
ISSP
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk.
Barang Baku

Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk.
Barang Baku
Ancaman Dumping Baja Cina: Peluang dan Tantangan bagi Industri Baja Nasional Industri baja nasional saat ini sedang menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya impor baja dari Cina. Menurut Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), kenaikan impor sebesar 34% pada semester pertama 2024 menjadi ancaman serius. Utilisasi kapasitas produksi baja nasional juga menurun drastis dengan beberapa pemain hanya beroperasi pada tingkat di bawah 60%, bahkan 30%. Hal ini tentu memprihatinkan, mengingat seharusnya produksi nasional dapat menangkap pertumbuhan permintaan baja dalam negeri yang cukup pesat, mencapai 18,5 juta ton pada tahun 2024. Namun, tantangan dumping dari Cina membuat harga baja lokal sulit bersaing. Beberapa emiten baja yang harus diwaspadai dalam situasi ini antara lain $KRAS (Krakatau Steel), salah satu pemain utama dalam industri baja Indonesia. Krakatau Steel perlu membuat strategi penyesuaian operasi untuk menjaga profitabilitas dan tetap kompetitif di tengah tekanan harga rendah dari impor Cina. Selain itu, emiten seperti $ISSP (Steel Pipe Industry of Indonesia) juga perlu memperkuat pangsa pasar dengan mengoptimalkan efisiensi produksi dan diversifikasi produk untuk mengurangi dampak kerugian karena persaingan tidak sehat ini. Para investor disarankan untuk terus memantau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil pemerintah. Dukungan kebijakan anti-dumping dapat memberikan perlindungan tambahan dan ruang bagi industri nasional untuk beradaptasi. Strategi investasi pada saham baja saat ini memerlukan pendekatan yang hati-hati. Pastikan untuk mengawasi laporan kinerja keuangan kuartalan dan potensi kebijakan proteksi dari pemerintah yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di sektor ini. Menjaga portofolio yang seimbang dan mempertimbangkan sektor-sektor lain yang lebih stabil dapat menjadi strategi mitigasi risiko yang bijak.
Ancaman Dumping Baja Cina: Peluang dan Tantangan bagi Industri Baja Nasional Industri baja nasional saat ini sedang menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya impor baja dari Cina. Menurut Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), kenaikan impor sebesar 34% pada semester pertama 2024 menjadi ancaman serius. Utilisasi kapasitas produksi baja nasional juga menurun drastis dengan beberapa pemain hanya beroperasi pada tingkat di bawah 60%, bahkan 30%. Hal ini tentu memprihatinkan, mengingat seharusnya produksi nasional dapat menangkap pertumbuhan permintaan baja dalam negeri yang cukup pesat, mencapai 18,5 juta ton pada tahun 2024. Namun, tantangan dumping dari Cina membuat harga baja lokal sulit bersaing. Beberapa emiten baja yang harus diwaspadai dalam situasi ini antara lain $KRAS (Krakatau Steel), salah satu pemain utama dalam industri baja Indonesia. Krakatau Steel perlu membuat strategi penyesuaian operasi untuk menjaga profitabilitas dan tetap kompetitif di tengah tekanan harga rendah dari impor Cina. Selain itu, emiten seperti $ISSP (Steel Pipe Industry of Indonesia) juga perlu memperkuat pangsa pasar dengan mengoptimalkan efisiensi produksi dan diversifikasi produk untuk mengurangi dampak kerugian karena persaingan tidak sehat ini. Para investor disarankan untuk terus memantau langkah-langkah kebijakan yang akan diambil pemerintah. Dukungan kebijakan anti-dumping dapat memberikan perlindungan tambahan dan ruang bagi industri nasional untuk beradaptasi. Strategi investasi pada saham baja saat ini memerlukan pendekatan yang hati-hati. Pastikan untuk mengawasi laporan kinerja keuangan kuartalan dan potensi kebijakan proteksi dari pemerintah yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di sektor ini. Menjaga portofolio yang seimbang dan mempertimbangkan sektor-sektor lain yang lebih stabil dapat menjadi strategi mitigasi risiko yang bijak.