Strategi bird in hand kerap menjadi andalan investor untuk mengoptimalkan investasi di tengah ketidakpastian pasar. Alih-alih mengejar hasil yang tidak pasti, teori bird in hand cenderung mengarahkan untuk mengamankan peluang yang sudah ada dalam genggaman.
Apa Itu Strategi Bird In Hand?
Laman resmi Finance Strategist menjelaskan pengertian strategi bird in hand adalah salah satu teori dalam investasi yang menyatakan bahwa investor lebih memilih dividen yang sudah pasti. Daripada menunggu keuntungan modal yang belum tentu terwujud di masa depan.
Alasannya jelas, dividen memberikan keuntungan langsung dan lebih stabil. Sementara keuntungan modal bergantung pada pergerakan harga saham yang penuh ketidakpastian. Strategi bird in hand dalam investasi ini mengambil inspirasi dari pepatah lama “lebih baik satu burung di tangan daripada dua burung di langit.”
Teori bird in hand ini pertama kali dicetuskan oleh Myron Gordon dan Eli Shapiro pada tahun 1956. Teori ini menjelaskan bahwa dividen yang pasti dianggap lebih menarik karena memberikan kepastian, sementara kenaikan harga saham bersifat spekulatif.
Teori bird in hand merupakan sanggahan atas teori dividend irrelevance dari Modigliani-Miller yang berpendapat bahwa sumber keuntungan tidak mempengaruhi preferensi investor. Menurut pendapat Modigliani-Miller, nilai perusahaan tidak terpengaruh oleh keputusan dividen.
Para investor yang menerapkan strategi bird in hand dalam investasi melihat dividen sebagai hasil investasi yang lebih nyata karena dibayarkan secara teratur. Di sini, dividen diibaratkan sebagai “burung di tangan.”
Memang terdapat potensi keuntungan berkembangnya nilai investasi dari pergerakkan harga saham, namun sifatnya belum pasti. Potensi keuntungan tersebut diibaratkan sebagai “dua burung di langit” yang bisa saja kita dapatkan, namun bisa juga lepas.
Dengan memilih dividen, investor merasa lebih aman dari fluktuasi pasar yang mungkin memengaruhi nilai kapitalisasi saham. Meski begitu, strategi bird in hand dalam investasi juga memiliki kelemahan.
Salah satu kelemahan teori ini yaitu hilangnya potensi keuntungan yang lebih besar. Investasi yang hanya fokus pada dividen berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi yang mengincar kenaikan harga saham.
Misalnya, selama dekade 1970-an ada periode ketika pendapatan dari dividen bahkan tidak mampu mengimbangi inflasi. Investor yang memilih pendekatan strategi bird in hand ini mungkin merasa nyaman, tetapi potensi keuntungannya lebih terbatas.
Sebagai contoh, saham seperti Coca-Cola dapat diterapkan dalam strategi ini. Perusahaan tersebut telah membayarkan dividen secara konsisten sejak 1920-an dan terus meningkatkannya setiap tahun sejak 1964. Rekam jejak yang baik dalam memberikan imbal hasil yang stabil menjadikan Coca-Cola cocok bagi mereka yang mengandalkan teori bird in hand.
Baca Juga: Pengertian Strategi Butterfly Spread dan Jenis-Jenisnya
Tips Menerapkan Strategi Bird In Hand dalam Investasi
Menerapkan strategi bird in hand bukan hanya soal memilih saham dengan dividen tinggi. Kita juga perlu menganalisis bagaimana dividen tersebut mencerminkan kekuatan finansial dan komitmen perusahaan terhadap investor.
Tanpa riset yang cermat, berharap pada dividen saja bisa menjadi langkah yang kurang bijak. Apalagi jika kondisi pasar sedang tidak stabil. Berikut tips menerapkan strategi bird in hand dalam investasi untuk mewujudkan tujuan finansial yang lebih pasti.
1. Pilih Saham dengan Dividen Stabil
Pembagian dividen yang stabil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki pendapatan yang cukup kuat untuk terus memberi imbal hasil kepada investor. Carilah saham dari perusahaan yang memiliki rekam jejak membayar dividen secara konsisten. Hal ini sesuai dengan prinsip teori bird in hand yang mengutamakan kepastian dividen.
2. Perhatikan Rasio Pembayaran Dividen
Rasio pembayaran dividen dapat memberikan gambaran seberapa besar keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada investor. Rasio yang stabil menunjukkan perusahaan menjaga keseimbangan antara pembagian keuntungan dan pengembangan bisnis. Sebaliknya, rasio yang terlalu tinggi justru bisa menjadi tanda bahwa perusahaan tidak cukup menginvestasikan kembali laba untuk pertumbuhan.
3. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum berinvestasi, lakukan analisis mendalam terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pilih perusahaan dengan laporan keuangan yang baik dan pertumbuhan pendapatan yang stabil. Sehingga dividen yang diterima lebih terjamin dan minim risiko pengurangan dividen.
Baca Juga: Mengenal Pentingnya Laporan Keuangan Perusahaan bagi Bisnis
4. Pahami Sektor Industri yang Tepat
Beberapa industri lebih dikenal dengan dividen stabil, seperti utilitas dan barang konsumsi. Industri seperti ini cenderung kurang terpengaruh oleh siklus ekonomi. Sektor-sektor ini cocok bagi investor yang menerapkan strategi bird in hand karena potensi dividen yang lebih terprediksi dan stabil.
5. Perhatikan Reinvestasi Dividen
Untuk memaksimalkan imbal hasil, pertimbangkan reinvestasi dividen ke dalam saham yang sama. Kita juga dapat memilih perusahaan lain dengan kebijakan dividen yang baik. Strategi ini memungkinkan investor memanfaatkan dividen yang diterima sebagai sumber pendapatan tambahan yang stabil.Bagi yang memiliki profil risiko rendah dan lebih menyukai kepastian, strategi bird in hand dapat menjadi pilihan yang sesuai. Namun strategi bird in hand dalam investasi cenderung kurang menarik bagi mereka yang menyukai tantangan dan menginginkan potensi keuntungan yang lebih besar.