Ekonomi

Peran Stimulus Dalam Mendorong Ekonomi Indonesia

Ajaib.co.id – Sejak awal pandemi COVID-19, berita-berita ekonomi dan saham semakin sering menyebut-nyebut tentang stimulus ekonomi. Konon, stimulus ekonomi diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan Indonesia meski situasi global sedang bergejolak.

Bahkan bukan hanya Indonesia saja yang mewacanakan stimulus. Negara-negara maju seperti Australia, Inggris dan Amerika Serikat pun berlomba-lomba meluncurkan rencana stimulus ekonomi masing-masing. Tapi, apa sih stimulus ekonomi itu? Bagaimana stimulus ekonomi dapat berperan dalam pendorong pertumbuhan? apa pula efeknya bagi pasar saham? Kita akan mengupasnya dalam artikel ini.

Apa Sih Stimulus Ekonomi itu?

Stimulus ekonomi adalah tindakan pemerintah untuk menggairahkan aktivitas ekonomi masyarakat melalui ekspansi kebijakan fiskal atau kebijakan moneter tertarget. Stimulus ekonomi umumnya dirancang atas dasar ide-ide ekonomi Keynesian, dan biasanya diterapkan saat terjadi resesi.

Menurut Investopedia, istilah “stimulus ekonomi” dianalogikan seperti proses stimulus dan respons dalam ilmu biologi. Maksudnya, pemerintah berupaya menggunakan kebijakan sebagai stimulus untuk merangsang respons tertentu dari sektor swasta dalam perekonomian.

Stimulus ekonomi secara umum dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni stimulus fiskal dan stimulus moneter. Stimulus fiskal berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran negara yang dikelola oleh pemerintah secara langsung, sedangkan stimulus moneter berhubungan dengan peredaran uang yang dikendalikan oleh bank sentral.

Cara Kerja Stimulus Ekonomi dalam Mendorong Pertumbuhan

Cara kerja stimulus ekonomi berbeda-beda tergantung jenis dan targetnya. Mari ambil contoh stimulus ekonomi dari bidang moneter yang diluncurkan oleh bank sentral, antara lain berupa:

  1. Menurunkan suku bunga.
  2. Menjalankan program pembelian obligasi pemerintah dan surat berharga lain (quantitative easing).

Ketika suku bunga lebih rendah, perbankan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit berbunga lunak yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berbelanja maupun merintis usaha. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang berhutang dapat mengurangi beban bunga mereka dan meningkatkan anggaran untuk berekspansi seperti membuka pabrik baru dan merekrut lebih banyak karyawan. Efek serupa juga diharapkan dapat terwujud dari quantitative easing, karena jumlah uang beredar di masyarakat nantinya akan meningkat.

Sedangkan contoh stimulus ekonomi dari bidang fiskal, misalnya:

  1. Meningkatkan anggaran belanja pemerintah untuk sektor tertentu.
  2. Memangkas pajak
  3. Memberikan bantuan tunai untuk masyarakat yang tergolong kategori tertentu.

Misalnya jika pemerintah Indonesia meningkatkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Anggaran itu nantinya akan mengucur ke masyarakat melalui pembayaran bahan baku bangunan maupun tenaga kerja yang akan menggarap proyek infrastruktur tersebut. Alhasil, lebih banyak orang bekerja dan lebih banyak uang beredar yang dapat dibelanjakan untuk diputar lagi dalam siklus ekonomi.

Pemangkasan pajak dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan melalui trickle-down effect. Teori trickle-down effect menyatakan bahwa apabila pajak atas korporasi dan golongan crazy rich dikurangi, nantinya akan dapat merangsang investasi bisnis dalam jangka pendek dan bermanfaat jangka panjang bagi masyarakat luas. Asumsinya, perusahaan dan orang kaya bakal mengalokasikan lebih banyak uang untuk berinvestasi jika mereka tak harus bayar pajak tinggi.

Contoh yang lain lagi ketika pemerintah membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada segmen masyarakat tertentu. Dana akan dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan penerima BLT, sekaligus meramaikan pasar dan toko-toko di sekitarnya. Permintaan masyarakat yang meningkat secara nasional berpotensi menggairahkan kembali pertumbuhan Indonesia.

Efek Stimulus Ekonomi Bagi Pasar Saham

Dari beberapa ilustrasi di atas, kamu tentu dapat menyimpulkan bagaimana stimulus ekonomi dapat mendorong pertumbuhan Indonesia yang lebih tinggi di masa depan. Semakin besar stimulus, ekspektasi investor akan semakin tinggi lagi. Inilah sebabnya mengapa kabar-kabar tentang stimulus ekonomi biasanya mendorong euforia pasar dan aksi beli pada sektor-sektor yang ditarget.

Meski demikian, stimulus ekonomi tidak selamanya berdampak positif. Ada beberapa risiko yang menyertai stimulus moneter maupun fiskal. Investor hanya akan menyambut baik stimulus ekonomi yang memiliki risiko terkendali saja. Kalau risikonya tak terkendali, stimulus ekonomi juga bisa jadi bumerang.

Stimulus moneter yang mendorong suku bunga jatuh terlalu rendah, kelak berpotensi memicu ketidakstabilan sistem keuangan. Bayangkan suku bunga acuan sangat rendah atau bahkan negatif. Perbankan tentu enggan menyalurkan pinjaman kepada masyarakat, karena nantinya mereka malah harus membayar bunga. Lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar bunga juga bakal macet, misalnya seperti Dana Pensiun.

Stimulus fiskal juga bisa jadi pedang bermata dua, kalau sumber dana untuk anggarannya berasal dari utang yang berlebihan. Inilah sebabnya mengapa obrolan investor tentang stimulus fiskal biasanya juga menyinggung perkara berapa besar tingkat utang negara pada saat itu.

Coba kita tinjau lagi contoh stimulus fiskal melalui pembangunan infrastruktur tadi. Pemerintah sudah meminjam dana triliunan untuk membangun jalan, bandara, pelabuhan, dan masih banyak lagi. Tapi beragam infrastruktur itu malah mangkrak karena dibangun pada lokasi yang tidak tepat. Dalam situasi seperti ini, pembangunan infrastruktur tersebut mungkin hanya menimbulkan hutang tanpa disertai dengan pendapatan yang sepadan. Padahal utang pemerintah yang tak terkendali berpotensi menimbulkan krisis tersendiri, sebagaimana dialami oleh Yunani pada era 2009-2017.

Ketika mendengar berita tentang rencana pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi, para investor saham biasanya akan langsung berupaya menelaah dengan menengok tiga aspek:

  1. Berapa besar stimulus?
  2. Sektor apa yang ditarget oleh stimulus?
  3. Apakah “risiko” dari stimulus tersebut dapat dikendalikan oleh pemerintah?

Selama pemerintah masih mampu mengendalikan segala risiko yang timbul, berita tentang stimulus ekonomi pasti akan disambut dengan sorak-sorai di pasar saham. Saham-saham pada sektor yang ditarget akan langsung melonjak, kemudian diikuti pula oleh saham-saham pada sektor lain yang prospeknya ikut terkerek naik meski tak memperoleh anggaran stimulus secara langsung.

Artikel Terkait