Ajaib.co.id – Bagi sebagian besar orang, perempuan masih dianggap belum setara derajatnya dengan laki-laki. Hal itu tak terlepas dengan stigma yang melekat bahwa “laki-laki menggunakan logika, sementara perempuan lebih ke perasaan”. Bahkan, salah satu motivator dan pebisnis yang menyebut dirinya si sontoloyo dengan mengatakan kalau “wanita tidak punya indera keenam menghadapi perang”. Padahal ada kelebihan yang dimiliki wanita secara harfiahnya, terutama soal ekonomi.
Di satu sisi memang jadi hal yang diperdebatkan terkait perempuan dan ekonomi, apalagi jika membahas mengenai investor wanita yang jarang diketahui. Melihat masalah kesetaraan gender yang dialami wanita mendorong beberapa pihak berambisi, pada 2030 perempuan akan kelola 30% pasar modal dunia. Kok bisa? Bagaimana caranya?
Jika merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Daniel J. Sandberg, Quanta Mental Research di S&P Global, memperlihatkan bahwa rasio antara laki-laki dan perempuan yakni 19:1 untuk jabatan CEO dan 6,5:1 untuk posisi CFO. Angka tersebut menunjukkan ada kemajuan bagi perempuan di posisi-posisi strategis dalam manajemen. Sayangnya, jumlah itu tidak begitu signifikan dalam meningkatkan peran wanita khususnya di bidang ekonomi pada posisi eksekutif.
Makin Banyak Perempuan Akan Mengisi Pos Strategis Dalam Ekonomi
Sejumlah penelitian yang menyangkut masalah demografi, terutama soal kesetaraan gender bahkan sudah dilakukan empat atau lima tahun ke belakang. Sebuah perusahaan global management consulting bernama Accenture dalam menyatakan hal yang sama bahwa pada 2030 mendatang akan banyak wanita yang menduduki posisi chief technology officer (CTO) atau chief operating officer (CEO). Namun, balik ke pertanyaan kok bisa? Apa aksi yang akan dilakukan untuk perubahan tersebut? Sementara saat ini masih terdapat gambaran suram terhadap perubahan wanita dan ekonomi.
Dari penelitian yang dilakukan Accenture, ada 3.300 responden dari 30 negara termasuk Indonesia. 52 persen responden mengaku jika di perusahaan tempat mereka bekerja tengah mempersiapkan lebih banyak wanita untuk berada di posisi top manajemen atau manajer senior. Namun, tidak semua industri mampu memberikan akomodasi bagi wanita seperti pada perusahaan transportasi, di mana pekerjaan yang menuntut lapangan tidak terlalu diminati wanita. Sementara di bidang financial management dan jasa investasi saat ini wanita yang memegang posisi dalam modal ventura dan ekuitas swasta tidak mencapai 10 persen menurut studi dari Harvard Business School.
Untuk dapat mengubah tren tersebut ada banyak cara melakukannya. Misalnya saja dilakukan pelatihan melalui aktivitas kerja dan cara ini dianggap paling efektif untuk belajar dibandingkan dengan pelatihan formal. Sedangkan di Amerika Serikat, banyak perempuan memilih untuk sekolah ekonomi. Akan tetapi setelah melangkah ke ruang lingkup pekerjaan, sektor ekonomi dan investasi masih jauh tertinggal dibandingkan mereka yang bekerja di bidang kedokteran dan hukum.
Maka dari itu, guna melihat efektivitas peran pendidikan dan pekerjaan dalam perubahan kesetaraan gender, peneliti asal Glassdoor mencoba meneliti lebih jauh lagi. Hasilnya, 61,5 persen laki-laki masih mendominasi bidang keuangan. Namun, tidak serta merta banyak yang menerima angka tersebut dan hingga kini masih jadi perdebatan. Dari situ pertanyaan yang bisa timbul adalah apa yang menghambat karir mereka, khususnya bidang ekonomi? Apakah kepuasan kerja atau lingkungan? Jawabannya bisa keduanya.
Bahkan jika ditarik ke belakang, ada sebuah survei dari Mergis Group Women in Finance pada 2013 silam. Hasil survei tersebut mengemukakan kalau kurang dari setengah keseluruhan responden yang bekerja di bagian akuntansi dan keuangan merasa puas dengan karirnya. Tetapi setelah ditelusuri lebih dalam, dikatakan bahwa hampir tiga perempatnya mengatakan jika ada perbedaan standar yang diterima dari rekan kerja laki-laki sehingga jadi penghambat karir terbesar perempuan tersebut.
Penghambat tersebut tentunya dapat jadi gambaran bahwa perkembangan pendidikan tidak sejalan dengan perubahan budaya di lingkungan pekerjaan. Ini jelas jadi masalah yang harus dituntaskan demi kesetaraan gender. Jadi, kok bisa perempuan kelola 30% modal dunia pada 2030? Jawabannya pasti bisa, karena sudah banyak orang yang mulai melakukan perubahan untuk perempuan dan ekonomi walaupun kecil.
Perempuan dan Laki-Laki Punya Talenta yang Sama
Pada dasarnya kemampuan perempuan dan laki-laki itu sama, karena setiap orang punya kesempatan melakukan dan mendapatkan sesuatu hal. Perbedaannya adalah antara mau atau tidak! Dengan kemampuan yang sama seharusnya tidak ada standar diantara wanita dan pria dalam dunia kerja. Berangkat dari keyakinan tersebut, sudah banyak mendorong berbagai pihak untuk membuat perubahan dalam bidang keuangan dan investasi.
Sebuah organisasi non-profit, Girls Who Invest dari New York memiliki ambisi besar bahwa 2030 nanti, 30 persen dari modal dunia akan dikelola perempuan. Jadi, harapan mereka tidak akan ada lagi yang meragukan kok bisa wanita menguasai modal dunia. Organisasi tersebut mengawali misinya dengan tagline “30 by 30” yang dicetuskan oleh Seema Hingorani. Dia adalah pensiunan CIO hedge fund industry yang mengelola anggaran 150 miliar USD untuk Biro Manajemen Aset New York. Misinya yakni memotivasi, menarik, serta menginspirasi wanita dan ekonomi untuk terlibat menjadi investor dan ikut berpartisipasi pada jasa keuangan.
Melalui program percontohan selama empat bulan di musim panas ini diharapkan akan lahir wanita berpotensial di bidang keuangan dan investasi. Mereka akan mempelajari konsep keuangan, manajemen aset, hingga serba serbi pasar di bawah pengawasan professor sekolah bisnis. Akan selalu ada perubahan yang lebih baik di balik setiap tantangan seberat apapun sehingga wanita dan ekonomi tidak lagi dianggap sebuah mitos.