Kontestasi pemilu Amerika Serikat tahun 2024 dimenangkan oleh Donald Trump. Hal ini menjadikan ia sebagai presiden AS untuk yang kedua kalinya setelah berhasil meraih 277 suara electoral pada Rabu 6 November 2024. Kemenangan ini sesuai dengan aturan terkait batas electoral vote AS yaitu 270 suara untuk kemenangan. Lantas, bagaimana dampaknya bagi ekonomi Indonesia? Adakah pengaruhnya?
Kemenangan Trump atas Kamala Harris dari Partai Demokrat sendiri ditunjukkan sejak ia berhasil mengamankan negara bagian yang menjadi penentu kemenangan yaitu swing state, Winconsin termasuk Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, serta Pennsylvania. Berita ini tentu menjadi hal yang ditunggu-tunggu banyak orang karena berkaitan dengan ekonomi dunia.
IHSG Melemah Pasca Donald Trump Menjabat
Pada Kamis 7 November 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turn 1,26 persen di level 7.290,0. Menurut Pilarmas Investindo Sekuritas, hal ini dipengaruhi oleh pasar yang merespon terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan prediksi akan terjadi efek berikutnya pasar keuangan Indonesia.
Bank Indonesia juga memprediksi adanya penguatan dari USD, penguatan suku bunga yang menjadi acuan Bank Sentral AS, hingga perang dagang. Pilarmas juga menambahkan bahwa BI catatkan posisi cadangan devisa di Oktober mencapai 151,2 miliar USD yang meningkat 0,87 persen, berkat kenaikan dari penerimaan pajak maupun jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri dari pemerintah.
Pengaruh Trump ke Ekonomi Selama Menjabat
Jika menelisik ke era Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS periode Januari 2017 sampai Januari 2021, ada sejumlah hal berkaitan dengan ekonomi yang terpengaruh. Walaupun pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan cenderung stabil di eranya dengan akhir Januari 2017, IHSG berakhir di level 5.294 dan akhir Januari 2021, ditutup di 5.862 yang naik 10,73 persen dalam waktu empat tahun.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat di masa Trump menjabat juga berhasil mengalami lonjakan sekitar 15,3 persen dari 16,14 miliar USD pada 2016 menjadi 18,62 miliar USD pada 2020.
Selain itu, kebijakan tarif Trump juga menjadi pertimbangan khususnya terhadap China. Mengingat, Asia sebagai salah satu wilayah yang dapat mengalami kerugian atas kebijakan tarif Trump.
Hal yang menjadi pertanyaan tentu apakah kebijakan ini akan mengubah tarif perdagangan bagi Indonesia. Mengingat, pada pertengahan 2018 pemerintah AS era Trump mengevaluasi status Indonesia yang menjadi negara penerima manfaat dari skema generalized system of preferences atau GSP. Manfaat ini membuat perdagangan Indonesia surplus mencapai 9,5 miliar USD dengan AS.
Ancaman untuk Pasar Keuangan
Lalu, bagaimana dengan dampak yang bisa mengancam ekonomi termasuk pasar keuangan di Indonesia setelah Donald Trump menjabat? Menurut pernyataan Gubernur BI, Perry Warjiyo, ada 3 hal yang harus diwaspadai. Mulai dari tekanan nilai tukar rupiah, potensi tekanan arus modal, dan ketidakpastian di pasar keuangan.
Penguatan USD nantinya seiring dengan tren penguatan pada suku bunga acuan Bank Sentral AS yaitu Fed Fund Rate. Dengan nilai tukar rupiah yang melemah, tentunya aliran modal asing juga semakin sempit. Terlepas dari hal tersebut, antisipasi juga dilakukan oleh BI bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan alias KSSK untuk berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi serta pasar keuangan. Ditambah dengan dukungan bagi laju pertumbuhan ekonomi.
Referensi:
- Indah Handayani, Kemenangan Trump Guncang IHSG, Mengapa?, Investorid, diakses terakhir 11 November 2024
- Revo M, Trump Jadi Presiden AS: Ini Dampaknya ke Ekonomi, Saham-Perdagangan RI, CNBC Indonesia, diakses terakhir 11 November 2024