Reksa Dana

Saham Gorengan Bukan Gangguan Kinerja Reksa Dana, Alasannya?

saham gorengan

Ajaib.co.id – Mungkin masih segar dalam ingatan kamu ketika istilah saham gorengan tiba-tiba mencuat dan jadi sangat populer. Hal itu terjadi di pertengahan September 2019 seiring maraknya berita miring tentang kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya. Pada hal ini hampir sepenuhnya ditimpakan kepada saham bermasalah dalam portofolio investasinya.

Bagi kamu yang masih fresh di dunia saham dan pasar modal, istilah gorengan dipakai karena saham-saham tersebut menjadi seolah tampak profitable berkat aksi pelaku pasar yang asik membolak-balik fakta dan memanas-manasi investor, hal ini persis seperti aktivitas menggoreng. Tujuannya agar investor tergiur berinvestasi di saham gorengan itu.

Definisi

Ketika nilai saham sebuah perusahaan tiba-tiba mengalami peningkatan yang super epik berkat rekayasa sekelompok pelaku pasar yang sedang kompak membolak-balik dan memanas-manasi pasar demi meraup keuntungan sepihak, maka saham itu sah didefinisikan sebagai saham gorengan.

Rekayasa itu bisa jelas dirasakan karena meskipun valuasinya begitu kinclong dan volatilitas nilainya cukup tinggi dan cepat, saham itu tidak menyimpan track record yang jelas tentang fundamental keuangan emiten (perusahaan yang melantai di Bursa Efek) yang baik, bahkan kegiatan operasional bisnisnya pun kadang tidak jelas!

Reksa Dana Berintegritas Tidak Main Saham Gorengan

Pemberitaan kasus Jiwasraya yang sangat intens. Faktanya hal ini telah mengakibatkan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menurun hingga 40-50% dan menggoyang kepercayaan pelaku pasar dan publik secara luas terhadap pasar modal di Indonesia. Bahkan setelah itu, tercatat Capital Out Flow masif akibat sederet pelepasan kepemilikan oleh pelaku pasar domestik maupun asing.

Namun, di sisi lain, kasus Jiwasraya malah tidak terlalu signifikan mempengaruhi kinerja reksa dana saham. Mengapa? Karena Manajemen Investasi capable dan berintegritas tidak akan mendiversifikasikan portofolio mereka di jenis saham ini.

Mereka cenderung melakukannya di saham-saham Big Caps, atau juga biasa disebut Blue Chips, berkat fundamentalnya yang bagus, maka tidak terlalu terpengaruh oleh sepak-terjang saham-saham bermasalah itu.

Ciri-ciri Saham Gorengan

Masuk ke Dalam Daftar Unusual Market Activity (UMA)

Akibat kenaikan nilai yang biasanya terlalu ekstrim selama > 2 hari, umumnya saham jenis ini akan duluan terkena peringatan dari PT Bursa Efek Indonesia. Meskipun tergantung dari harga tiap saham, definisi kenaikan nilai ekstrim adalah menyentuh bahkan melampaui batas terbesar harian yang juga disebut Auto Reject Atas (ARA).

ARA untuk saham yang tergolong kelas harga diatas Rp5000 per saham adalah 20%. ARA untuk saham yang tergolong kelas harga antara Rp200 – Rp5000 per saham adalah 25%. ARA untuk saham yang tergolong kelas harga Rp50 – Rp200 per saham adalah 35%.

UMA sebetulnya sudah bersifat indikator otomatis yang memberi warning kepada para investor dan trader di pasar modal ketika pergerakan harganya mulai menyimpang, sehingga mengisyaratkan adanya rekayasa yang dibandari predator pasar.

Volume dan Nilai Transaksi Harian Tidak Wajar

Ketidakwajaran itu jelas terlihat dari fakta bahwa meskipun masuk kategori lapis ke-2 dan ke-3, tetapi volume dan nilai transaksi harian saham itu sangat tinggi dibandingkan perusahaan sejenisnya, bahkan hingga menyamai saham-saham Blue Chips.

Padahal, saham-saham Blue Chips dikategorikan sebagai Big Capital karena kapitalisasi pasar yang besar diperoleh berdasarkan kalkulasi jumlah saham perusahaan yang beredar di publik, kemudian dikalikan harga pasarnya. Metode kalkulasi ini memang menjadi standar kapitalisasi pasar untuk mengukur besarnya sebuah perusahaan.

Jadi, aneh kan, kalau ada saham-saham yang harganya receh, jumlah peredaran lembar sahamnya sedikit, tapi tiba-tiba aktif diperdagangkan dalam waktu kilat sehingga mencapai harga yang fantastis? Untuk meradar ada atau tidaknya ketidakwajaran harga, sebaiknya perhatikan selisih mencolok kapitalisasi pasar sebuah emiten (perusahaan penerbit saham) perusahaan sejenisnya.

Kamu perlu menyadari bahwa, sebuah saham seharusnya menjadi valuable karena didukung performa kinerja dan fundamentalnya, bukan karena ia diback-up sekumpulan para perekayasa harga!

Parahnya, kapitalisasi pasar emiten yang kecil serta sedikitnya jumlah kepemilikan investor ritel malah mempermudah bandar-bandar nakal itu menggoreng saham-saham gorengannya dengan ongkos murah, hingga menjadi komoditas andalannya di pasar modal!

Ketidakwajaran Bid dan Offer

Jika offer merupakan antrian jual saham di harga tinggi, bid adalah antrian beli saham di harga rendah. Dengan posisi bid dan offer yang tipis-tipis, saham gorengan biasanya ditransaksikan dalam jumlah besar, namun tidak merata hampir di setiap antrian, bahkan bisa-bisa cuma 1 lot (100 lembar). Hal ini dilakukan demi memudahkan bandar untuk sering mendongkrak harga sahamnya.

Kenaikan Harga Tidak Sinkron dengan Kinerja Keuangan dan Informasi Emiten

Kenaikan harga saham yang ekstrim akhirnya menampilkan ketidaksinkronan dengan kinerja keuangan sebagai aspek fundamental, ataupun info aksi korporasi terkini serta kondisi makro ekonomi. Kinerja keuangan terkadang tumbuh 50%, namun seringkali justru anjlok > 50% saat harganya sedang tak henti-hentinya meroket! Nggak masuk akal kan?

Tak Dapat Dianalisis

Rasio keuangan dan valuasi yang terlalu tinggi terjadi akibat performa kinerja keuangan tidak setinggi kenaikan harga saham gorengan. Sehingga, akhirnya saham ini tidak dapat dianalisis secara fundamental.

Umumnya perusahaan melakukan valuasi dengan perhitungan rasio harga saham per nilai buku (Price to Book Value, P/BV) dan rasio harga saham per laba (Earning Per Share, EPS). Apabila valuasi emiten gorengan itu tidak sebanding kompetitor terdekatnya, misalnya >20x, sebaiknya saham itu dihindari.

Selain itu, dari segi analisis teknikal, pergerakan harga saham abal-abal ini juga sering terlalu fluktuatif, atau, malahan tidak memunculkan indikator analisis teknikal sama sekali yang disebabkan jarangnya transaksi.

Mencegah Kerugian Yang Diakibatkannya Saham Gorengan

  • Cermati dinamika pasar modal.
  • Miliki dalam porsi secukupnya saja di dalam portfolio.
  • Jangan dimiliki terlalu lama.
  • Disiplinkan diri untuk segera cut loss saat penurunan harga terus mengkhawatirkan.

Mengapa Ada Manajer Investasi Memilih Saham Gorengan

Sesuai sifat natural produknya, reksa dana harus selalu melakukan diversifikasi, maka alokasi dana ke suatu saham maksimal hanya 10%. Akibatnya, meskipun jika 10% itu saham abal-abal, volatilitas nilainya tidak akan seekstrim pada investasi saham.

Disinyalir ada praktek Manajer Investasi reksa dana membeli beberapa saham abal-abal sekaligus, lalu berkolaborasi dengan bandar saham guna merekayasa harga sedemikian rupa agar peningkatan harga reksa dananya terlihat stabil, bahkan saat IHSG sedang anjlok sekalipun.

Hasilnya, selama sahamnya belum gosong, kinerja reksa dananya tampak baik-baik saja, bahkan bisa memberi janji pendapatan tetap sebesar 8–10% per tahunnya! Dengan praktek ini, Manajer Investasi penerbit reksadana gorengan bisa melipat untung berlipat ganda!

Risiko terbesarnya? Bukan cuma nilai anjlok hingga batas paling bawah, tapi juga risiko pada likuiditas sehingga tak dapat dicairkan. Hilangnya kepercayaan pasar terhadap saham yang pernah gosong bisa berlangsung bertahun-tahun hingga emiten itu bangkrut dan terjadi delisting dari bursa, sehingga kertas kepemilikan saham tidak ada harganya.

Jadi, ekstra hati-hati, ekstra cermat, hindari berinvestasi di saham gorengan maupun reksa dana bodong yang menjanjikan hasil pasti di masa mendatang. Perkaya portofolio investasi kamu dengan investasi yang berintegritas, fleksibel dan menguntungkan lewat aplikasi Ajaib.

Kamu dapat memulai investasi reska dana cukup dengan Rp10 ribu saja dan investasi saham tanpa minimal deposit. Investasi di Ajaib juga aman karena di bawah pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Ajaib tetap jadi pilihan cerdas untuk kaum milenial!

Artikel Terkait