Komoditas

Diam-Diam Harga CPO Melesat, Bagaimana Prospeknya?

Minyak sawit

Ajaib.co.id – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO ) di Bursa Derivatif Malaysia melonjak, tepatnya sudah enam pekan beruntun harga komoditas andalan Indonesia terus menanjak.

Pada pekan kemarin tepatnya tanggal 15 Juni-19 Juni 2020, harga CPO di bursa komoditas Malaysia melesat 4% lebih. Harga bahkan menyentuh titik tertingginya sejak bulan Mei 2020.

Sumber: Trading economic

Kenaikan harga CPO searah dengan gerak harga minyak mentah (cude oil). Harga minyak jenis brent sepekan kemarin melesat 7,8%, sedangkan light sweet meroket 9,6%. Saat harga minyak melesat, CPO ikut diburu lantaran beberapa bahan bakar biodieasel menggunakan alternatif minyak sawit sebagai campurannya.

Melansir pemberitaan CNBCIndonesia, permintaan CPO dari China dan India juga turut meningkatkan harga CPO karena stok yang menipis. Di sisi lain, produksi di Indonesia dan Malaysia akan menurun akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menyebabkan gangguan distribusi dan sumber daya manusia.

“Mulai rendahnya stok di India dan China, dikombinasikan dengan pertumbuhan produksi yang tidak setinggi perkiraan di Indonesia dan Malaysia membuat harga CPO menjadi lebih tinggi,” kata Anikumar Bagani, Kepada Riset Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, sebagaimana diwartakan Reuters.

Indonesia dan Malaysia sepertinya bakal mendapat untung besar dari kenaikan harga CPO. Pasalnya lonjakan harga dibarengi dengan peningkatan volume ekspor.

Permintaan CPO Diperkirakan Membaik pada Semester II 2020

Permintaan minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) diperkirakan membaik di paruh kedua tahun ini. Katalis positif berasal dari aktivitas ekonomi yang mulai menggeliat, baik di tingkat global maupun domestik.

Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Michael Kesuma mengatakan, pembukaan kembali aktivitas ekonomi pada sejumlah sektor di Indonesia bakal mengerek kebutuhan energi. Hal ini pada gilirannya akan turut mengungkit serapan CPO domestik di sektor tersebut secara perlahan hingga tutup tahun nanti.

Kendati demikian, hal ini menurutnya tidak serta merta bakal mengerek harga komoditas CPO, sebab pergerakan harga CPO belakangan cenderung fluktuatif dan rentan dipengaruhi berbagai  sentimen. Kecenderungan ini diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai adanya kejelasan seputar penanganan wabah corona (covid-19).

“Pada saat gonjang ganjing kayak gini, ini harga akan naik turun terus sama seperti pasar saham,  kalau misalnya ada berita jelek negatif yang keluar langsung turun, kalau misalnya ada angin segar sedikit itu akan naik, tapi tidak bertahan lama” jelas Michael saat dihubungi Kontan.co.id. Kamis (18/6).

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Direktur Keuangan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), Lucas Kurniawan. Menurutnya, permintaan CPO berpeluang membaik di semester kedua tahun ini seiring pembukaan kembali aktivitas pada sejumlah sektor industri seperti misalnya hotel, restoran dan kafe (horeka) dan sebagainya.

Selain mengerek serapan CPO di sektor makanan dan minuman, pembukaan kembali aktivitas di sejumlah sektor juga berpotensi meningkatkan serapan CPO pada sektor energi untuk keperluan transportasi. “Namun permintaan CPO saat penerapan new normal diperkirakan belum mencapai jumlah permintaan seperti kondisi normal mengingat aktivitas belum pulih sepenuhnya,” imbuh Lucas.

Lebih lanjut, Lucas mengaku belum bisa memperkirakan proyekesi tren harga komoditas sawit di paruh kedua. Menurutnya, proyeksi harga CPO tidak hanya bisa ditentukan atas dasar permintaan pasar semata, sebab pergerakannya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya seperti misalnya harga minyak bumi, kondisi makroekonomi, politik, serta faktor-faktor eksternal lainnya.

Untuk itu, guna mengantisipasi risiko penurunan harga jual CPO, ANJT telah menyiapkan strategi. “Kami telah mengantisipasi penurunan harga jual CPO dengan melakukan efisiensi terhadap  biaya operasional dan menunda belanja modal yang tidak berdampak langsung terhadap peningkatan produktivitas,” kata Lucas.

Peluang membaiknya pasar CPO juga sudah diendus oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Corporate Secretary SSMS Swasti Kartikaningtyas mengatakan, pihaknya tengah menggencarkan kegiatan pemasaran dengan memanfaatkan perangkat teknologi seperti video conference guna menggaet lebih banyak pelanggan.

Upaya sudah membuahkan hasil. Dari beberapa penjajakan yang sudah dilakukan, SSMS telah mengantongi kontrak dagang alias sales contract untuk memasok CPO kepada beberapa pembeli di luar negeri.  “Ada yang  sudah kontrak, ada yang penjajakan dulu, karena konsumen ada juga yang konservatif, kalau belum lihat langsung kebun dan pabriknya belum mau beli,” ujar Swasti kepada Kontan.co.id, Kamis (18/6).

Kontribusi tambahan dari penjualan ke pembeli baru diperkirakan baru terasa di kuartal ketiga atau keempat tahun ini. Untuk itu, saat ini SSMS tengah memaksimalkan kegiatan produksi dengan tetap memerhatikan protokol pencegahan penyebaran corona baik di lapangan maupun di pabrik.

Swasti mengaku belum bisa menaksir bagaimana proyeksi harga CPO ke depannya, namun pihaknya berharap harga CPO dapat menunjukkan tren yang positif di semester kedua. “(Harga CPO) tergantung pasar dan sentimen-sentimen lain seperti misalnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, adanya penemuan obat/vaksin covid-19, penerapan regulasi, dan lain-lain,” terang Swasti.

Artikel Terkait