PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menerima pembayaran termin Rp 17,2 triliun dari proyek Konstruksi Light Rail Transportation (LRT) Jabodebek di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi yang telah mencapai 95 persen. Nilai kontrak proyek mencapai Rp 23,3 triliun.
Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson, mengatakan pembayaran termin mengikuti kemajuan konstruksi LRT Jabodebek yang telah mencapai 95 persen.
“Saat ini, dari Rp 23,3 triliun, kami telah menerima Rp 17,2 triliun, syukur alhamdulillah, sehingga cukup lancar,” kata Entus pada acara ADHI Expo, Rabu (1/3/2023).
Emiten konstruksi milik negara ini pada tahun 2021, telah menerima pembayaran termin sebesar Rp 13,3 triliun. Artinya, hingga tahun 2023 akan ada pembayaran tambahan sebesar Rp 4 triliun, sehingga total uang yang diterima oleh ADHI akan mencapai Rp 17,2 triliun.
Sementara itu, total kontrak untuk LRT Jabodebek mencapai Rp 23,3 triliun, di mana Rp 4,2 triliun dibayar menggunakan skema turnkey. Di mana pembayaran akan diterima oleh Adhi Karya setelah proyek selesai.
“Pada masa lalu, kami memiliki Rp 4,2 triliun yang menjadi pembayaran yang diver, selama 15-20 tahun pada saat itu, kami mengubahnya. Sehingga ketika kami menyelesaikan PHO (penyerahan sementara pekerjaan), insya Allah, kami akan menerima pembayaran yang tersisa,” katanya.
Di sisi lain, total piutang Adhi Karya mencapai Rp 18 triliun. Sebagian dari jumlah ini merupakan utang sejumlah BUMN. BUMN yang dimaksud adalah PT Hutama Karya (Persero), PT KAI (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), dan PT Angkasa Pura II (Persero).
Utang KAI berasal dari proyek LRT Jabodebek. Jumlahnya mencapai Rp 4,2 triliun dan dibayar melalui skema turnkey oleh KAI.
“LRT (Jabodebek), LRT dari Rp 23,3 triliun, pekerjaan kami ada di infrastruktur, Rp 4,2 triliun adalah pembayaran turnkey untuk KAI,” tutup Entus.
Sumber: Adhi Karya (ADHI) has pocketed IDR 17.2 trillion in payments for the LRT project, dengan perubahan seperlunya.