Ajaib

E-book Premium Bag. 5: Kapan Harus Jual Reksa Dana Saya?

Pembuka

Jika reksa dana menghasilkan pengembalian lebih rendah dari yang kamu inginkan, mungkin muncul dorongan-dorongan untuk mencairkan unit reksa dana dan mengalihkan investasi di tempat lain saja. Apalagi jika tingkat pengembalian reksa dana lain mungkin terlihat menarik.

Tapi, apakah keputusan menjual unit reksa dana sudah tepat? Tidakkah kita gigit jari ketika beberapa tahun setelahnya, reksa dana tersebut memberikan imbal hasil belasan, bahkan puluhan persen?

Sebagai contoh, lihat tabel pengembalian historis dari lima reksa dana saham berikut ini (dihitung mundur sejak 21 Januari 2020):

Seperti yang dapat kamu lihat, banyak yang tidak memberi pengembalian signifikan, atau malah berkurang di tahun pertama, yang kemudian terbayarkan dengan dahsyat pada tahun kelima. Bagaimana caranya agar kita tidak melewatkan pengembalian ini? Tentu dengan tidak menarik dana, terutama di saat yang tidak tepat.

Pada dasarnya, selalu ada sisi positif dan negatif dari mencairkan unit reksa danamu. Mari kita lihat lebih dekat kapan saja momen terbaik untuk mencairkan reksa dana, dan kapan momen yang membuat kita rugi jika kita mencairkannya.

Reksa Dana Bukanlah Saham

Perlu dipahami bahwa reksa dana tidak sama dengan saham. Jadi, penurunan pasar saham tidak selalu berarti unit reksa dana harus segera dijual. Saham adalah entitas tunggal dengan tingkat pengembalian yang tergantung dengan performa pasar. Saham didorong oleh prinsip “beli rendah, jual tinggi”. Prinsip inilah yang menyebabkan mengapa banyak investor panik dan buru-buru menjual aset saham mereka ketika pasar sedang jatuh. 

Reksa dana bukanlah entitas tunggal, melainkan portofolio instrumen keuangan. Isinya adalah saham dan obligasi tepilih, dan dijalankan oleh manajer investasi sesuai dengan strategi reksa dana tersebut. Portofolio yang isinya banyak instrumen keuangan ini memiliki sifat diversifikasi. Ada banyak jenis reksa dana dengan tingkat diversifikasi yang berbeda-beda.

Reksa dana sektor, misalnya, akan memiliki paling sedikit diversifikasi karena mereka mengelola portofolio dari satu sektor saja. Contohnya, reksa dana sektor perbankan hanya akan berinvestasi pada saham-saham yang dikeluarkan perusahaan perbankan. Sedangkan, reksa dana yang terdiversifikasi paling banyak, seperti reksa dana campuran, akan mengejar keseimbangan portofolio.

Manapun jenis reksa dana yang dipilih, prinsip kerjanya sama saja, yaitu mengusahakan bahwa penurunan satu atau beberapa saham sekaligus dapat diimbangi dengan aset lain yang memiliki nilai stabil atau meningkat. 

Karena reksa dana bukanlah entitas tunggal, melainkan berisi portofolio beragam, tidaklah bijaksana bila kamu mengandalkan momen turunnya pasar saham untuk menjual reksa dana. Sebab, portofolio reksa dana dapat mewakili berbagai jenis pasar, tidak hanya pasar saham saja.

Selain itu, karena reksa dana diarahkan untuk pengembalian jangka panjang, tingkat pengembalian rendah pada tahun pertama belum tentu merupakan tanda untuk menjual. Ingatlah bahwa faktor waktu bukan satu-satunya yang harus dipertimbangkan ketika ingin menjual investasi reksa dana.  

Ketika Kebijakan Reksa Dana Berubah

Perlu diingat bahwa sekalipun reksa dana diarahkan untuk menghasilkan tingkat pengembalian jangka panjang, bukan berarti kamu harus terus-terusan memegang reksa dana tersebut apapun yang terjadi.

Biar bagaimanapun juga, reksa dana bertujuan untuk meningkatkan nilai investasi dari waktu ke waktu. Karena itulah, tidak relevan jika kamu memegang unit reksa dana untuk menunjukkan kesetiaan pada sektor industri, kelompok aset, atau manajer investasi tertentu. 

Berikut empat situasi yang wajib diwaspadai, meskipun tidak menjadi indikator pasti untuk menjual reksa dana:

1. Perubahan Pada Manajer Investasi

Ketika kamu menitipkan uang pada reksa dana, kamu mempercayakannya pada keahlian dan pengetahuan manajer investasinya. Tentunya kamu berharap mereka bisa menghasilkan pengembalian yang luar biasa, yang sesuai dengan tujuan investasimu. Jika laporan kuartal maupun tahunan menunjukkan bahwa reksa danamu memiliki manajer baru, sebaiknya kamu waspada. 

Perubahan ini akan tercermin di prospektus, karena mereka harus menunjukkan alasan perubahan manajer. Jika prospektus menyatakan bahwa tujuan reksa dana akan tetap sama, sebaiknya kita melihat baik-baik performanya selama setahun ke depan. Kamu juga bisa meneliti pengalaman dan kinerja sebelumnya dari manajer baru tersebut.

Pada reksa dana indeks dan sejenisnya, hal ini mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan karena cenderung tidak dikelola secara aktif.

2. Perubahan Strategi

Bila kamu melakukan riset terhadap reksa dana sebelum berinvestasi di dalamnya, kemungkinan besar kamu akan berinvestasi dalam reksa dana yang secara akurat mencerminkan tujuan keuanganmu. Jika manajer investasimu tiba-tiba mulai berinvestasi pada instrumen keuangan yang tidak mencerminkan tujuan awal reksa dana, sudah saatnya kamu mengevaluasi pilihan untuk tetap berinvestasi di reksa dana ini.

Misalnya, jika reksa dana yang biasanya berinvestasi pada BUMN mulai berinvestasi di beberapa saham perusahaan swasta Tbk., tentu risiko dan arah reksa dana tersebut dapat berubah.

Baik diingat bahwa reksa dana biasanya diharuskan untuk memberi tahu segala perubahan yang terjadi kepada para pemilik unit. Selain itu, beberapa reksa dana dapat mengubah nama mereka untuk menarik lebih banyak pelanggan, dan ketika reksa dana mengubah namanya, kadang-kadang strategi investasinya juga berubah. Bertahanlah bila perubahannya bisa kamu terima, dan tariklah dana jika perubahannya tidak membuatmu nyaman berinvestasi. 

3. Kinerja Kurang Baik Secara Konsisten

Bagian rumit dari mengidentifikasi indikator ini adalah definisi “kinerja kurang baik” yang berbeda dari satu investor ke investor lainnya. Jika pengembalian reksa dana buruk selama periode kurang dari setahun, mencairkan unit reksa dana mungkin bukan ide terbaik, karena bisa saja hanya mengalami fluktuasi jangka pendek. 

Namun, jika kamu melihat kinerja yang sangat buruk selama dua tahun terakhir atau lebih, mungkin sudah waktunya untuk menghentikan kerugian dan segera menarik dana. Untuk membantu mengambil keputusan, coba bandingkan kinerja dana dengan tolok ukur yang sesuai, atau dengan reksa dana serupa. Kinerja komparatif yang buruk menjadi sinyal untuk menjual. 

4. Reksa Dana Bertambah Besar dengan Cepat

Dalam banyak kasus, pertumbuhan cepat sebuah dana dapat menghambat kinerja. Semakin besar reksa dana, semakin sulit untuk mengalokasikan portofolio aset secara efektif. Besar-tidaknya reksa dana biasanya menjadi masalah untuk reksa dana tematik, yang biasanya berinvestasi dalam saham yang volume dan likuiditasnya rendah.

Ketika Portofolio Investasi Pribadimu Berubah

Selain perubahan dalam reksa dana itu sendiri, perubahan dalam portofolio pribadi kamu juga bisa membuatmu mencairkan unit reksa dana dan mengalihkannya ke portofolio yang lebih sesuai. Alasan baik yang mungkin mendorongmu untuk mencairkan unit reksa dana: penyeimbangan ulang portofolio.

Jika kamu punya pola alokasi aset tertentu yang ingin dipatuhi, penyeimbangan portofolio mungkin perlu kamu lakukan setiap akhir tahun. Dalam kasus ini, kamu mungkin perlu menjual, atau bahkan membeli lebih banyak reksa dana dalam portofolio demi mencapai keseimbangan tersebut.

Kamu mungkin juga harus melakukan penyesuaian ulang jika tujuan investasimu berubah. Misalnya, jika kamu memutuskan untuk mengubah strategi yang mengincar pertumbuhan, jadi strategi yang memberikan penghasilan tetap. Kamu bisa saja mengubah kepemilikan reksa dana yang lebih fluktuatif tapi pertumbuhannya tinggi, menjadi reksa dana yang cenderung stabil dan memberikan pendapatan tetap.

Kesimpulan

Menjual reksa dana bukanlah sesuatu yang dilakukan secara impulsif. Sangat penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor agar bisa mengambil keputusan terbaik. Ingatlah bahwa pada awalnya, kamu berinvestasi di reksa dana karena kamu percaya. Jadi pastikan bahwa kamu tahu alasan untuk menarik kembali kepercayaan tersebut. 

Namun, jika setelah mempertimbangkan dengan cermat semua pro dan kontra dari kinerja reksa dana, kamu masih merasa bahwa keputusan terbaik adalah untuk menjual unit reksa dana tersebut, lakukanlah tanpa pernah mengingatnya lagi.

← Baca bagian keempat
Baca bagian terakhir


Tentang Penulis

Anderson Sumarli mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA) dari Stanford University, Amerika Serikat. Setelah berkarir di bidang manajemen keuangan selama bertahun-tahun, ia mendirikan Ajaib, salah satu perusahaan reksa dana online dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia. Ia memiliki visi untuk membantu sebanyak mungkin orang untuk berinvestasi, guna menghadapi inflasi. Saat ini, ia menjabat sebagai CEO di Ajaib sekaligus WAPERD.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait