Berita

BPS: Agustus’2020 Terjadi Deflasi Sebesar 0,05%, Apa Artinya?

Ajaib.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,05 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2020, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,10 persen.

Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy) masih terjadi inflasi 1,32 persen pada, sedangkan pada tahun berjalan (year-to-date/ytd) masih terjadi inflasi sebesar 0,93 persen. Berdasarkan wilayahnya, terjadi deflasi di 90 kota.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Berdasarkan kelompok pengeluaran, maka sebanyak dua kelompok mengalami deflasi, sedangkan lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar minus 0,86 persen, dengan andil kepada deflasi minus 0,22 persen.

Kemudian, kelompok transportasi juga mengalami deflasi sebesar 0,14 persen, dengan andil kepada inflasi 0,02 persen. Deflasi pada kelompok ini dipicu oleh penurunan tarif angkutan udara.

Ini Penyebab Deflasi bulan Agustus 2020

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, deflasi yang terjadi tak lepas dari pandemi Covid-19 yang masih terjadi. Bahkan, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi merata di seluruh negara-negara di dunia.

“Pandemi ini menyebabkan lemahnya daya beli, sehingga hampir seluruh negara mengalami perlambatan inflasi dan bahkan deflasi. Apalagi, kita sadar kalau Covid-19 ini menghantam seluruh lapisan masyarakat,” ujar Suhariyanto, Selasa (1/9), seperti diberitakan Kontan.co.id.

Selain pelemahan daya beli, Suhariyanto juga menyebut kalau deflasi juga datang dari sisi supply. Oleh karena kebijakan pemerintah, ketersediaan pasokan pun terjamin. Suhariyanto melanjutkan, saat ini pemerintah telah menggulirkan berbagai kebijakan untuk pemulihan perekonomian Indonesia dari Covid-19. Ia berharap, dengan kebijakan-kebijakan tersebut, indikator perekonomian bisa kembali normal.

“Namun, di sisi lain, nampaknya daya beli masyarakat butuh waktu untuk kembali ke posisi normal atau pra Covid-19,” tambahnya.

Ini Kata Pengamat Mengenai Deflasi bulan Agustus 2020

Peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Sugandi menilai, deflasi pada bulan Agustus 2020 terjadi karena kommbinasi dari peningkatan pasokan barang dan jasa selama pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan masih lemahnya permintaan barang dan jasa oleh rumah tangga.

Untuk mengungkit daya beli masyarakat ini, Eric menilai, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sudah mencakup program pemulihan daya beli masyarakat, bahkan bisnis, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Lalu, tinggal bagaimana mempercepat penyaluran dana PEN ini,” imbuh Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (1/9).

Selain dengan program yang telah digulirkan oleh pemerintah, Eric menilai, pembukaan sektor-sektor perekonomian secara bertahap juga bisa membantu memulihkan daya beli.

Dari faktor eksternal, harga-harga komoditas juga sudah mulai membaik. Pun dengan ekspor Indonesia juga sudah membukukan kinerja yang membaik akibat negara-negara tujuan ekspor mulai kembali membuka sektor perekonomian mereka.

“Sehingga ini, mampu membantu rumah-rumah tangga yang pendapatannya bergantung pada ekspor komoditas,” tambah Eric.

Namun, Eric memberi catatan, semuanya itu bisa lebih maksimal kalau wabah Covid-19 sudah mulai bisa dikendalikan. Pemulihan ekonomi bisa lebih cebat bila sudah ada vaksin, juga obat dari virus ini.

Dengan angka deflasi 0,05%, tingkat inflasi tahun kalender atau dalam periode Januari 2020 hingga Agustus 2020, tercatat sebesar 0,93% ytd. Sementara itu, dari tahun ke tahun terjadi inflasi sebesar 1,32% yoy.

Eric pun memprediksi, inflasi tahunan di keseluruhan tahun 2020 ini akan bergerak di kisaran 2,5% hingga 2,8% yoy.

Artikel Terkait