Milenial

Melawan Lupa! Inilah Kesan Friendster di Mata Pengguna

Ajaib.co.id – Sebelum menggunakan sosial media masa kini seperti Twitter, Instagram, dan Facebook, penggemar sosial media di Indonesia pasti pernah mendengar atau menggunakan Friendster. Sosial media satu ini mulai dikenal oleh masyarakat secara luas di awal tahun 2000-an.

Bila saat ini kamu berusia sekitar 25 tahun, setidaknya Friendster mulai booming di kalangan anak muda saat kamu masih duduk di bangku SMP. Tentunya masih segar diingatan kita semua bahwa Friendster kala itu sangat booming karena dapat digunakan untuk menjalin pertemanan dan saling berbalas pesan lewat internet tanpa dibatasi jarak dan waktu.

Walaupun sudah ditinggalkan oleh banyak penggunanya yang beralih ke platform sosial media lainnya yang lebih canggih. Ternyata pengguna media sosial saat ini tidak bisa begitu saja melupakan sosial media yang satu ini. 

Hal ini dibuktikan dengan berbagai cuitan yang dilontarkan oleh pengguna Twitter pada Januari lalu terkait kata Friendster. Setidaknya, ada lebih dari 3000 akun pengguna Twitter yang melakukan tweet dengan kata Friendster dan menjadi trending topic saat itu. 

Sejarah Friendster 

Sebelum adanya Friendster, masyarakat dunia mengenal mRIC pada 1995. Setelah memasuki tahun 2000 hingga saat ini, banyak aplikasi sosial media baru yang terus bermunculan seiring dengan semakin berkembangnya teknologi

Salah satunya yakni Friendster yang tercatat pertama kali diluncurkan pada 2002 silam, dan ada sosial media lainnya seperti Linkedin, Facebook, YouTube, Instagram, dan lain sebagainya seiring dengan berjalannya waktu. 

Friendster adalah sosial media yang diciptakan oleh seorang insinyur perangkat lunak asal Kanada, Jonathan Abrams. Jonathan Abrams sebelumnya adalah seorang insinyur yang bekerja di salah satu perusahaan telepon.

Ide sosial media ini sebenarnya sangat sederhana kala itu, di mana Jonathan Abrams hanya ingin menciptakan sebuah sosial media yang bisa digunakan oleh penggunanya untuk membuat halaman profil.  Namun, dari ide sederhananya tersebut ternyata dapat memperoleh sukses besar saat peluncurannya. 

Hanya dalam hitungan beberapa bulan saja, pengguna sosial media Friendster sudah mencapai 3 juta. Catatan apik ini terus berlanjut hingga puncaknya mencapai jumlah 115 juta pengguna.

Dari jumlah pengguna yang mencapai ratusan juta, mayoritas penggunanya berasal dari wilayah Asia. Sehingga, tak heran bila sosial media yang satu ini pernah digilai oleh warga +62 di masa kejayaannya dulu.

Bukan namanya suatu bisnis, jika Friendster hanya berdiri sendiri di pasar. Melainkan, pada 2004 banyak sekali pengembang sosial media serupa yang memiliki desain dan tampilan yang hampir mirip dengan Friendster. 

Salah satu perusahaan teknologi yang menjadi pesaing dari Friendster adalah Google yang kala itu meluncurkan Orkut. Namun, platform ciptaan Google ini masih kalah bersaing dengan Friendster pada 2004. 

Saking ketatnya, pesaing ada yang mengirimkan SPAM kepada pengguna Friendster untuk mencoba membajaknya. Menurut Jonathan Abrams, kompetitor yang mengirimkan SPAM tersebut adalah MySpace. 

Walaupun sosial media ini banyak ingin ditiru oleh perusahaan teknologi lainnya, Jonathan Abrams tetap menganggap bahwa perusahaannya adalah startup kecil yang berada di tengah-tengah perusahaan teknologi besar lainnya seperti Yahoo dan AOL.

Fitur yang Paling Berkesan di Mata Pengguna

Di saat masa kejayaannya dulu, Friendster dikenang oleh penggunanya dengan beberapa fitur yang ditawarkan, salah satunya adalah fitur pertemanan. Fitur pertemanannya berbeda dengan Facebook dan sosial media populer saat ini. 

Di mana, Friendster menawarkan keamanan pertemanan yang lebih baik karena setiap pengguna perlu mengetahui terlebih dahulu alamat email dari pengguna lainnya untuk bisa berteman satu sama lain.

Fitur lainnya yang paling dikenal oleh penggunanya adalah fitur untuk melihat siapa yang telah melihat profil kita. Dalam mencari pertemanan atau pacar, pastinya kamu mencari sebuah kesamaan dari berbagai hal misalnya umur, hobi, dan lain sebagainya. 

Di Friendster, identitas-identitas pribadi tersebut dapat dicantumkan. Sehingga, kamu jangan heran bila banyak pengguna lain yang kadang kala kepoin profil-mu.

Walaupun sering dikepoin oleh orang lain, namun kamu jangan khawatir lantaran pengguna bisa melihat siapa yang sudah melihat profilmu sebelumnya.

Fitur ini sama halnya saat kamu menggunakan sosial media Linkedin, di mana kamu bisa mengaktifkan fitur tersebut di pengaturan profil.

Frienster Kini Hanya Tinggal Kenangan

Dengan semakin menjamurnya kompetitor di industri platform digital, nama besar Friendster dengan ratusan juta pengguna perlahan-lahan mulai meredup. Menurunnya popularitas sosial media ini juga berdampak langsung dengan merosotnya jumlah pengguna aktif.

Guna menyelamatkan sosial media jadul ini, Friendster sudah berupaya untuk melakukan transformasi bisnis ke portal sosial media game. Namun, sayangnya transformasi bisnis ini tidak berjalan mulus. Padahal, kala itu Friendster sudah dibeli oleh orang kaya asal Malaysia. 

Pada 2015, Friendster yang sudah menemani pengguna sosial media di seluruh dunia sejak 2002 silam dikabarkan menutup bisnisnya.

Pelaku Sejarah Perkembangan Sosial Media di Dunia

Walaupun sudah menutup bisnisnya, Friendster tetap dikenang oleh seluruh pengguna sosial media di dunia lantaran pengabdiannya dalam memajukan dunia sosial media.

Bila tidak ada ide cemerlang dari Jonathan Abrams untuk membangun sosial media lama yang satu ini, mungkin hingga hari ini kita tidak bisa menikmati kemajuan teknologi dalam perkembangan sosial media.

Sebagai salah satu negara di dunia dengan pengguna sosial media aktif terbanyak, tentunya warga +62 harus lebih bijak lagi dalam memanfaatkan sosial media. Di mana, setiap pengguna perlu menyaring terlebih dahulu berita-berita yang diperoleh lewat sosial media agar tidak terjebak pada isu hoax yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Artikel Terkait