Ajaib.co.id – Ketika ingin mulai terjun di dunia saham, pasti awalnya kamu akan bingung dan ragu. Apakah nanti saham yang kamu pilih akan memberikan hasil maksimal atau bahkan bisa kerugian. Oleh karena itu, di bawah ini Ajaib akan mencoba memberikan beberapa daftar saham yang layak dikoleksi dan bisa jadi salah satu rekomendasi buat kamu.
Saham Blue Chip
Bagi kamu yang tertarik untuk investasi di dunia saham, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah saham blue chip. Di mana, saham ini banyak direkomendasikan oleh pakar investasi dan broker untuk investor saham pemula.
Selama kondisi pandemi COVID-19, saham blue chips sangat bagus untuk dibeli karena harga 1 lot saham yang anjlok dari harga tertinggi di kondisi normal. Saham blue chip ini juga terbilang sangat aman bila dibandingkan dengan trading saham atau cryptocurrency. Di bawah ini adalah beberapa saham blue chip yang layak untuk dikoleksi.
1. Bank Central Asia (BCA) – BBCA
Bank ini merupakan salah satu bank swasta terbesar dan tergolong salah satu bank terbaik dengan jaringan paling luas serta nasabah yang banyak. Perusahaan perbankan ini dikelola dengan efektif dan efisien sehingga memiliki ROA atau Return on Asset yang paling tinggi bila dibandingkan dengan bank lain. Inilah yang membuat saham BCA memiliki volume 11.378.100 lembar saham dengan harga terakhir Rp 31.950.
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) – BBRI
Saham BBRI juga memiliki performa yang baik serta tergolong aktif dalam perdagangan bursa efek, sehingga saham ini layak untuk dikoleksi. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar yang fantastis sebesar Rp372,35 triliun per 31 Maret 2020 dan kini jumlah saham BRI yang beredar di market mencapai 123.345.810.000.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja saham ini adalah adanya komitmen yang kuat untuk terus memberikan kredit pada usaha kecil seperti UMKM. BRI juga sering melakukan stock split yang bertujuan untuk menarik minat masyarakat terhadap saham ini.
3. Unilever – UNVR
Unilever merupakan perusahaan consumer goods terbesar di Indonesia yang produknya sudah dikenal dan digunakan banyak orang, khususnya di Indonesia. Perusahaan ini memiliki ROE 100 persen sejak 2014 dan mencapai 14 persen pada tahun 2018. Profit dari Unilever sendiri mencapai Rp9 triliun pada tahun 2018 lalu. Dengan tingginya ROE tersebut membuktikan bahwa perusahaan ini mampu menghasilkan laba secara rutin yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Telkom Indonesia – TLKM
PT Telkom Indonesia Tbk juga termasuk saham blue chip karena memiliki konsistensi tinggi dalam memperoleh laba bersih dari tahun ke tahun. Meskipun kondisi ekonomi sedang tidak pasti, kondisi saham Telkom cenderung stabil dan tidak anjlok.
ROE Telkom terus bertumbuh sebesar 22,03 persen serta rutin membagikan dividen kepada pemegang saham setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dividen payout Telkom meningkat dari 40 persen menjadi 90 persen profit.
5. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk – ICBP
Bagi kamu pecinta Indomie, boleh coba untuk membeli saham di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Di mana, saham ICBP ini tergolong saham blue chip karena mapan dan memiliki fundamental baik.
Pendapatan perusahaan terus tumbuh secara konsisten dari tahun ke tahun dan mereka mampu menghasilkan laba dengan ROE hingga 21 persen dan ROA sebesar 13,7 persen. Angka ini tergolong sangat jauh di atas rata-rata saham perusahaan produsen makanan di bursa.
6. Bank Mandiri – BMRI
Bank Manidiri juga pernah mencatat pertumbuhan yang terus meningkat di tahun lalu (2020). Di mana, kinerja saham PT Bank Mandiri tahun lalu tercatat tumbuh 9,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya serta memiliki laba bersih senilai Rp 27,5 triliun.
Bank Mandiri cenderung stabil karena mampu menyeimbangkan pertumbuhan kredit dan laba bersih. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki performa jangka panjang yang return-nya stabil sehingga cocok diinvestasikan dalam jangka panjang. Hal ini juga sejalan dengan posisi Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia.
Nah, itulah keenam saham blue chip yang bisa kamu pilih untuk memulai investasi saham. Selain keenam saham tersebut, ada juga beberapa saham blue chip lainnya seperti:
- PT Perusahaan Gas Negara – PGAS
- PT Astra International Tbk – ASII
- PT Bank Negara Indonesia – BBNI
- United Tractors Tbk – UNTR
- Aneka Tambang Tbk – ANTM
- PT Gudang Garam Tbk – GGRM
- HM Sampoerna Tbk – HMSP
- PT Mayora Indah Tbk – MYOR
Prediksi IHSG di Q4 2021
Selama covid-19, banyak harga saham yang anjlok. Namun, pada kuartal 4 2021 ini, perekonomian diperkirakan akan terus membaik, sehingga harga sejumlah saham akan meningkat. Hal ini terlihat dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 1 Oktober 2021 ditutup di level 6.228,84. Secara year to date, IHSG meningkat 123,95 poin atau naik 2,03%.
Selain itu, Hendriko Gani, Analis Sucor Sekuritas memprediksi IHSG masih akan melanjutkan penguatan di kuartal 4 tahun 2021. Prediksi ini seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi.
Ini tercermin dari perbaikan ini terdorong inflasi yang sudah membaik, PMI Manufaktur yang kembali ke level ekspansif, dan penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga mobilitas masyarakat meningkat.
Adapun secara historis Hendriko juga mencermati bahwa IHSG di kuartal IV biasanya menguat di bulan Oktober dan Desember. Sementara di bulan November, IHSG cenderung mixed. Kalaupun melemah, Hendriko melihat koreksinya akan wajar karena penguatan di bulan Oktober yang diprediksi lumayan tinggi.
Untuk bulan Desember, pergerakan IHSG diprediksi akan kembali menguat, salah satunya terdorong oleh window dressing. Sehingga ada potensi recovery dan juga dari IHSG cukup bagus.
Hingga akhir tahun lalu perusahaan sekuritas Indonesia, Sucor Sekuritas telah menargetkan IHSG akan ditutup di kisaran level 6.750. Adapun secara teknikal Hendriko sebagai analis saham di Sucor melihat pergerakan IHSG berpotensi ke level 6.450 hingga 6.600 dengan support bulanannya di kisaran 6.000.
Hal ini menjadi sentimen positif yang terjadi. Namun, Hendriko juga tetap memperingatkan investor untuk mencermati sentimen-sentimen yang mungkin memberatkan pergerakan IHSG, salah satunya kasis Evergrande. Ia pun menyarankan untuk terus mencermati perkembangannya. Di sisi lain, sentimen tapering off dari Amerika Serikat juga masih membayangi.
Namun berbeda dengan Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama. Ia justru melihat investor akan cenderung berhati-hati di kuartal IV 2021. Di mana, sentimen-sentimen negatif dari global masih akan membayangi pergerakan IHSG hingga akhir tahun.
Ia pun memprediksi IHSG bisa mencapai level 6.400 di akhir 2021. Sementara support-nya berada di level 6.000. Menurutnya, potensi tapering off Amerika Serikat di bulan November akan mempengaruhi pergerakan harga saham-saham.
Dengan prediksi tersebut saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal di antaranya:
- PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
- PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
- PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
- PT BFI Finance Tbk (BFIN).
- PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
- PT United Tractors Tbk (UNTR).
- PT Timah Tbk (TINS).
- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
- PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
- PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Volatilitas Memengaruhi Ekonomi
Freedman menekankan bahwa volatilitas ekonomi akibat potensi perubahan kebijakan publik cenderung akan memengaruhi ekonomi sektoral ketimbang secara general. Dengan demikian dia menyarankan para investor untuk mencermati sektor-sektor berikut ini:
1. Sektor Pertumbuhan Sekuler
Menurut Freedman Sektor Pertumbuhan Sekuler akan mendapatkan keuntungan jangka panjang dari tren ekonomi mendatang. Industri yang termasuk ke dalam sektor ini adalah sektor yang dapat mendorong produktivitas dan efektivitas seperti teknologi informasi dan e-commerce.
Selain itu, sektor kesehatan juga menjadi salah satu sektor yang layak untuk diperhatikan. Freedman mengatakan, dalam jangka panjang, manusia akan lebih menaruh perhatian pada kondisi fisik mereka untuk tetap menjaga kesehatan. Selain itu, sektor yang mendorong atau membantu manusia tetap aktif juga layak untuk dicermati.
2. Saham Siklikal
Saham-saham siklikal, industrial, energi, dan keuangan secara umum mengalami pergerakan yang kurang mengesankan sepanjang paruh pertama 2020 dan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, dalam beberapa bulan menjelang akhir tahun, saham-saham di sektor tersebut mulai menggeliat.
Hal ini menurut Freedman menjadi indikasi bahwa tren tersebut masih akan berlanjut sampai 2021. Dengan demikian, dia menyarankan para investor untuk mencermati saham-saham di sektor tersebut pada tahun ini.
3. Saham-Saham Mid & Small Cap
Saham-saham berkapitalisasi kecil dan sedang juga dinilai sebagai salah satu saham yang layak dikoleksi. Menurutnya saham-saham dalam kategori ini memiliki peluang untuk tumbuh bersama pemulihan ekonomi di bawah pemimpin yang baru. Hal ini akan sangat berkebalikan dengan kondisi 2020 yang mana saham-saham big caps lebih mendominasi.
Salah satu penyebab yang akan mendorong saham-saham mid dan small cap adalah faktor pertumbuhan ekonomi yang mulai kembali ke kondisi normal akan turut mendorong investor masuk ke instrumen investasi yang lebih berisiko. Oleh karena itu, saham-saham berkapitalisasi kecil dan besar punya peluang sangat baik untuk tumbuh.
Dengan mengacu pada hasil pemilu dan memerhatikan perubahan yang terjadi pada relasi kuasa di Amerika Serikat, seorang investor dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan sensitif terhadap tren. Apa yang terjadi pada pasar Amerika Serikat juga akan sangat mungkin terefleksi pada pasar saham domestik Indonesia.
Namun, yang terpenting adalah jangan sampai terus menunda investasi Anda. Karena, semakin lama menunda, semakin banyak waktu yang Anda buang untuk mengambil potensi cuan dari saham.
Oleh karena itu, segera mulai investasimu di Ajaib! Platform investasi reksadana dan saham ini sudah diawasi dan terdaftar di OJK. Ayo segera mulai investasi di Ajaib!