Milenial

Era Digital Turunkan Imunitas Tubuh karena Kurangnya Sentuhan

Ajaib.co.id – Walau saat ini pandemi merundung dunia, kamu pasti masih ingat bahagianya hidup di kebangkitan era digital sepanjang 10 tahun terakhir.

Beragam kemudahan dan keleluasaan telah mendongkrak efektivitas dan efisiensi kinerjamu dan profesional milenial lainnya sedunia.

Era digital telah menggiring terjadinya revolusi perilaku. Andai saja pandemi tidak terjadi, sudah sesempurna apakah hidup kita semua? Telusuri lebih lanjut bersama Ajaib ya.

Ancaman Pandemi di Era Digital

Meskipun kamu masih bisa melihat dan berbicara pada orang-orang tersayang, faktanya kini kamu enggak bisa menyentuh mereka.

Hari ulang tahun dirayakan via video call, kakek-nenek yang berisiko tinggi terpapar pandemi, mager indoor, ngobrol sama tetangga dari balik kaca, dan sedih karena enggak bisa peluk orang-orang tersayang gara-gara mematuhi protokol PSBB dan social distancing.

Walaupun beberapa budaya memang lebih sensitif, sentuhan sangat fundamental perannya bagi manusia. Menurut Prof Robin Dunbar – Evolutionary Psychologist at The University of Oxford, menghilangkan sentuhan akan melemahkan kedekatan hubungan antar manusia.

Bagi individu yang tinggal sendirian, PSBB akan menimbulkan kelaparan sentuhan.

Seperti dilansir oleh Diana Spechler di guardian.com pada 9 Juli lalu, jenis sentuhan yang kita butuhkan adalah tepukan penyemangat di bahu, pelukan tulus, genggaman tangan bersahabat, hingga ciuman cinta.

Penelitian mengungkapkan, idealnya seseorang mendapatkan sentuhan baik minimal dua kali sehari, agar bahagia dan percaya pada sesama.

Communication Professor at The University of Arizona – Kory Floyd memaparkan, dari perspektif evolusi, kelaparan sentuhan akan menjadi sebuah ancaman.

Saat ini seakan menjadi hal yang wajar tidak disentuh orang lain selama berhari-hari, padahal otak akan kekurangan hormon oxytocin dan minim endogenous opiods. Efeknya akan seperti bayi baru lahir yang resah mencari-cari jari ibunya untuk digenggam.

Menurut ilmuwan syaraf Dr Katalin Gothard, sentuhan adalah indra bermakna emosional yang pertama muncul saat kamu lahir, dan yang terakhir sebelum kamu wafat.

Bayi yang baru lahir lebih mengerti sentuhan daripada penglihatan ataupun suara. Kaum manula akan kehilangan penglihatan, pendengaran dan keseimbangan, tapi tak akan kehilangan indra perabanya.

Pasien kondisi kritis menjadi tenang saat tangannya digenggam. Beberapa perawat pasien Covid-19 menjadi malaikat saat memberikan perawatannya, di kala keluarga dilarang mendekat ke ranjang kematian.

Kepahlawanan yang sama ditunjukkan oleh umat Kristen generasi awal di tengah wabah Antonine yang telah membunuh 5-10 juta orang sepanjang 165 -180 tahun setelah Masehi. Di mana mereka berduyun-duyun mendatangi korban wabah, bukan malah menjauhinya.

Mereka percaya bahwa menangani pemulihan adalah tugas luhur yang akan menghantarkan mereka ke surge. Mereka menganiaya keselamatan dirinya lewat sentuhan.

Tak terhitung lagi jumlah penelitian yang membuktikan pentingnya sentuhan sosial dan emosional, yang keduanya akan melepaskan hormon Endorphine dan Oxytocin, yang berfungsi mendongkrak sistem imunitas tubuh dan menstabilkan detak jantung.

Sekarang kamu pasti paham tentang kehilangan dan kerugian yang tengah kita hadapi di era digital.

Kegagalan Era Digital Atasi Dampak Pandemi

Marian Houser – Communication Studies Professor at Texas State University dan Co-Founder of Living Mental Wellness menegaskan bahwa tidak ada pengganti bagi sentuhan.

Tanya Goodin – Digital Detox Specialist dan penulis OFF and Stop Staring at Screens, problem di dalam era digital yang melemahkan ini adalah: adanya upaya penukaran kontak antar manusia dengan interaksi berbasis alat.

Ketika kamu terlalu lama menghabiskan waktu untuk online, kamu berarti sedang mengganti efek kuat jangka panjang Oxytocin dengan sengatan jangka pendek hormon Dopamine yang menimbulkan kecanduan saat mendapat tanda ‘Like’ di akun media sosial.

Namun video call di layar gadget tidak bisa memicu Oxytocin yang memerlukan kehadiran fisik. Jadi akhirnya era digital hanya memberikan sebuah keuntungan di atas sebuah kerugian.

Tak ada aktivitas online yang bisa menggantikan dalamnya ikatan chemistry dari rasa percaya dan cinta. Simpelnya, kamu membutuhkan efek sentuhan seperti halnya kamu membutuhkan air dan makanan untuk bertahan hidup.

Penulis Kanada – Margaret Atwood menegaskan bahwa sentuhan hadir sebelum penglihatan ataupun ucapan, merupakan bahasa pertama dan bahasa terakhir, yang selalu menyampaikan kebenaran.

Pentingnya Sentuhan di Era Digital

Seperti dilansir oleh Rebecca Gillam di balance.media pada Juli 2019 lalu, pentingnya untuk tetap berhubungan seringkali terlupakan di dalam masyarakat cyber-sentris saat ini.

Faktanya sentuhan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, namun di tengah era digital dan kehadiran yang di-device-kan, sentuhan menjadi hal yang dikesampingkan.

Popularitas yang membahana dari koneksi virtual seperti video call, voice notes dan emojis menunjukkan kondisi kejiwaan yang sebenarnya dari masyarakat. Dengan begitu banyaknya kecurigaan dan minimnya rasa percaya, kebutuhan akan sentuhan menjadi terabaikan.

Penyebab Pentingnya Sentuhan

Apa sih penyebab yang mendasari kebutuhan psikologi ini? Meskipun bagaimana cara otak memproses sentuhan masih menjadi topik penelitian, Dr carie Schuster menjelaskan bahwa indera peraba akan meresponnya dengan melepaskan sinyal kimia yang membantu seseorang merasa tenang.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa interaksi tersebut akan mengurangi Cortisol (hormon stres), lalu memproduksi Endorphine (hormon cinta yang bekerja di otak untuk meredakan rasa sakit), serta memproduksi Oxytocin (hormon percaya yang meredakan stres dan menghadirkan perasaan kuat akan keterhubungan, seperti antara ibu dan anak.

Oxytocin bisa dibilang sebagai yang terkuat, tapi juga yang perlu waktu paling lama untuk membangunnya.

Sentuhan mengaktifkan vagus, yaitu syaraf tengkorak ke-10 dan terpanjang, merentang dari otak hingga ke bagian usus besar, dan menghubungkan otak dengan tubuh, yang juga berfungsi sebagai saluran bagi sistem syaraf parasympathetic ke organ-organ utama perut.

7 Keajaiban Sentuhan

Seperti dilansir oleh Claudia Hammond – presenter of The Touch Test dan All in The Mind di www.bbc.co.uk, berikut ini adalah 7 keajaiban sentuhan:

1.   Sentuhan peraba adalah indra pertama yang tumbuh di dalam kandungan, sebelum pendengaran ataupun pengecap, apalagi penglihatan.

2.   Kulit adalah organ indra yang terbesar.

3.   Sentuhan meredakan stres pada manusia di semua usia.

4.   Beragam jenis syaraf akan mendeteksi jenis sentuhan berbeda, dan memproses rasa dan emosi.

5.   Satu sentuhan dapat menyiratkan beragam emosi.

6.   Beragam budaya punya norma berbeda dalam bersentuhan.

7.   Menyentuh tekstur barang mempengaruhi keputusan membeli.

Selagi masih diberi waktu, ajaklah orang tercinta untuk tinggal bersamamu agar bisa selalu saling memberi sentuhan sayang yang akan meningkatkan imunitas tubuh, karena itulah perisai terkuat yang sanggup menyelamatkanmu dari infeksi Covid-19.

Bagi sebagian kecil orang yang lebih menikmati kondisi untouchable mereka, entah karena sejarah trauma, masalah indra peraba, atau senang sendirian, biarlah mereka menanggung risiko kesehatannya sendirian.

Jangan gantikan sentuhan sayangmu dengan apapun, tapi manfaatkan era digital sepenuhnya untuk mengelola keuangan dan mengembangkan investasimu seoptimal mungkin, demi kebebasan finansial di masa depan.

Pilih platform investasi yang berintegritas seperti Ajaib, yang memungkinkan investasi saham dan reksa dana sekaligus dalam 1 aplikasi, biaya beli saham s/d 50% lebih murah, dan daftar 100% online tanpa biaya minimum.

Ajaib adalah pilihan super smart bagi investor milenial karena terdaftar resmi dan diawasi oleh OJK juga IDX, serta mendapat penghargaan dari Asia Forbes, Fintechnew Singapore, Dunia Fintech dan Top 10 Startups from Y Combinators TechCrunch.

Artikel Terkait