Banking

Review Laporan Keuangan dan Outlook Bank CCB Indonesia

Ajaib.co.id – PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk atau Bank CCB Indonesia (kode saham MCOR) merupakan perbankan Indonesia yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh China Construction Bank Corporation, salah satu dari empat bank terbesar di Tiongkok. Riwayat bank cukup berliku-liku, tetapi kinerja keuangannya saat ini cukup tangguh.

Perusahaan awalnya bernama Bank Windu Kentjana yang didirikan pada tahun 1967. PT Bank Windu Kentjana merger dengan Bank Multicor pada tahun 2007 menjadi Bank Windu Kentjana International.

Pada tanggal 30 November 2016, Bank Windu Kentjana merger lagi dengan Bank Antardaerah (Bank Anda). Tak berapa lama kemudian, Bank Windu diakuisisi oleh China Construction Bank dan diganti nama menjadi Bank CCB Indonesia mulai 29 Desember 2016.

Bank CCB Indonesia kini berfokus pada bisnis corporate banking, sembari tetap mengembangkan segmen UKM dan consumer banking melalui kantor cabangnya yang tersebar di berbagai kota besar senusantara.

Dengan modal inti sebesar Rp1,66 triliun pada awal tahun 2020, Bank CCB Indonesia termasuk kategori bank BUKU II. Tapi bank akan masuk kategori BUKU III sehubungan dengan right issueyang dilaksanakan baru-baru ini.

Tinjauan Kinerja Keuangan Bank CCB Indonesia

Laporan keuangan interim Bank CCB Indonesia untuk kuartal III/2020 relatif stabil. Perusahaan masih membukukan kinerja positif, meski laba berkurang dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba tahun berjalan sebesar Rp39,66 miliar per 30 September 2020 dibanding Rp42,50 miliar per 30 September 2019.

Pendapatan bunga neto hanya turun tipis menjadi Rp392,98 miliar dibanding Rp397,82 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba terjadi lantaran pendapatan operasional lainnya melonjak sementara beban operasional lainnya justru mencatat kenaikan. Dengan kata lain, tidak ada masalah besar pada bisnis utama perusahaan.

Rasio kredit bermasalah di Bank CCB Indonesia juga tetap berada di bawah rata-rata perbankan nasional. NPL bruto dan neto masing-masing 2,98% dan 2.03% per 30 September 2020 dibanding 2,54% dan 1,62 persen per 31 Desember 2019.

Kenaikan rasio kredit bermasalah kali ini masih dalam batas wajar mengingat dunia perbankan menghadapi tantangan krisis Covid-19 sejak awal tahun 2020 dan banyak debitur dari segmen korporat yang mengalami masalah keuangan temporer.

Perubahan keuangan lain yang sangat menonjol terlihat pada total ekuitas dan liabilitas. Ekuitas Bank CCB Indonesia meroket dari Rp2,80 triliun menjadi Rp6,02 triliun sehubungan dengan kesuksesan right issue pada periode ini.

Sedangkan liabilitas meningkat dari Rp16,10 triliun menjadi Rp19,19 triliun, mencerminkan kemampuan perusahaan untuk terus meningkatkan simpanan dana pihak ketiga meski berada di tengah krisis.

Adapun situasi sejumlah statistik utama antara lain sebagai berikut:

Aset: Rp25,20 triliun (QIII/2020) meningkat dibanding Rp18,89 triliun (QIV/2019)

Liabilitas: Rp19,19 triliun (QIII/2020) meningkat dibanding Rp16,10 triliun (QIV/2019)

Ekuitas: Rp6,02 triliun (QIII/2020) meningkat dibanding Rp2,80 triliun (QIV/2019)

NPM: 4,00% (QIII/2020)

DER: 318,82%, tergolong wajar untuk sektor perbankan yang menghimpun dana pihak ketiga pada liabilitasnya.

Sedangkan estimasi yang disetahunkan untuk beberapa rasio penting adalah sebagai berikut:

Return on Asset (ROA): 0,21%

Return on Equity (ROE): 0,88%

EPS: 1 (QIII/2020) lebih rendah dibanding 5 (QIV/2019)

PBV: 0,84x tergolong murah

PER: 95,38x, jadi harga saham MCOR saat ini adalah 95,38 kali dari nilai laba per sahamnya

Outlook Bank CCB Indonesia

Bank CCB Indonesia baru saja menyelenggarakan right issue dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada 24 Juni – 7 Juli 2020. Right issue menetapkan rasio saham baru banding saham lama sebanyak 128:100 dan harga Rp150 per lembar.

Harga eksekusi tersebut lebih tinggi ketimbang harga pasar rata-rata saham MCOR pada saat right issue yang sebesar Rp140 per lembar.

Seusai right issue, kepemilikan saham mayoritas oleh China Construction Bank Corporation tetap 60,0% karena perbankan raksasa asal Tiongkok itu melaksanakan haknya untuk menebus saham baru. Namun, terdapat perubahan komposisi kepemilikan saham pihak-pihak lain sesuai dengan keputusan mereka untuk melaksanakan hak menyerap saham right issue ataupun tidak.

Porsi dua pemegang saham terbesar MCOR lain yakni Jonny Wiraatmadja dan Kiki Hamidjaja, masing-masing terdilusi dari 21,32% menjadi 9,35% dan dari 5,21% menjadi 2,29%.

Bank multinasional asal Singapura UOB Kay Hian Pte Ltd masuk sebagai pemegang saham baru dengan porsi kepemilikan 8,20%. Sedangkan porsi kepemilikan oleh publik meningkat dari 13,47% menjadi 20,16%.

Menurut manajemen Bank CCB Indonesia, dana hasil right issue akan dipergunakan untuk memperkuat struktur permodalan. Injeksi modal bakal meningkatkan status bank menjadi kategori BUKU III (bank dengan modal inti antara Rp 5 triliun-Rp 30 triliun).

Selanjutnya, seluruh dana akan dimanfaatkan untuk meningkatkan aset produktif guna mendukung penyaluran kredit. Penguatan struktur permodalan sudah tentu mengokohkan stabilitas perusahaan ke depan.

Fokus segmentasi pasar Bank CCB Indonesia pada corporate banking cukup unik dan menjadikannya kurang populer di telinga masyarakat umum. Akan tetapi, perusahaan belakangan ini mulai melebarkan sayap ke segmen mortgage financing (KPR) antara lain melalui kerjasama dengan BSD City dan Summarecon Bogor.

Seiring dengan menggeliatnya pertumbuhan ekonomi dan bisnis properti nasional tahun 2021, Bank CCB Indonesia memiliki prospek yang cukup baik.

Artikel Terkait