Deputi Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden, Denni Purbasari bicara soal utang Indonesia. Dia menegaskan, pemerintah kelola utang dengan cara yang baik.
Pada penjelasannya, Denni mengatakan, instrumen utang merupakan fiskal yang punya tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Utang dipakai pemerintah guna pembiayaan infrastruktur dan lain sebagainya.
“Dalam menggunakan instrumen utang, Pemerintah melakukan pengelolaan utang secara aktif, yang meliputi pengaturan beban bunga, pengaturan jatuh tempo, pengaturan nilaitukar, debt switching, debt buyback, dan sebagainya dengan tujuan untuk mewujudkan portfolio utang yang aman dan dengan biaya yang terkendali,” kata dia di Jakarta, seperti disadur dari Liputan6.com, Rabu (15/1/2020).
Denni melanjutkan, pemerintah selalu membuat pertimbangan mengenai biaya hingga risiko dalam mengambil keputusan untuk berutang. Dikatakan Denni, kedua hal ini sangat bertolak belakang.
Kemudian, dia menjelaskan, jika ingin utang dengan biaya rendah (short tenor, USD or EUR or JPY denominated bonds/loans,floating rate debt), maka harus siap dengan risiko yang meningkat (risiko maturity, risiko valas, dan risiko tingkat bunga). Demikian juga sebaliknya.
Denni menilai, jika dilihat dari parameter biaya, maka biaya utang Pemerintah relatif sudah menurun. Penurunan biaya utang pemerintah ini sejalan dengan perbaikan persepsi kreditor atau investor terhadap perekonomian Indonesia, dan juga kemampuan maupun komitmen Indonesia dalam membayar utang yang jatuh tempo.
Penurunan biaya bunga untuk SBN (Surat Berharga Negara) umumnya terjadi secara natural dengan membaiknya parameter perekonomian Indonesia. Hal ini tercermin dalam peningkatan sovereign credit rating Indonesia.
“Sebagai gambaran, yield SBN Rupiah tenor 10 tahun pada akhir 2014 berada di level 7,9 persen. Sementara saat ini yield tenor 10 tahun sekitar 6,9 persen (13 Januari 2020) atau turun 100 bps. Sementara penerbitan SUN berdenominasi USD pada 2014 untuk tenor 10 tahun saat itu memperoleh yield 5,95 persen. Sementara tahun lalu, penerbitan SUN berdenominasi USD dengan tenor yang sama memperoleh yield 2,85 persen atau turun lebih dari 300 bps,” papar dia.
Hal tersebut, kata Denni menunjukkan persepsi risiko investor terhadap Indonesia menurun sehingga investor berkompetisi untuk membeli SBN dan yield terdorong ke bawah yang juga membuat biaya utang secara relatif juga menurun.
Selanjutnya dari sisi portofolio SUN (Surat Utang Negara), rata-rata kupon SUN dalam mata uang Rupiah dengan tingkat bunga tetap pada akhir 2014 adalah sebesar 8,6 persen. Sementara pada akhir 2019 sudah turun menjadi sebesar 8,0 persen.
Sementara itu rata-rata kupon SUN dalam USD pada akhir 2014 adalah sebesar 6,3 persen, dan pada akhir 2019 telah turun menjadi 5,1 persen.
Sedangkan terkait dengan peningkatan rasio pajak (tax ratio) dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, Denni memastikan jika pemerintah terus berupaya untuk mewujudkan kedua hal tersebut, di antaranya dengan omnibus law Cipta Lapangan Kerja dan Perpajakan.
Hal-hal tersebutlah yang membuat Indonesia dikatakan mampu kelola utang Indonesia dengan baik.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.