Komoditas

Komoditas Impor Indonesia dari Amerika yang Harus Kamu Ketahui!

Ajaib.co.id – Sebagai pelaku yang berfokus di bidang perdagangan internasional, kamu harus memiliki pengetahuan mengenai komoditas impor Indonesia dari Amerika. Hal tersebut dapat membuat kamu bisa menentukan strategi bisnis di masa mendatang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, nilai impor Indonesia pada Juni 2019 mencapai US$10,7 miliar atau naik sebesar 27,56% dibanding Mei 2020. Jika dibandingkan Juni 2019, nilai impor pada Mei 2020 turun menjadi 6,36%. Ternyata, Indonesia masih bergantung dengan impor dari negara lainnya.

Hal itu dikarenakan permintaan domestik tidak sebanding dengan produksinya. Artinya, pemerintah harus melakukan impor agar tidak terjadi kelangkaan bahan pangan yang bisa menurunkan harga jual di pasaran. Meski Indonesia sudah keluar dari daftar negara berkembang, kegiatan impor Indonesia dari Amerika tidak menjadi persoalan serius

Komoditas Impor Indonesia dari Amerika

Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas dari negara lain, salah satunya adalah Amerika Serikat. Berikut ini adalah daftar komoditas impor Indonesia dari Amerika:

Kedelai

Nilai impor kedelai adalah US$735,437 juta. Jumlah kedelai yang diperoleh dari nilai tersebut adalah 1,19 miliar kg. Selain itu, Indonesia juga mengimpor jagung dari Amerika Serikat, Malaysia, Argentina, Kanada, Paraguay, dan lainnya.

Daging Jenis Lembu

Indonesia pun juga mengimpor daging berjenis lembu sebesar US$121,14 juta. Total jumlah daging berjenis lembu tersebut adalah US$25,21 juta kg. Negara lain yang mengirim daging jenis lembu adalah Selandia Baru, Australia, dan Singapura.

Susu

Indonesia melakukan impor susu sebesar US$530,47 juta dengan volume sekitar 139,68 juta. Negara yang mengirim susu ke Indonesia adalah Belgia, Jerman, Australia, dan lainnya.

Impor Indonesia Mencapai US$10,76 Miliar

  • Impor nonmigas Indonesia pada Juni 2020, mencapai US$10,09 miliar atau naik sebesar 29,64% jika dibandingkan Mei 2020.
  • Impor migas Indonesia pada Juni 2020, mencapai US$0,68 miliar atau naik sebesar 2,98% dibanding Mei 2020.
  • Impor nonmigas Indonesia pada Juni 2020 lebih besar dibandingkan Mei 2020.
  • Tiga negara pengimpor barang impor nonmigas selama Januari hingga Juni 2020 adalah Tiongkok (US$18,14 miliar), Jepang (US$6,09 miliar), dan Singapura (US$4,21 miliar). Selain itu, impor nonmigas yang berasal dari ASEAN adalah US$12,27 miliar dan Uni Eropa sebesar US$5,00 miliar.
  • Nilai impor dari seluruh kategori penggunaan barang selama Januari 2020 hingga Juni 2020, mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan tersebut berasal dari golongan barang konsumsi sebesar 3,77 persen, bahan baku sebesar 15,00 persen, dan barang modal sebesar 16,82 persen.

China Mendominasi Impor Indonesia pada Mei 2020

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa impor Indonesia didominasi oleh China pada Mei 2020 lalu. Nilai impor Indonesia dari China mencapai sekitar US$8,44 miliar.

Sebelumnya, BPS sudah mencatatkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020. Hasilnya, neraca dagangnya naik hingga mengalami surplus sebesar US$2,1 miliar.

China menjadi negara yang paling mendominasi impor Indonesia. Kemudian, impor Indonesia dari Amerika berada di posisi kedua. Beberapa komoditas yang diimpor dari Amerika Serikat adalah gandum, kedelai, dan kapas.

Sebenarnya, perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat selalu mengalami surplus. Meskipun nilai ekspor Indonesia menurun, namun penurunan impornya lebih besar.

Pada 2019 lalu, nilai impor Indonesia dari Amerika menurun sebesar 8,8 persen menjadi US$9,3 miliar. Hasilnya, nilai perdagangan dengan AS meningkat sebesar 2,4% dari US$8,3 miliar pada 2018 dan naik menjadi US$8,5 miliar.

Selain itu, Indonesia dan beberapa negara lainnya telah dicoret dari daftar negara berkembang. Hal itu dikarenakan ada perlakuan spesial dalam industri perdagangan. Sehingga, hal tersebut dianggap merugikan AS.

Berdasarkan perjanjian Subsidi dan Tindakan Imbalan (Agreement on Subsidies and Countervailing Measures/SCM), negara yang belum berstatus maju berhak mendapatkan perlakuan istimewa, seperti subsidi impor.

Impor Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19

Seperti yang sudah dijelaskan, kegiatan ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan di tengah pandemi COVID-19. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, capaian impor Indonesia merupakan yang terburuk sejak 2009 silam.

COVID-19 berhasil mengacak-acak perekonomian dunia dan memicu terjadinya krisis, terutama di Indonesia. Salah satunya adalah nilai tukar dolar terhadap rupiah yang sempat naik hingga Rp16.000.

Indonesia juga harus meningkatkan komoditas ekspor ke Amerika Serikat. Mengapa Indonesia harus meningkatkan kegiatan ekspor ke AS? Berikut ini adalah penjelasannya:

  • Hubungan bilateral antara Indonesia dan AS sedang dalam kondisi yang cukup baik. Hal tersebut bisa menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menjalin kerja sama.
  • AS merupakan negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. Pada 2018 lalu, AS telah mencatatkan GDP riil sebesar US$2,14 triliun. Angka tersebut sepadan dengan 30 persen dari total GDP.
  • Masyarakat AS sangat konsumtif. Pada 2018, tingkat konsumsi AS mencapai US$16 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 1/3 konsumsi dunia.
  • Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor non migas terbesar kedua untuk Indonesia setelah China. Meski berada di urutan kedua, perdagangan Indonesia dan AS justru mengalami surplus.
  • Pasar Amerika Serikat dapat mendorong popularitas dari produk yang sudah diekspor. Hampir seluruh eksportir di dunia ingin memasuki pasar AS.

Namun, perlu diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki standar kualitas yang cukup tinggi. Meskipun memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, namun Indonesia tetap membutuhkan impor komoditas dari negara lainnya. Impor Indonesia dari Amerika bertujuan untuk memenuhi kebutuhan komoditas nasional. Lalu, Indonesia bisa menjalin kerja sama dengan berbagai negara lain di belahan dunia.

Artikel Terkait