Ajaib.co.id – Harga minyak sementara kembali turun setelah menyentuh level tertingginya dalam dua bulan terakhir atau sejak 12 Maret 2020.
Mengacu pada laman kontan, harga minyak west texas intermediate (WTI) pengiriman Juli 2020 di New York Mercantile Exchange diperdagangkan pada US$ 34,06 per barel, turun 0,84% dibandingkan harga penutupan sehari sebelumnya.
Sementara harga minyak jenis brent pengiriman Juli 2020 di ICE Futures diperdagangkan pada level US$ 36,17 per barel, tertinggi sejak 16 Maret 2020.
Harga minyak sempat menguat karena ditopang oleh komitmen pemangkasan para produsen minyak. Dari sisi permintaan, pelonggaran lockdown di sejumlah wilayah menjadi sinyal awal kenaikan konsumsi energi.
Bulan lalu, organisasi OPEC bersama dengan Rusia atau OPEC+ sepakat memangkas hampir 10 juta barel total produksi per hari untuk periode Mei 2020-Juni 2020. Kesepakatan tersebut terjadi karena permintaan minyak turun di tengah pandemi corona.
Menurut Reuters, Menteri Energi Rusia Alexander Novak bertemu dengan para produsen minyak tersebut untuk mendiskusikan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut setelah bulan Juni. Beberapa negara di kawasan Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait telah berjanji memangkas produksi lebih besar daripada komitmen awal.
OPEC+ akan bertemu lagi pada awal Juni untuk mendiskusikan posisi pemangkasan untuk menopang harga. Meski mulai merangkak naik, harga minyak masih turun sekitar 45% sejak awal tahun.
Longgarkan lockdown, Harga Minyak Naik Lagi
Sentimen positif terhadap harga minyak seiring dengan adanya pelonggaran lockdown di sejumlah wilayah. Mengutip CNBCIndonesia Sejumlah negara mulai kembali memacu perekonomiannya. Di Eropa, Perancis dan Jerman mulai bertahap membuka ekonominya.
Ada pun negara Eropa lainnya seperti Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Belanda, Swedia dan Islandia juga berencana kembali membuka pariwisatanya.
Selain Eropa, Jepang pada Senin (25/5/2020) juga mencabut status darurat corona. Kemudian Afrika Selatan juga dikabarkan berencana untuk mencabut status lockdown hingga ke level tiga pada 1 Juni nanti.
Di Amerika Serikat, beberapa negara bagian telah membuka lockdown. Hal ini cukup mendongkrak optimisme pasar terkait pemulihan permintaan. Namun analis menilai pemulihan ini rapuh. Para analis memperkirakan ketika liburan Memorial Day yang baru saja berlalu di Amerika Serikat biasanya menandai dimulainya musim permintaan puncak.
Beberapa Hal Pengganjal Harga Minyak Naik
Pada awal April lalu OPEC+ sepakat untuk memotong output minyak mereka sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Lebih lanjut, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab secara sukarela berjanji akan memangkas produksinya lebih banyak mulai Juni nanti.
Di sisi lain ketegangan antara AS-China soal Hong Kong jadi batu sandungan untuk harga minyak mentah menguat. Laporan Bloomberg News mengatakan AS sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan pejabat China atas situasi di Hong Kong.
Laporan tersebut dikeluarkan setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O’Brien, mengatakan AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China jika Beijing menerapkan undang-undang keamanan nasional yang akan memberinya kontrol lebih besar atas Hong Kong yang otonom.