Ekonomi

Memahami Makro Ekonomi Dari Sejarah, Definisi, dan Tujuan

Ajaib.co.id – Dalam dunia ekonomi, kita sering mendengar istilah mikro dan makro. Kali ini, kita akan memahami makro ekonomi dilihat dari sejarah, definisi, dan tujuan.

Sejarah Makro Ekonomi

Konsep makro ekonomi sudah sejak lama menjadi fokus ilmu. Namun pada abad ke-20 dan ke-21, ilmu ini mulai memperhatikan pada pertumbuhan, perdagangan, pengangguran, dan harga. 

Dalam ekonomi modern, ekonom asal Inggris John Maynard Keynes menerbitkan The General Theory of Employment, Interest, and Money pada 1936. Keynes menjelaskan dampak dari Great Depression, yaitu ketika barang tidak terjual dan pekerja menganggur. 

Keynes juga menjelaskan teori mengapa pasar mungkin tidak jelas, yang akan berkembang (kemudian di abad ke-20) menjadi sekelompok aliran pemikiran makro ekonomi yang dikenal sebagai ekonomi Keynesian atau Keynesianisme atau teori Keynesian. Sebelum Teori Keynes, para ekonom tidak membedakan antara mikro dan makro. 

Definisi Makro Ekonomi

Dari laman Investopedia.com yang diperbarui 13 Oktober 2020, definisi makro ekonomi adalah cabang ekonomi yang mempelajari fenomena perekonomian secara keseluruhan (pasar atau sistem lain yang beroperasi dalam skala besar). Seperti inflasi, investasi, tingkat harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, produk domestik bruto (PDB), serta perubahan pengangguran.

Berdasarkan Konsep Dasar Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi (2018) karya Thamrin, makro ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang mendalami perekonomian negara secara komprehensif. Makro ekonomi mempelajari hubungan kausal antara variabel-variabel agregatif, Kompas.com (21/01/2020).

Makro ekonomi mencoba mengukur seberapa baik kinerja suatu perekonomian, memahami kekuatan apa yang mendorongnya, dan untuk memproyeksikan bagaimana kinerja dapat meningkat. Hal tersebut berkaitan dengan kinerja, struktur, dan perilaku ekonomi secara keseluruhan. Berbeda dengan mikro ekonomi, yang lebih fokus mempelajari perilaku individu dan perusahaan, industri, harga pasar, serta barang dan jasa yang diperjualbelikan.

Mikro dan makro merupakan dua bidang paling umum dalam ekonomi. United Nations Sustainable Development Goal 17 memiliki target untuk meningkatkan stabilitas makro ekonomi global melalui koordinasi kebijakan dan koherensi sebagai bagian dari Agenda 2030.

Tujuan Makro Ekonomi

Di sebuah negara, pemerintah sebagai regulator akan mengeluarkan kebijakan makro ekonomi. Tujuannya adalah:

Ekonomi Stabil

Kebijakan makro berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi. Kestabilan ekonomi adalah kondisi fluktuatif variabel ekonomi, terutama pada harga komoditi dan tingkat pendapatan secara wajar. Hal itu bisa dilihat dari kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan tingkat harga barang secara umum.

Produksi Nasional

Produksi nasional sangat berhubungan erat terhadap investasi. Jika investasi tinggi, produksi nasional pun tinggi, begitu juga sebaliknya. Namun investasi dalam negeri juga berkaitan dengan tingkat tabungan dalam negeri (yang terkait tingkat bunga plus penghasilan masyarakat). Agar kapasitas produksi nasional meningkat, harus ada peningkatan produktivitas dan penghasilan masyarakat.

Kesempatan Kerja

Tujuan kebijakan makro adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja. Karena tingkat pengangguran tinggi memberikan dampak buruk secara sosial serta membebani ekonomi negara.

Ketika bisnis berkembang pesat pada suatu negara, keuangan negara akan tumbuh besar. Dampak lainnya, tenaga kerja banyak terserap, dan harga stabil. Jika negara sukses dengan kebijakan dalam mengurangi atau membuat angka pengangguran nol, maka kondisi negara akan seimbang.

Neraca Pembayaran Seimbang

Ketika sebuah negara bertransaksi dengan negara lain, keduanya harus menjaga transaksi agar ekonomi negara berjalan lancar. Oleh karena itu neraca pembayaran harus berlangsung seimbang, seperti neraca perdagangan, transaksi berjalan, dan lalu lintas moneter.

Pendapatan Penduduk Merata

Negara akan memiliki penduduk dengan pendapatan merata, jika dapat mengelola sumber daya alam dan manusia dengan baik. Pendapatan penduduk merata akan berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat yang lebih baik. Alhasil kehidupan para penduduk seimbang dan kondisi negara stabil atau tidak timbul keresahan sosial.

Meski demikian makro tak lepas dari masalah. Sebut saja kemiskinan, kredit macet, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, utang luar negeri, dan lainnya.

Makro Ekonomi di Indonesia

Bagaimana makro ekonomi di Indonesia? Masih berdasarkan Kompas.com, kondisi makro di sini didefinisikan sebagai sistem analisis yang dapat memengaruhi pasar, perusahaan, serta masyarakat.

Berdasarkan laman Kementerian Keuangan, ekonomi makro di Indonesia memiliki lima tujuan. Mereka adalah:

Meningkatkan Pendapatan Nasional

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan jelas jika negara mengetahui pendapatan nasional. Sehingga negara dapat membuat kebijakan makro secara efektif dan efisien.

Meningkatkan Kapasitas Produksi

Seperti penjelasan sebelumnya, kapasitas produksi yang meningkat akan memengaruhi ekonomi suatu negara. Seperti di Indonesia, pemerintah mendorong sekaligus memperbaiki situasi investasi agar  produktivitas dan kapasitas produksi semakin meningkat dengan baik.

Membuka Lapangan Pekerjaan

Ketika negara berhasil mengajak investor menanamkan modalnya di Indonesia, mereka akan membutuhkan tenaga kerja. Jika mereka membuka lapangan pekerjaan dan banyak orang yang direkrut, maka tingkat pengangguran berkurang. Bahkan tak ada angka pengangguran.

Mengendalikan Inflasi

Kebijakan makro suatu negara harus dapat mengendalikan inflasi. Di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan cash ratio, politik diskonto, hingga politik pasar terbuka guna mencegah laju inflasi.

Kestabilan Ekonomi

Pemerintah akan menjaga kestabilan ekonomi supaya pelaku bisnis menaruh kepercayaan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kestabilan ekonomi tercapai saat variabel makro (tingkat permintaan persediaan dan neraca pembayaran) seimbang.

Ekonomi Makro dan Investasi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk Kuartal III-2020 cukup membaik dibanding Kuartal II-2020. Meski masih minus, yaitu -5,32 persen, tetapi pemerintah tetap meningkatkan belanja. Hal itu untuk mengurangi dampak buruk yang melanda masyarakat. Meskipun akan berakibat defisit pada anggaran negara.

Bagaimana dengan investasi keuangan? Apakah ini waktu yang tepat untuk berinvestasi?

Aidil akbar, Chairman & Presiden Asosiasi Perencana Keuangan IARFC mengatakan bahwa investasi dapat dilakukan saat pandemi, Okezone.com (19/10/2020). Ia juga menyarankan masyarakat untuk mengalokasikan penghasilan untuk hal lain. Dengan rincian, 40 persen untuk kebutuhan sehari-hari, 30 persen untuk membayar cicilan, 20 persen untuk investasi, dan 10 persen untuk kegiatan sosial (zakat, infak, atau sedekah).

Ketika memilih investasi, lanjut Aidil, ada baiknya masyarakat berinvestasi pada produk jangka pendek, menengah, dan panjang. Namun masyarakat juga harus menyediakan dana darurat dan asuransi kesehatan sebagai upaya preventif jika terjadi hal-hal tak diinginkan.

Instrumen investasi jangka pendek antara lain deposito dan reksa dana pasar uang. Investasi jangka menengah dapat dilakukan di reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, emas, dan obligasi. Sedangkan pilihan investasi jangka panjang di antaranya saham dan reksa dana saham. Buka aplikasi Ajaib untuk memperoleh informasi dan cara investasi pada reksa dana dan saham.

Artikel Terkait