Ajaib.co.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa tingkat imbal hasil atau nilai yield obligasi pemerintah saat ini cukup tinggi, dengan kata lain harganya sedang murah di pasar.
“Harga rata-rata tertimbang yield 10 tahun 8,08%. Pasar awal melihat bid-nya minta yield tinggi ketika lelang kemarin. Padahal kalau dihitung lebih jauh yield tersebut tidak tinggi. Minggu ini pasar masih pelajari,” sebut Perry, Rabu (29/4/2020).
“Kalau pasar sadar yield 8,08% itu tinggi lho dibandingkan US Treasury,” imbuh Perry seperti dikutip oleh CNBCIndonesia.
Perlu diketahui bahwa pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang. Sehingga, ketika harga naik maka yield akan turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Maksimal SBN yang Bisa Diborong BI di Pasar Perdana
Gubernur BI Perry Warjiyo seperti dikutip Bisnis Indonesia mengatakan bahwa SBN yang dapat dibeli lembaganya maksimal 25 persen dari total penawaran. Hal itu sesuai nota kesepahaman yang sudah disepakati.
“BI sebagai non kompetitif bid. Kita bid tapi tidak diitung dalam perhitungan harga. Bid tetap dari pasar. sesuai nota kesepahaman kami, di pasar non kompetitif bisa 25 persen dari target maksimum,” paparnya, Rabu (29/4/2020).
Dalam lelang SBN yang dilakukan Kemenkeu pada per hari Selasa (28/4/2020), penawaran yang masuk sebesar Rp44,4 triliun, Bank Indonesia mengambil porsi sebanyak Rp7,5 triliun.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, lelang SUN pada Selasa (28/4/2020) tercatat menghasilkan total penawaran masuk sebesar Rp44,39 triliun. Adapun, total nominal yang dimenangkan dari tujuh seri yang ditawarkan mencapai Rp16,62 triliun.
Rupiah Melemah Karena Asing Keluar, Bi Siap Intervensi Lagi di Pasar Obligasi
Nilai tukar rupiah kembali melemah dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di posisi Rp 15.400, lebih lemah dari hari sebelumnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa dana asing lagi seret masuk ke RI, ada beberapa faktor teknikal yang membuat rupiah melemah.
“CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah. Kemudian faktor kedua, BI akan terus jaga pasar, jaga stabilitas rupiah kalau perlu kita intervensi,” kata Perry Rabu (29/4/2020).
“Ketiga arus modal asing Insyallah masuk. Sekarang lagi seret, kadang masuk kadang keluar. Insyallah inflow membaik di triwulan II dan IV,” papar Perry.
Bahkan Perry mengatakan, karena inflow seret maka lelang yang dilakukan pemerintah untuk SBN kemarin sudah diikuti juga oleh BI.
“Kemarin, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengindikasikan target dari penerbitan SBN Rp 20 triliun, bisa dinaikkan sampai Rp 40 triliun. Bid (penawaran) yang masuk adalah Rp 44,4 triliun, bid to cover ratio 2,2 kali,” kata Perry.
Pilih Reksa Dana Pendapatan Tetap
Berdasarkan laporan mingguan Infovesta Utama per 27 April 2020 seperti yang dikutip Bisnis Indonesia, seluruh reksa dana mencetak kinerja imbal hasil yang cenderung beragam pada penutupan pekan lalu, seiring dengan IHSG mencatat pertumbuhan kinerja negatif yaitu sebesar 2,99 persen.
Sebaliknya kinerja reksa dana saham yang diilustrasikan dengan Infovesta Equity Fund Index yang mencatat hasil negatif 2,84 persen. Nasib reksa dana campuran yang diilustrasikan dalam Infovesta Fund Index juga tak jauh berbeda yakni negated 1,39 persen.
Sebaliknya, Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap sama-sama mencatat pertumbuhan positif. Reksa dana pasar uang yang digambarkan dalam Infovesta Balanced Fund Index tercatat memiliki return 0,10 persen.