Fear AI Bubble Memanas, Saham AS Terjun Bebas!
Sarifa•November 24, 2025

Pasar saham AS bergerak melemah pada perdagangan 1 minggu terakhir (17/11-21/11), dimana indeks AS ditutup kompak melemah. Saham AS kembali mengalami perlemahan signifikan dimana pasar masih dalam fear terhadap AI Bubble yang disebut-sebut akan terjadi dalam waktu dekat. Tidak hanya pasar saham AS, pasar saham global juga turut mengalami koreksi signifikan, yang bahkan imbasnya hingga ke cryptocurrency. Selain itu, The Fed yang terlihat kembali hawkish dan kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga di bulan Desember mendatang juga turut membuat sentimen negatif ke pasar saham global. Earnings beberapa saham besar seperti NVDA, WMT, INTU, dan ADBE.
Performa Indeks Bursa AS 1W
| S&P 500 | Dow Jones Industrial Average | NASDAQ Composite |
| -1.65% | -1.75% | -2.26% |
Top Gainer 1W
| SOLV | +10.43% |
| GOOGL | +10.41% |
| REGN | +8.42% |
| ALB | +7.27% |
| MRK | +6.03% |
Berita Ekonomi & Industri
Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan dukungan kuat untuk pemangkasan suku bunga pada Desember karena melihat pasar tenaga kerja AS mulai melemah dan inflasi bergerak semakin dekat ke target 2%. Ia menilai kenaikan klaim pengangguran dan rencana PHK menunjukkan tekanan nyata, terutama bagi rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah. Meski sebagian anggota FOMC masih ingin menunggu data resmi tambahan setelah masa shutdown pemerintah, Waller berpendapat bahwa indikator alternatif sudah cukup memberi sinyal perlambatan ekonomi. Ia juga menegaskan kecil kemungkinan dirinya mengubah pandangan menjelang pertemuan Desember. Bagi pasar, komentar ini meningkatkan ekspektasi terhadap kebijakan yang lebih longgar dan berpotensi menjadi katalis positif bagi aset berisiko seperti saham.
Fed Minutes menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat mendukung penghentian quantitative tightening mulai 1 Desember karena kondisi likuiditas dianggap sudah stabil. Namun soal pemangkasan suku bunga di Desember, pandangan mereka masih terbelah: ada yang ingin memotong lebih cepat karena pasar tenaga kerja tampak melemah, sementara yang lain memilih menunggu data tambahan karena inflasi belum sepenuhnya jinak. Shutdown pemerintah yang sempat menunda rilis data ekonomi membuat mereka semakin berhati-hati dan menekankan pendekatan yang sangat bergantung pada data. Bagi pasar, sinyal ini berarti peluang rate cut tidak sekuat sebelumnya dan volatilitas di aset berisiko bisa meningkat dalam jangka pendek.
Pasar saham global kembali melemah karena kekhawatiran atas valuasi yang mahal, terutama di sektor teknologi dan AI, serta jelang rilis laporan keuangan NVIDIA Corporation yang dianggap akan menentukan arah selanjutnya. Sajian data terbaru menunjukkan bahwa indeks utama AS mencatat beberapa hari koreksi berturut-turut dan saham Nvidia turun sekitar 2.8% sebelum hasilnya diumumkan. Harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada Desember juga mulai melemah, menambah tekanan. Sektor-sektor di luar teknologi ikut menunjukkan tanda-tanda kelelahan meski hasil kuartalan bislang terlihat cukup kuat. Bagi investor ini menandakan bahwa meskipun prospek jangka panjang masih menarik, risiko penurunan jangka pendek makin nyata dan perlu diwaspadai.
Laporan tenaga kerja AS untuk September 2025 yang mana sebelumnya terlambat menunjukkan ekonomi menambah 119,000 pekerjaan, jauh di atas ekspektasi sekitar 50,000, meskipun tingkat pengangguran sedikit naik ke 4.4%. Kenaikan ini datang setelah revisi negatif untuk Juli dan Agustus yang memangkas total sekitar 33,000 pekerjaan, membuat tren pasar tenaga kerja terlihat lebih fluktuatif dari perkiraan awal. Data ini dirilis menyusul keterlambatan akibat shutdown pemerintah yang membuat laporan Oktober tidak muncul sebagai rilis terpisah. Bagi pasar, kombinasi perekrutan yang masih positif namun pengangguran yang naik memberi sinyal bahwa Fed mungkin tetap membuka opsi pemangkasan suku bunga, sehingga berpotensi mendorong pergerakan mix pada saham AS terutama sektor yang sensitif terhadap kebijakan moneter.
Berita Emiten
LLY – Eli Lilly ($LLY) menjadi perusahaan perawatan kesehatan pertama yang menembus valuasi US$ 1 triliun setelah lonjakan permintaan untuk obat obesitas dan diabetes seperti Mounjaro dan Zepbound mendorong kapitalisasi pasarnya melejit, dengan saham naik lebih dari 35% sejak awal tahun dan lebih dari 75% sejak peluncuran Zepbound pada akhir 2023, portofolio obat metabolic health kini menghasilkan lebih dari US$ 10 miliar per kuartal dengan Mounjaro mencatat pendapatan sekitar US$ 6.52 miliar atau tumbuh 109% secara tahunan dan Zepbound mencatat US$ 3.59 miliar atau naik 184%, sementara analis memproyeksikan pasar global obat obesitas dapat mencapai US$ 150 miliar pada awal 2030-an yang berpotensi memperkuat posisi dominan Eli Lilly meskipun tetap ada risiko terkait margin, persaingan, dan regulasi harga.
F – Ford ($F) menegaskan kembali panduan EBIT 2025 di kisaran US$ 6 miliar sampai US$ 6.5 miliar meskipun terjadi kebakaran terbaru di fasilitas pemasok aluminium utamanya, Novelis, di New York yang sebelumnya sempat memicu gangguan produksi signifikan. Perusahaan tetap memperkirakan potensi kerugian sekitar US$ 2 miliar dengan rencana pemulihan hingga US$ 1 miliar pada 2026 melalui peningkatan produksi truk. Sementara kepastian bahwa target keuangan tidak berubah membuat saham Ford naik sekitar 4% karena pasar menilai manajemen mampu mengendalikan risiko supply chain.
BRK.B – Berkshire Hathaway ($BRK.B) melakukan perubahan besar di portofolionya pada 3Q25 dengan mengalokasikan US$ 4.3 miliar untuk membeli 17.85 juta saham Alphabet ($GOOGL) sehingga menjadikan induk Google tersebut sebagai posisi kesepuluh terbesar di portofolio saham AS Berkshire, sementara pada saat yang sama perusahaan memangkas kepemilikan Apple dari sekitar 280 juta menjadi 238.2 juta saham setelah sebelumnya pernah memegang lebih dari 900 juta saham Apple dan meskipun porsi itu telah turun tajam nilai kepemilikan Apple yang tersisa masih sangat besar yaitu sekitar US$ 60.7 miliar, dan seluruh perubahan ini terjadi menjelang transisi kepemimpinan ketika Warren Buffett bersiap mundur sebagai CEO setelah enam dekade memimpin perusahaan.
NVDA – Nvidia ($NVDA) melaporkan kinerja 3Q26 yang jauh di atas ekspektasi, dengan pendapatan sekitar US$57 miliar dan pertumbuhan yang tetap sangat kuat berkat lonjakan permintaan AI. Segmen data center kembali menjadi mesin utama dengan pendapatan sekitar US$51.2 miliar, menunjukkan masih kuatnya permintaan untuk GPU kelas enterprise. Manajemen memberi panduan optimistis untuk 4Q26 dengan target pendapatan sekitar US$65 miliar, menegaskan bahwa platform AI Blackwell dan GPU cloud mereka sudah sold out. Jensen Huang menilai industri AI kini masuk fase “tipping point”, di mana perusahaan berlomba memperluas kapasitas komputasi. Meski hasilnya sangat solid, pasar tetap menimbang risiko seperti keterbatasan energi, kapasitas infrastruktur, dan konsentrasi pelanggan yang bisa mempengaruhi sustainability pertumbuhan Nvidia ke depan.
DELL – Morgan Stanley menurunkan peringkat Dell ($DELL) dari “overweight” menjadi “underweight” dan memangkas target harga ke US$110 dari sebelumnya US$144 karena khawatir lonjakan harga memori seperti DRAM dan NAND akan menekan margin profit Dell. Saham Dell langsung jatuh sekitar 8% dan tekanan juga ikut menjalar ke Hewlett Packard Enterprise ($HPE) serta HP Inc. ($HPQ) yang sama-sama terkena downgrade. Analis menilai kenaikan harga memori hingga ratusan persen dalam beberapa bulan terakhir bisa membuat biaya komponen melonjak dan membatasi kemampuan OEM hardware untuk mempertahankan margin. Kekhawatiran ini muncul meski permintaan terkait AI dan data center masih kuat, menunjukkan bahwa sisi biaya tetap menjadi ancaman besar bagi profitabilitas sektor hardware. Bagi investor, downgrade ini menjadi sinyal untuk lebih berhati-hati karena tekanan biaya dapat membuat saham seperti Dell dan HPE bergerak lebih volatile dalam beberapa kuartal ke depan.
HD – Home Depot ($HD) membukukan pendapatan 3Q25 sebesar US$41.4 miliar, naik 2.8% yoy dan sedikit di atas konsensus, sementara EPS hanya mencapai US$3.74 sehingga meleset dari perkiraan US$3.84. Margin operasi turun ke 12.9% dari 13.5% tahun lalu karena lebih sedikit aktivitas badai yang biasanya mendorong permintaan dan karena konsumen semakin berhati-hati. Transaksi turun 1.6% tetapi nilai rata-rata transaksi naik 1.8%, menandakan proyek renovasi berukuran lebih besar masih berjalan baik. Manajemen kemudian menurunkan panduan FY25 dengan proyeksi penjualan tumbuh sekitar 3% dan EPS turun sekitar 6% sejalan dengan pasar perbaikan rumah yang melambat. Saham sempat tertekan karena penurunan profitabilitas, meskipun perusahaan masih menunjukkan kemampuan mempertahankan pelanggan dalam kondisi yang sulit.
BIDU – Baidu ($BIDU) melaporkan kinerja 3Q25 dengan pendapatan sebesar US$ 4.38 miliar atau turun 7% dari tahun sebelumnya karena bisnis online marketing anjlok 18% menjadi US$ 2.16 miliar, namun tekanan ini tertahan oleh pertumbuhan kuat unit non marketing yang naik 21% menjadi US$ 1.31 miliar serta bisnis berbasis AI yang melonjak lebih dari 50% hingga mendekati US$ 1.4 miliar termasuk pendapatan cloud AI yang tumbuh 33% menjadi sekitar US$ 600 juta dan layanan akselerator AI berbasis langganan yang naik 128% secara tahunan, meski perusahaan mencatat rugi bersih US$ 1.58 miliar akibat beban penurunan nilai aset jangka panjang sekitar US$ 2.29 miliar, Baidu tetap membukukan laba non GAAP sekitar US$ 530 juta dan sahamnya sempat naik hampir 4% karena investor menilai kekuatan bisnis AI mampu mengimbangi perlemahan iklan.
ADBE – Adobe ($ADBE) berencana mengakuisisi Semrush dengan nilai sekitar US$1.9 miliar, atau US$12 per saham, sebagai bagian dari strategi memperkuat kapabilitas AI marketing-nya. Semrush selama ini dikenal sebagai platform SEO dan brand visibility yang juga mengembangkan teknologi “generative engine optimization (GEO)” — sangat relevan di era di mana AI menjadi antarmuka utama seperti chatbots dan LLM. Dengan menggabungkan teknologi Semrush dengan Adobe Experience Manager, Analytics, dan Brand Concierge, Adobe bisa memberi insight yang lebih mendalam kepada marketer mengenai performa brand di web tradisional maupun dalam konteks AI. Akuisisi ini ditargetkan akan selesai di paruh pertama 2026, setelah mendapat persetujuan dari regulator dan pemegang saham Semrush.
WMT – Walmart ($WMT) melaporkan kinerja 3Q26 yang solid dengan adjusted EPS sebesar US$0.62 dan pendapatan US$179.5 miliar, keduanya mengalahkan ekspektasi pasar. Penjualan e-commerce global tumbuh sekitar 27%, didorong peningkatan trafik dan perluasan layanan, sementara bisnis internasional juga kuat dengan pertumbuhan penjualan mata uang tetap sekitar 11.4%. Manajemen kemudian menaikkan panduan full-year, menargetkan pertumbuhan penjualan 4.8%–5.1% dan rentang EPS baru di US$2.58–US$2.63. Walmart menegaskan bahwa mereka semakin banyak menarik pelanggan berpendapatan tinggi, sekaligus melihat pertumbuhan signifikan pada bisnis advertising dan keanggotaan. Bagi investor, hasil ini menunjukkan bahwa Walmart masih mampu menjaga momentum di e-commerce dan internasional meski kondisi makro menantang, yang dapat menjadi katalis positif untuk saham.
INTU – Intuit ($INTU) membukukan kinerja 1Q26 yang kuat dengan pendapatan US$3.88 miliar, naik 18% yoy dan melewati ekspektasi pasar, sementara EPS non-GAAP tercatat US$3.34, tumbuh sekitar 34% dari tahun lalu. Pertumbuhan terutama didorong oleh segmen Global Business Solutions yang naik 18% ke US$3.0 miliar, serta Online Ecosystem yang melesat 21% ke US$2.4 miliar berkat momentum kuat QuickBooks dan layanan online lainnya. Manajemen juga mempertahankan panduan full-year dengan target pendapatan US$20.997–US$21.186 miliar dan EPS non-GAAP US$22.98–US$23.18, menunjukkan keyakinan terhadap prospek bisnis. Perusahaan menekankan bahwa adopsi layanan berbasis AI dan transisi pelanggan ke platform online terus memperkuat fundamental. Bagi investor, laporan ini menambah bukti bahwa Intuit berada di jalur pertumbuhan yang sehat, yang bisa menjadi katalis positif bagi saham ke depan.
Artikel ini dianalisis dan ditulis oleh Financial Expert Ajaib, Alvin T. Murthi
Baca juga: Cara Memulai Investasi US Stock di Ajaib Alpha
Disclaimer: Transaksi US Stocks mengandung risiko dan berpotensi menyebabkan kerugian. Kinerja suatu produk investasi saat ini atau di masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa datang. Informasi yang terkandung dalam tulisan/artikel ini merupakan opini yang disiapkan melalui proses riset pasar dan analisis internal perusahaan. Anda tetap berkewajiban untuk menganalisis setiap produk investasi untuk memastikan setiap keputusan investasi dan keputusan untuk menjual dan/atau membeli produk investasi adalah berdasarkan pertimbangan dan keputusan anda sendiri. Tulisan/artikel ini bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk kerugian maupun keuntungan yang timbul dari pengambilan keputusan transaksi.
Tags :
#Saham ASArtikel Terkait





Artikel Populer
Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi
Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!