Ekonomi

Inside Job, Film yang Membawamu Melihat Krisis Ekonomi 2008

Ajaib.co.id – Setiap negara yang ada di belahan bumi ini pasti pernah mengalami yang namanya krisis ekonomi. Ancaman resesi ekonomi ini bisa jadi ancaman bagi negara manapun, termasuk Amerika Serikat sekalipun.

Namun, kebanyakan orang mungkin tidak tahu apa dan bagaimana resesi itu bisa terjadi. Nah, dalam film dokumenter berjudul “Inside Job”, kamu akan diperlihatkan gambaran lebih dekat mengenai krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika.

Seperti yang kita tahu bahwa Amerika Serikat merupakan negara adidaya dengan kondisi perekonomian terbilang makmur. Akan tetapi siapa sangka 13 (tiga belas) tahun yang lalu tepatnya pada 2008, kondisi ekonomi negeri Paman Sam itu dilanda krisis hebat hingga dipaksa bertekuk lutut.

Resesi di tahun tersebut jadi yang terburuk setelah Great Depression yang pernah dialami Amerika Serikat tahun 1930-an. Hampir seluruh sektor pada saat itu dibuat lumpuh karena terjadinya krisis.

Akibatnya jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan hingga terpaksa merelakan tempat tinggal mereka. Krisis ekonomi terparah di Amerika itu ikut dirasakan negara-negara di dunia.

Krisis ekonomi yang mengguncang Amerika dan juga dunia itu diceritakan kembali ke dalam sebuah film dokumenter karya Charles Ferguson berjudul “Inside Job”. Sang sutradara mencoba menggali informasi bagaimana krisis tersebut bisa terjadi.

Dalam penelusurannya, Charles mewawancarai sejumlah tokoh dan pakar, mulai dari ekonomi, politik, hingga jurnalis.

Film ini memang jadul, yang diproduksi pada tahun 2010, namun sangat layak untuk ditonton sebagai informasi bagaimana suatu negara mengalami krisis ekonomi hingga berdampak global.

Alur Cerita

Film yang diproduksi pada tahun 2010 ini mencoba untuk mengajak para penontonnya melihat lebih dekat bagaimana krisis ekonomi global pada 2008 silam itu terjadi. Charles Ferguson menyampaikan bahwa film ini menceritakan mengenai korupsi sistematis yang terjadi di Amerika Serikat oleh industri jasa keuangan dan konsekuensi dari korupsi tersebut.

Dalam pengerjaannya, Charles Ferguson telah menemui beberapa petinggi Wall Street dan Washington serta guru-guru besar ekonomi Harvard. Hal ini dilakukan Charles agar dapat menemukan pencerahan dari apa yang terjadi hingga sistem keuangan negara bisa hancur.

Hasil pertemuan dan wawancara yang dilakukan Charles mengarah pada penerapan kebijakan pemerintahan Ronald Reagan yang menerapkan deregulasi. Hal ini memicu ketamakan korporasi yang semakin merajalela, disertai dengan kolusi antara Wall Street, Washington dan melibatkan kaum akademis.

Film yang memenangi Best Documentary Feature di ajang Oscar 2011 terdapat lima bagian dalam. Kelima bagian dalam film ini mengeksplorasi tentang perubahan kebijakan dan praktik bank yang dapat menimbulkan krisis keuangan.

Judul “Inside Job” yang dipilih sedikit terdengar kontroversial. Namun, secara pengemasannya film ini sangat nyaman untuk dinikmati bahkan oleh penonton yang tidak terlalu paham konsep ekonomi.

Pada bagian awal pembuka film, penonton akan diajak lebih dulu menengok ke Islandia, sebuah negara kepulauan di Eropa. Negara yang terbilang sejahtera itu perekonomiannya bisa dibuat tidak berdaya ketika sekelompok kecil regulator dihadapkan dengan para bankir.

Tiga bank di Islandia yang tidak pernah menjadi besar secara global, mendadak berkembang pesat menjadi perbankan dunia dalam kurun waktu satu dekade setelah privatisasi. Jumlah asetnya pun tak main-main, mencapai ratusan miliar dollar.

Beberapa regulator ini bersikeras ingin mengetahui salah satu dari tiga bank tersebut menjalankan praktiknya. Akan tetapi, keinginantahuan itu justru membuat para regulator ini berhadapan dengan tim pengacara yang sudah dibayar sangat mahal oleh pihak bank.

Tim pengacara dan para regulator ini akan saling melawan menggunakan argumen masing-masing. Jika ada regulator yang sanggup melawannya, pihak bank tidak akan ragu merekrut satu tim pengacara.

Gambaran itulah yang juga terjadi di New York, dimana sektor keuangan berkonsolidasi jadi beberapa firma raksasa di akhir 1990-an. Industri ini didominasi oleh lima bank investasi dunia yang memiliki kekuatan politik tidak terukur, yakni Goldman Sachs, Morgan Stanley, Lehman Brothers, Merril Lynch, dan Bear Stearns. Lalu ada dua konglomerat finansial Citigroup dan JPMorgan Chase.

Bank-bank dunia tersebut membuat paket hipotek berupa pinjaman dan utang lain menjadi obligasi utang terjamin (CDO). Selanjutnya akan mereka jual kepada investor. Nah, pinjaman subprima ini memicu terjadinya pemberian pinjaman yang mencekik. Mereka memberi banyak pinjaman kepada pemilik rumah yang sebenarnya tidak mampu dilunasi.

Kebijakan tersebut membuat rasio uang yang dipinjamkan bank investasi mencapai tingkat luar biasa dibandingkan aset bank itu sendiri. Terlebih lagi adanya pertukaran gagal bayar kredit (CDS) dari suatu kebijakan perusahaan asuransi.

Di sisi lain lembaga penilaian juga turut memperburuk keadaan, di mana jumlah CDO yang diberi nilai AAA terus meroket dari puluhan menjadi sekitar 4.000 dari tahun 2000 hingga 2006.

Bagaimana kelanjutannya, kamu harus menonton sendiri keseruan dari film dokumenter ini. Penonton akan disajikan dengan gambar-gambar yang berganti secara cepat untuk menegaskan tema film yang diangkat. Matt Demon diletakkan sebagai narator, lalu tata cahaya dan setnya diatur demi menempatkan secara khusus para narasumber yang memberikan informasi kelas satu.

Film “Inside Job” bisa jadi referensi yang komprehensif tanpa alur yang rumit. Penyuntingan gambar disertai dengan narasi yang apik membuat jalan ceritanya mudah dipahami. Lewat film ini, Charles Ferguson berhasil memantik kemarahan sebagian orang tentang para pelaku kejahatan korupsi yang hampir tidak pernah menerima “hukuman penjara”.

Bahkan dalam pidatonya saat penerimaan Oscar beberapa waktu silam, Charles juga menyampaikan amarahnya. Dirinya mengatakan bahwa, “Krisis ekonomi hebat yang terjadi akibat kecurangan massal, tapi tak ada satu pun eksekutif keuangan yang dipenjara.”

Artikel Terkait