Ekonomi

Depresiasi Mata Uang, Beda dengan Devaluasi serta Faktor Pemicunya

depresiasi-mata-uang

Ajaib.co.id – Depresiasi mata uang adalah penurunan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Depresiasi mata uang dapat memberi sejumlah dampak bagi negara yang mengalaminya.

Seperti apa depresiasi mata uang secara konkretnya? Jika, misalnya, dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi terhadap rupiah, maka orang AS akan membutuhkan lebih banyak dolar AS untuk mendapatkan satu rupiah. Sebaliknya, rupiah menguat terhadap dolar AS di mata orang Indonesia. Artinya, orang Indonesia bisa mendapatkan satu dolar AS dengan lebih sedikit rupiah.

Dengan kata lain, bagi orang AS, depresiasi mata uang membuat barang dan jasa asal Indonesia menjadi lebih mahal. Sebaliknya, bagi orang Indonesia, produk dan layanan asal AS akan lebih murah karena nilai tukar rupiah yang menguat.

Perbedaan Depresiasi dan Devaluasi Mata Uang

Tidak sedikit yang salah memahami antara depresiasi dan devaluasi mata uang. Meski sama-sama mengacu pada penurunan nilai mata uang suatu negara dalam kaitannya dengan mata uang lain, keduanya mempunyai perbedaan yang cukup signifikan.

Berikut adalah beberapa perbedaan antara depresiasi dan devaluasi mata uang.

Sebab terjadinya

Depresiasi mata uang terjadi karena unsur ketidaksengajaan, yaini disebabkan kekuatan penawaran dan permintaan di pasar mata uang.

Sementara itu, keputusan sadar Pemerintah suatu negara mendasari terjadinya devaluasi mata uang. Kebijakan Pemerintah untuk menurunkan nilai mata uangnya memiliki tujuan tertentu, misalnya meningkatkan ekspor.

Sistem pertukaran mata uang

Depresiasi mata uang terjadi pada sistem pertukaran mata uang mengambang (real effective exchange rate). Sementara itu, devaluasi mata uang terjadi pada negara yang menggunakan nilai tukar tetap (pegged rate).

Pada sistem pertukaran mata uang mengambang, nilai mata uang ditentukan oleh pasar mata uang. Kekuatan penawaran dan permintaan mata uang asing tertentu memainkan peran penting di sini.

Bila permintaan terhadap dolar AS berkurang dan pada saat yang bersamaan pasokan dolar AS berlimpah di suatu negara, misalnya, maka dolar AS akan dijual dengan harga lebih murah. Sebaliknya, jika permintaan terhadap dolar AS tinggi melebihi pasokan yang ada, maka dolar AS menjadi lebih mahal.

Pada sistem nilai tukar tetap, bank sentral atau otoritas moneter suatu negara menetapkan nilai mata uangnya. Otoritas moneter bertugas menjaga cadangan devisa. Salah satu caranya ialah dengan membeli atau menjual mata uang sendiri di pasar valuta asing.

Hal ini bertujuan untuk menjaga nilai mata uang nasional dalam kisaran yang sangat sempit dan tidak membiarkannya mengambang terhadap mata uang lain.

Dampak terhadap perdagangan luar negeri dan ekonomi dalam negeri

Depresiasi mengakibatkan harga barang impor relatif lebih mahal dibandingkan barang ekspor. Namun, ini dengan asumsi bahwa volume ekspor dan impor berubah secara lamban. Jika hal itu terjadi, maka akan menyebabkan defisit perdagangan yang semakin besar.

Sementara itu, eksportir akan diuntungkan bila terjadi devaluasi mata uang. Pasalnya, salah satu tujuan devaluasi mata uang adalah meningkatkan ekspor suatu negara.

Tetapi, sebelumnya, produksi di suatu negara akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik. Selain itu, devaluasi dapat mendorong pengurangan produk impor di dalam negeri.

Masa berlakunya terhadap ekonomi

Depresiasi cenderung lebih sulit dikendalikan bahkan oleh Pemerintah suatu negara sekalipun. Dampaknya juga bisa berjangka panjang terhadap perekonomian suatu negara. Sebaliknya, devaluasi mata uang hanya menimbulkan dampak terhadap perekonomian dalam jangka pendek dan cenderung lebih mudah dikendalikan.

Faktor-Faktor Penyebab Depresiasi Mata Uang

Depresiasi mata uang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni:

Neraca perdagangan

Ekspor menyebabkan mata uang domestik terapresiasi. Sebaliknya, impor menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi. Oleh sebab itu, defisit perdagangan dapat mendepresiasi mata uang domestik karena ekspor lebih tinggi daripada impor.

Tingkat inflasi

Inflasi berdampak pada nilai tukar mata uang. Tingginya inflasi dalam suatu negara menyebabkan barang negara tersebut kurang kompetitif di pasar internasional. Hal ini berdampak pada menurunnya permintaan barang domestik. Ekspor pun menurun dan mendepresiasi mata uang domestik.

Suku bunga

Suku bunga domestik yang lebih rendah mempersempit selisih spread antara suku bunga domestik dan suku bunga internasional. Alhasil, banyak investor asing akan ‘cabut’ dari negara itu karena mereka mencari pengembalian yang lebih tinggi di pasar global. Aliran keluar membuat mata uang domestik lebih lemah (depresiasi).

Dampak Depresiasi Mata Uang

Instrumen utang

Bila depresiasi disebabkan oleh faktor lain (dan bukan inflasi), suku bunga mungkin tidak terpengaruh secara negatif. Oleh karena itu, hal itu mungkin tidak mempengaruhi instrumen utang sepenuhnya.

Dalam kasus inflasi, tingkat bunga bisa naik. Namun, Pemerintah dapat mencoba mengendalikan hal yang sama dengan memberlakukan pembatasan suku bunga. Oleh karena itu, suku bunga mungkin menghadapi pemotongan. Dengan demikian, ekonomi pada akhirnya bisa seimbang.

Pasokan produk asing

Depresiasi mata uang bisa mengakibatkan jumlah pasokan produk luar negeri lebih banyak dibanding produk lokal di pasar domestik. Meski begitu, hal ini dapat mendorong produksi dalam negeri untuk lebih bersaing dengan produk luar negeri. Jumlah produk lokal akan diupayakan meningkat, baik dari aspek kualitas atau kuantitas.

Oleh karena itu, pada akhirnya, harga produk luar negeri akan turun. Alhasil, perekonomian dalam negeri akan terbantu dari dua aspek, output industri dalam negeri yang meningkat dan menyeimbangkan biaya.

Saat output industri lokal meningkat, permintaan keseluruhan negara untuk produk pun bisa terdongkrak. Dengan demikian, secara bertahap, ini mengarah pada pertumbuhan yang lebih baik bagi negara itu sendiri.

Artikel Terkait