Obligasi

Obligasi Pemerintah Masih Sexy Meski Ada Pandemi Corona

jenis risiko obligasi

Ajaib.co.id – Pasar Obligasi Pemerintah Indonesia mulai dibanjiri sentimen positif yang berpotensi membuat aset keuangan ini kembali diminati asing setelah diperdagangkan di kisaran yang cenderung stagnan dalam sebulan terakhir.

Sejumlah pihak melihat surat utang Indonesia dapat memikat investor seiring dengan turunnya biaya lindung nilai, serta tingkat kupon yang masih menarik. Pada saat yang sama, kekhawatiran bahwa potensi peningkatan jumlah uang beredar yang akan menyebabkan rupiah melemah tampaknya berlebihan.

Berikut ini, empat alasan mengapa pasar obligasi Indonesia akan kembali bergeliat menurut bisnis.com:

Sebagai Tempat Lindung Nilai

Investor riil yang membeli obligasi Indonesia tanpa memperhatikan volatilitas rupiah dibuat panik setelah biaya lindung nilai aset keuangan Tanah Air melonjak di tengah wabah virus Corona.

Namun, pasar kini mulai melihat ada tanda-tanda stabilitas rupiah karena investor yang mulai optimistis terkait dengan dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 ini.

Imbal hasil obligasi Indonesia kemungkinan akan kembali mendekati level pada Februari sebelum pandemi masuk. Hal ini akan mengurangi biaya lindung nilai dan menarik kembali lebih banyak pembeli surat utang dari luar negeri.

Imbal Hasil Atraktif

Imbal hasil surat utang Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia sehingga membuat pasar surat utang Tanah Air menarik. Surat utang bertenor 10 tahun memiliki imbal hasil yang mendekati 650 basis poin.

Bank Indonesia (BI) tampak sangat sadar bahwa pemangkasan suku bunga secara agresif akan berisiko mendorong imbal hasil obligasi terlalu rendah dan menghalangi investor asing.

Ini mungkin menjadi salah satu alasan respons BI yang relatif lemah terhadap krisis dengan hanya memangkas suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin tahun ini, dibandingkan dengan 125 basis poin di Malaysia dan 175 basis poin di Filipina.

Posisi Positif

Dana asing yang kabur dari pasar obligasi Indonesia mencapai US$8,6 miliar pada kuartal I/2020 akibat pandemi Covid-19. Pada kuartal kedua ini, aliran dana asing mulai masuk. Namun, jumlahnya baru mencapai US$1,2 miliar hingga saat ini.

Perbedaan aliran tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak ruang bagi dana asing untuk meningkatkan kepemilikan mereka.

Pasokan Uang

Meskipun keputusan BI untuk memulai pembelian obligasi langsung meningkatkan kerentanan terhadap rupiah, Indonesia masih dalam posisi yang lebih menguntungkan dalam hal mata uangnya dibandingkan beberapa negara lain di kawasan.

Dengan asumsi rencana monetisasi utang US$40 miliar atau sekitar Rp397 triliun, maka jumlah uang beredar akan meningkat dengan jumlah yang sama.

Kondisi ini akan menyebabkan penurunan rasio cadangan devisa terhadap M2 menjadi sekitar 27 persen dari 30 persen sebelumnya.

Negara-negara berkembang dengan cadangan devisa kurang dari 30 persen dari pasokan uang menghadapi risiko pelarian modal yang lebih besar, menurut catatan Bloomberg Intelligence.

Meskipun demikian – bahkan setelah mempertimbangkan langkah pembiayaan moneter terbaru Indonesia – rasio cadangan devisa terhadap M2 Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia, China dan Korea Selatan, yang semuanya masuk pada kisaran 22 persen atau lebih rendah.

Tren Obligasi Pemerintah Indonesia

Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Kamis (9/7/2020) bergerak naik alias menguat. Hal ini karena terdorong oleh kecenderungan penghindaran aset berisiko (risk appetite) oleh investor akibat lonjakan kasus virus corona yang semakin kekhawatiran.

Data yang dihimpun Tim Riset CNBCIndonesia menunjukkan, harga surat utang negara (SUN) tiga seri acuan (benchmark) menguat. Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun justru melemah.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 6,60 basis poin (bps) menjadi 7,129%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 0,51 poin atau 0,18% menjadi 280,53 dari posisi kemarin 280,02.

Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Kamis ini (9/7/2020), rupiah menguat 0,17% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.323/US$ di pasar spot.

Ketika ketidakpastian ekonomi terjadi akibat pandemi virus corona yang dapat berujung ke jurang resesi, maka investor cenderung menghindari aset berisiko untuk sementara waktu dan memilih aset yang minim risiko seperti aset pendapatan tetap (fixed income) ini.

Artikel Terkait