada tahun ini. Realisasi laju perekonomian Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 2020 tercatat -3,49%. Sebelumnya, pada kuartal ke-2 tahun ini, laju perekonomian tercatat -5,32%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif di kuartal I-2020, yakni 2,97%.

IMF, Bank Dunia, dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pun mengisyaratkan hal yang sama. Bank Dunia, misalnya, memproyeksikan Indonesia tidak akan mengalami pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 alias 0%. Angka lebih kecil diproyeksikan oleh IMF, yakni -0,5%. Angka lebih kecil lagi datang dari OECD, yaitu -2,8%.

Optimisme juga datang dari Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede. Ia  memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada 2020 ini bisa -1% sampai 0,5%. Jadi, sekali lagi, keadaan ekonomi tahun ini tidak akan separah dengan krisis 1998.

Pada tahun 1998 silam, Josua menganalisa, Pemerintah tidak mitigasi krisis yang terjadi. Tambah pula, ada ketidakstabilan politik di dalam negeri saat itu. Munculah yang disebut social unrest karena harga-harga melambung naik dan terjadi penjarahan. Meskipun pertumbuhannya negatif, Josua berharap, potensinya tidak terjadi social unrest.

Pemerintah RI, kata Josua, telah mengantisipasi dampak ekonomi dan sosial pandemi Covid-19 dengan mengeluarkan stimulus dan jaring pengaman sosial. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 bisa tumbuh positif. Namun, dengan syarat penyerapan dana penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi bisa cepat dilakukan.

Lantas, bagaimana keadaan ekonomi Indonesia tahun ini dibandingkan dengan tahun 2008? Keadaan ekonomi pada 2020 lebih buruk dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2008, harga komoditas masih relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun masih bisa tumbuh 4,6%. Padahal, banyak negara mengalami krisis ekonomi kala itu.

Terbukti, keadaan ekonomi Indonesia tahun ini masih lebih baik dibandingkan tahun 1998. Namun, bukan berarti kita bisa berpuas diri. Pasalnya, pandemi Covid-19 tetap memberikan ketidakpastian untuk banyak hal.

Artikel Terkait