Harga Wajar BBRI: Perkiraan & Asumsi Terkini
Sarifa•October 23, 2025

Harga wajar BBRI menjadi perhatian banyak investor, mengingat emiten ini merupakan salah satu saham blue-chip di Indonesia. Namun, seperti halnya instrumen investasi lainnya, harga saham BBRI dapat berubah tergantung kondisi pasar saham perbankan. Untuk membantumu memahami nilainya, berikut merupakan perkiraan dan asumsi terkini harga wajar saham BBRI.
Apa Metode Penilaian yang Umum Digunakan?
Menilai harga wajar sebuah saham adalah langkah penting sebelum berinvestasi. Untungnya, terdapat beberapa metode analisis yang umum digunakan oleh para analis untuk memperkirakan nilai intrinsik suatu saham.
Terdapat empat metode penilaian saham yang umum digunakan yaitu P/E Ratio, PBV, Discounted Cash Flow, dan Dividend Discount Model.
Metode-metode ini dapat dikelompokkan ke dalam pendekatan yang berbeda, ada yang berfokus pada nilai relatif dengan membandingkan perusahaan sejenis (seperti P/E dan PBV), dan ada yang berfokus pada nilai absolut dengan menghitung proyeksi arus kas atau dividen di masa depan (seperti DCF dan DDM). Memahami dasar setiap metode akan memberimu perspektif yang lebih baik dalam menilai sebuah laporan analis.
P/E Ratio (Price to Earnings)
Price to Earnings Ratio (P/E Ratio) adalah metode penilaian yang dilakukan dengan melihat perbandingan harga saham terhadap laba per saham (EPS). Rasio ini menunjukkan berapa besar investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan perusahaan.
Rumusnya adalah: Harga Saham / Laba per Saham (EPS). Sebagai contoh, jika harga saham BBRI Rp 4.000 dan EPS-nya Rp 300, maka P/E Ratio-nya adalah sekitar 13,3x. Angka ini kemudian bisa dibandingkan dengan rata-rata P/E industri perbankan atau dengan kinerja historis BBRI sendiri untuk menentukan apakah sahamnya tergolong murah atau mahal.
PBV (Price to Book Value)
Price to Book Value (PBV) menjelaskan bahwa penilaian dilakukan dengan melakukan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham. Nilai buku merepresentasikan nilai ekuitas (aset dikurangi liabilitas) yang dimiliki perusahaan.
Rumusnya adalah: Harga Saham / Nilai Buku per Saham. Metode ini sangat relevan untuk perusahaan di sektor padat modal seperti perbankan. Sebuah laporan penelitian dari Kiwoom Sekuritas, misalnya, menyatakan bahwa mereka menggunakan pendekatan multiple valuation, termasuk PBV, untuk menilai BBRI. Jika PBV suatu bank di bawah 1,0, bisa diindikasikan bahwa harga pasarnya lebih rendah dari nilai bukunya.
Discounted Cash Flow (DCF)
Discounted Cash Flow (DCF) atau Arus Kas yang Didiskontokan adalah metode penilaian yang dilakukan dengan mendiskon proyeksi arus kas yang diharapkan di masa depan kembali ke nilai saat ini. Intinya, metode ini menjawab pertanyaan: “Berapa nilai hari ini dari semua uang yang akan dihasilkan perusahaan di masa depan?”
Perhitungan DCF cukup kompleks karena melibatkan proyeksi arus kas bebas perusahaan untuk tahun-tahun mendatang dan menentukan tingkat diskonto yang tepat (seringkali menggunakan Weighted Average Cost of Capital atau WACC). Meski powerful, metode ini sangat sensitif terhadap asumsi yang digunakan.
Dividend Discount Model (DDM)
Dividend Discount Model (DDM) adalah metode yang biasanya digunakan untuk menilai saham-saham yang rutin membagikan dividen, seperti saham perbankan. Model ini, termasuk model pertumbuhan konstan (Gordon Growth Model), menghitung nilai intrinsik saham dengan mendiskontokan semua pembayaran dividen di masa depan.
Sebuah penelitian akademis oleh Irfan Zidni (2020) pernah mengaplikasikan Dividend Discount Model (DDM) untuk menilai saham BBRI, yang menunjukkan relevansi metode ini untuk emiten seperti BRI. DDM sangat bergantung pada asumsi tentang pertumbuhan dividen di masa depan dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor.
Estimasi Terbaru Harga Wajar BBRI
Berdasarkan metode-metode di atas, analis melakukan kalkulasi dengan berbagai asumsi. Berikut adalah revisi terhadap harga saham yang diberikan oleh analis beserta asumsinya:
- Asumsi Dividend Payout Ratio (DPR): Analis biasanya mengasumsikan DPR BBRI sekitar 70-85%, mengingat track record pembagian dividennya yang konsisten.
- Asumsi Pertumbuhan Laba: Proyeksi pertumbuhan laba bersih (earning growth) untuk tahun-tahun mendatang berkisar antara 5-10%, dengan mempertimbangkan prospek kredit dan suku bunga.
- Basis Harga (Closing Price): Perhitungan ini sering kali menggunakan harga penutupan terkini, misalnya di level Rp 4.040.
- Opini Analis: Sebagian besar analis memberikan rekomendasi “BELI” untuk BBRI. Konsensus target harga dari puluhan analis berada di kisaran Rp 4.600 – Rp 4.900. Sebagai contoh, satu laporan analis dari sekuritas ternama merevisi perhitungannya dan menghasilkan target harga Rp 4.750 dengan asumsi PBV 1.6x dan pertumbuhan kredit yang stabil.
Bagaimana Prospek Saham BBRI Ke Depan?
Memahami prospek ke depan tidak hanya dari angka, tetapi juga dari kinerja dan strategi perusahaan. Meski laba bersih BBRI semester I-2025 tercatat turun 11,5% secara tahunan (yoy), ada beberapa hal fundamental yang masih kokoh.
Faktor Pendukung Prospek Positif:
- Kinerja Kredit yang Tumbuh: Penyaluran kredit masih menunjukkan pertumbuhan 6,0% YoY.
- Dana Murah yang Kuat: Rasio CASA (giro dan tabungan) yang tinggi di level 65,5% menunjukkan kemampuan menghimpun dana murah yang baik.
- Digitalisasi: Efisiensi dari digitalisasi melalui BRImo terus dikembangkan untuk menekan biaya operasional.
- Ekspektasi Suku Bunga: Penurunan suku bunga acuan di masa depan dapat menekan biaya pendanaan dan mendongkrak laba.
Tantangan yang Perlu Diwaspadai:
- Tekanan pada Laba: Penurunan laba bersih seperti yang terjadi di semester I-2025 adalah sinyal untuk dipantau.
- Beban Provisi: Lonjakan beban pencadangan (provision expenses) menjadi faktor utama penurunan laba.
- Risiko Kredit: Selalu menjadi faktor utama yang diwaspadai dalam industri perbankan.
Perbandingan Harga Wajar vs Harga Pasar Terkini
Berdasarkan estimasi berbagai analis yang telah disebutkan, saham BBRI secara umum dinilai masih dalam kondisi undervalued atau terdiskonto. Artinya, harga wajar yang diperkirakan oleh analis saat ini lebih tinggi daripada harga pasar yang berlaku.
Sebagai ilustrasi, jika harga pasar BBRI berada di kisaran Rp 4.040, sementara konsensus analis memperkirakan harga wajar di atas Rp 4.600, maka terdapat potensi kenaikan (upside) sekitar 14-20% untuk mencapai harga wajar tersebut. Kondisi undervalued inilah yang sering dijadikan pertimbangan bagi analis untuk memberikan rekomendasi “Beli” atau “Strong Buy“.
Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Membeli dan Menjual Saham di Ajaib
Mulai Investasi Saham di Ajaib!
Ajaib adalah aplikasi investasi all-in-one, mulai dari Saham Indonesia, reksadana, obligasi, kripto, hingga saham Amerika. Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di beragam instrumen di Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online. Sudah berizin dan diawasi OJK & BAPPEBTI.
Artikel Terkait




Artikel Populer
Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi
Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!