Ekonomi

Contoh Indikator Ekonomi, Kira-kira Apa Saja Ya?

Ajaib.co.id – Kondisi ekonomi sebuah negara bisa diukur dari beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut dapat dipakai oleh analis untuk berbagai tujuan, misalnya memproyeksikan potensi investasi atau menilai kesehatan ekonomi secara keseluruhan. Apa saja kira-kira contoh indikator ekonomi?

Indikator ekonomi (economic indicator) merupakan data ekonomi. Indikator ekonomi biasanya merujuk pada statistik skala ekonomi makro dari waktu ke waktu. Indikator ekonomi memiliki banyak jenis. Nah, berikut adalah beberapa contoh indikator ekonomi yang lazim digunakan.

Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) dianggap sebagai indikator utama kinerja ekonomi makro. PDB nominal menunjukkan sejumlah hal yang dialami sebuah negara. Meski begitu, PDB bukan ukuran ekonomi yang sempurna. Pada PDB, misalnya, tidak mencakup transaksi non pasar, seperti transaksi ekonomi bawah tanah (underground economy) dan transaksi barter.

Di samping itu, PDB juga tidak menginformasikan ada atau tidaknya peningkatan kualitas produk dalam perekonomian. Belum lagi, data PDB umumnya dipublikasikan per tiga bulan. Hal ini membuat sejumlah investor lebih suka menggunakan indikator ekonomi alternatif yang dirilis lebih cepat. 

Inflasi

Inflasi sering digunakan oleh analis keuangan untuk mengetahui kondisi ekonomi di sebuah negara. Hal ini mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dan aset. Inflasi pun kerap menjadi acuan dalam pengambilan keputusan moneter.

Bank Indonesia (BI), contohnya, menentukan kebijakan moneternya berdasarkan upaya untuk mencapai sasaran inflasi tertentu. Kerangka ini dikenal dengan inflation targeting framework. Pengukuran tingkat inflasi sendiri sering menggunakan salah satu indikator Indeks Harga Konsumen (IHK).

Biasanya, otoritas moneter fokus pada inflasi inti daripada inflasi secara keseluruhan. Inflasi inti tidak mencakup barang-barang dengan volatilitas harga yang tinggi, misalnya energi dan produk terkait makanan. 

Suku Bunga Kebijakan

Dalam melaksanakan berbagai kebijakan moneter dan memberikan kontrol yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara, bank sentral menentukan suku bunga kebijakan.

Di samping bank sentral, tidak sedikit investor yang mengawasi ketat suku bunga kebijakan karena implikasinya yang besar terhadap pasar keuangan dan ekonomi. Perubahan suku bunga kebijakan dapat menunjukkan arah ekonomi di sebuah negara.

Tak hanya itu, suku bunga kebijakan juga mempengaruhi biaya pinjaman dan pengembalian atas tabungan. Oleh sebab itu, suku bunga kebijakan menjadi komponen penting dari pengembalian banyak investasi.

Bank Indonesia, sebagai ilustrasi, menurunkan suku bunga kebijakan di tengah kontraksi perekonomian global yang berlanjut dan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2020 yang diperkirakan masih mengalami kontraksi, meskipun pada Juni 2020 mulai membaik.

Berdasarkan asesmen perekonomian terkini, Bank Indonesia pada 15–16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%.

Keputusan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19. 

Tingkat Pengangguran Terbuka

Data pengangguran, khususnya terbuka, juga bertindak sebagai salah satu faktor untuk mengukur sentimen investor. Data pengangguran terbuka juga digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen dalam sebuah negara. Sentimen investor umumnya berkorelasi dengan jumlah pekerjaan yang ditambahkan selama periode tertentu.

Lebih spesifik, tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka yang sebesar 5,34% menurun menjadi 5,28% di Agustus 2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar lima orang menganggur. Dalam rentang waktu lebih luas, tingkat pengangguran terbuka menurun 0,90% sejak Agustus 2015 hingga Agustus 2019.

Cadangan Devisa

Cadangan devisa merupakan indikator moneter sangat penting yang menunjukkan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu, cadangan devisa dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu jaminan tercapainya stabilitas moneter dan perekonomian makro sebuah  negara (Tambunan, 2001).

Besar-kecilnya posisi cadangan devisa sebuah negara tergantung pada berbagai macam faktor yang berpengaruh pada masing-masing unsur dalam neraca pembayaran Indonesia.

Bagi negara seperti Indonesia, ekspor memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Valuta asing yang didapat dari kegiatan ekspor akan menambah cadangan devisa negara. Pada akhirnya, ini dapat memperkuat fundamental perekonomian Indonesia.

Salah satu upaya Pemerintah untuk mendapatkan devisa dari luar negeri ialah dengan jalan melakukan pinjaman ke negara lain dan mengekspor hasil-hasil sumber daya alam ke luar negeri. Dari hasil devisa ini, maka dapat digunakan untuk menambah dana pembangunan negara. Bagaimana cadangan devisa Indonesia di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini?

Cadangan devisa Indonesia ternyata meroket pada Juli 2020 hingga melampaui rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai lebih dari 1,5 tahun yang lalu. Setelah merosot tajam pada Maret, cadangan devisa Indonesia menanjak dalam empat bulan beruntun. Salah satu pemicu meroketnya cadangan devisa pada bulan Juli adalah penerbitan global bond.

BI melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$135,1 miliar. Angka ini melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.

Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga satu mata uang terhadap mata uang lain. Untuk negara dengan perekonomian terbuka, nilai tukar adalah variabel ekonomi penting. Pergerakan dalam nilai tukar mempengaruhi keputusan individu, bisnis, dan Pemerintah.

Nilai tukar penting bagi perekonomian Indonesia karena mempengaruhi perdagangan dan aliran keuangan antara Indonesia dan negara-negara lain. Nilai tukar juga mempengaruhi bagaimana BI melakukan kebijakan moneter.

Sumber: Rekapitulasi indikator ekonomi Indonesia sepanjang 2019, Tindakan Ekonomi: dari Definisi hingga Hubungannya dengan Dunia Bisnis, dan Ini yang Bikin Cadangan Devisa RI Tertinggi Sepanjang Masa, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait