Milenial, Perencanaan Keuangan

Film Joker dan Tragedi yang Harus Dihindari di Dunia Nyata

Sudah nonton film Joker? Banyak yang bilang film ini sangat kental dengan aura yang dark dan depressing. Tapi, tahu gak apa pelajaran terpenting yang bisa kita ambil dari film ini?
 
Meskipun kental dengan unsur psikologis, salah satu akar konflik dalam film Joker adalah ketidakpuasan si pemeran utama, Arhur Fleck, terhadap hidupnya karena kendala ekonomi yang dihadapinya.
 
Di awal film, kamu akan disuguhi latar belakang Arthur Fleck yang mengidap penyakit kejiwaan yang membuatnya tertawa tanpa sebab. Arthur, karakter yang di akhir film mendapuk dirinya sendiri sebagai Joker, harus rutin berkonsultasi dengan pakar kejiwaan dan terus mengonsumsi obat untuk mengendalikan penyakitnya tersebut.
 
Tentu kondisi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
 
Sayangnya, Arthur hanyalah bekerja sebagai seorang badut pesta. Ia hanya tinggal berdua bersama ibunya yang sudah renta dan sakit-sakitan, di sebuah apartemen bobrok. 
 
Kondisi tidak menyenangkan itu lambat laun menarik Arthur ke dalam lubang depresi. Membuatnya bertransformasi sebagai Joker yang lekat dengan simbol radikal sekaligus manifestasi teror bagi kota Gotham.
 
Film Joker yang disutradarai oleh Todd Philips ini didesain dengan karakter ultra realis yang berarti segala unsurnya sangat mungkin ditemui di dunia nyata.
 
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa keputusan Arthur untuk melakukan tindak kriminal adalah dorongan dari ketidakmampuan finansialnya. Kondisi keuangan yang buruk membatasinya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
 
Salah satu hal yang dapat kita jadikan pelajaran dari film Joker ini adalah perbaikan kualitas hidup melalui perencanaan keuangan yang matang.
 
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dihindari untuk menyelamatkan kondisi keuangan kamu:
 
“I just hope that my death makes more cents than my life”
 

Impulsive Buying

Mengeluarkan uang terasa sangat mudah dan menyenangkan, akhirnya kita sering tidak menyadari uang kita habis dipakai untuk keperluan apa saja. Tidak jarang kita melakukan impulsive buying dimana uang kita digunakan untuk membeli hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Seberapa sering pula kamu membeli barang yang sebenarnya tidak kamu tahu apa fungsinya, kamu hanya ingin membelinya karena warna dan motifnya bagus. Apalagi jika kamu kerap melakukan pembelian menggunakan kartu kredit. Kartu kredit membuat kita tidak sadar bahwa kita harus membayar kembali semua uang yang kita belanjakan, dan belum tentu kita memiliki uang untuk membayarnya. Jika dibiarkan, kebiasaan ini akan mendatangkan masalah keuangan yang besar loh.
 

Gali Lubang Tutup Lubang

Seperti yang sudah disebutkan, kartu kredit kerap menimbulkan ilusi yang membuat kamu merasa seolah-olah kamu memang memiliki uang tersebut. Padahal, kartu kredit adalah bentuk lain dari hutang. Dengan perkembangan teknologi, rayuan untuk kamu berhutang pun semakin berkembang dalam berbagai bentuk. Pinjaman-pinjaman online ramai-ramai memamerkan solusi keuangan instan yang tanpa kamu sadari akan menarikmu ke dalam lingkaran setan. Apalagi jika kamu berhutang untuk memenuhi hal-hal yang tidak kamu perlukan. Itu hanya akan semakin meningkatkan hasrat konsumtif kamu. Berhutang tidak apa-apa jika kamu berencana membeli rumah. Gunakan kartu kredit untuk keadaan darurat atau jika berbelanja dengan kartu kredit tersebut memberikanmu bpromo menguntungkan.
 

Menabung Tanpa Berinvestasi

Menabung adalah langkah kedua yang bisa membuatmu kaya, memiliki penghasilan adalah langkah pertamanya. Namun, hanya membiarkan tabungan kamu di rekening bank tidak akan membuat uangmu bertumbuh. Jadikan uang simpananmu sebagai penghasilan pasif dengan berinvestasi di instrumen yang tepat sesuai dengan profil resikomu. Segera konsultasi dengan ahli untuk memahami lebih jauh terkait investasi.
 

Mengikuti Orang Lain Tanpa Tahu yang Harusnya Kamu Lakukan

Jika kamu sudah mulai mempertimbangkan untuk berinvestasi, kamu harus memahami profil risikomu sendiri. Hindari melakukan investasi dengan menyontoh atasan, kakak, atau sahabatmu sebelum kamu mengetahui pasti profil risikomu. Setiap orang memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam berinvestasi dan hal itu akan menentukan instrumen investasi yang berbeda-beda pula. Melihat kesuksesan orang lain dalam berinvestasi memang bagus untuk dijadikan motivasi. Namun, jangan sampai hal ini menggelapkan matamu hingga kamu enggan mencari tahu produk yang sesuai dengan kemampuan keuanganmu sendiri. 
 

Tidak Punya Perencanaan Keuangan

Perencanaan keuangan membantu kamu menetapkan tujuan finansialmu. Artinya, kamu bisa memilih membahagiakan dirimu sendiri sesuai dengan kemampuanmu. Mungkin di pertengahan umur 20 tahun, kebahagianmu tercapai ketika kamu bisa membeli mobil atau rumah sendiri. Tapi kamu harus ingat bahwa kebebasan finansial adalah tujuan akhir dari perencanaan keuangan kamu. 
 

Terbelenggu Dalam Ketakutan

Dalam melalukan perencanaan keuangan, kamu memang harus ekstra hati-hati. Setiap langkah harus kamu perhatikan dengan baik. Namun, hati-hati bukan berarti enggan belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya loh ya. Hati-hati juga tidak sama dengan ketakutan. Ketika kamu berhati-hati, kamu mencari tahu lebih dalam mengenai hal yang akan kamu lakukan sehingga kamu dapat memperhitungkan resiko yang harus kamu hadapi ke depannya. Jika kamu ketakutan, kamu bahkan tidak berani untuk mencoba mempelajari hal tersebut. Contohya, ketika kamu mendengar investasi saham beresiko tinggi. Orang yang hati-hati akan mempelajari dari berbagai sisi, segala sesuatu yang berkaitan dengan investasi saham sebelum ia terjun sendiri. Ketika kamu telah mempelajari dan memahami dengan baik suatu hal, rasa takutmu terhadap hal tersebut akan hilang. Akan timbul juga rasa percaya diri buat kamu untuk mencoba.
 

Tidak Membiasakan Mencatat

Jika kamu punya rencana, tuliskan hal itu di kertas! Jangan pikir bahwa kamu akan tetap ingat hal-hal tersebut di kepala tanpa mencatat. Percaya deh, kamu pasti lupa. Selain itu, kalau kamu tidak mencatat perencanaanmu dengan baik, kamu akan cenderung kehilangan koherensi karena kamu tidak mempertimbangkan variabel-variabel yang penting di dalam rencanamu. Mencatat rencana keuanganmu juga akan membantu kamu mempertimbangkan segala skenario yang mungkin muncul. Dalam jangka panjang, membuat catatan rutin perencanaan keuangan dapat membantu kamu mengevaluasi perkembanganmu dalam hal manajemen finansial. 
 

Tidak Memiliki Prioritas

Kamu harus tahu apa yang ingin kamu lakukan dengan gajimu. Kamu harus punya skala prioritas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tentukan di umur berapa kamu akan punya rumah dan mobil sendiri. Pikirkan di mana nanti kamu akan menyekolahkan anak-anakmu. Prioritas keuangan sangat penting agar kamu tidak tersandung dalam lubang konsumerisme yang membuat kamu menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Seiring waktu, kamu juga akan belajar membuat prioritas yang lebih bijaksana. Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmu. 
 

Membiasakan Menunda-nunda

Belajar untuk berhenti bilang, “Saya akan mulai besok atau bulan depan”, kepada diri kamu sendiri, terutama untuk banyak hal yang ingin mulai kamu lakukan. Menabung dan berinvestasi adalah salah satu di antara banyaknya hal yang kamu tahu harus kamu lakukan secepatnya, tapi tidak pernah kamu mulai. Percaya deh, kebiasaanmu menunda-nunda hal penting ini bisa mengakibatkan kerugian besar untuk dirimu sendiri di masa depan.

Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait