Ekonomi

Kebijakan Moneter Quantitative Easing oleh Bank Indonesia

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – Salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral adalah untuk mempengaruhi perekonomian yakni dengan mengeluarkan kebijakan  perekonomian seperti kebijakan moneter.

Kebijakan moneter ini dapat diterapkan melalui perubahan peredaran uang tunai, penyesuaian diskonto, dan sebagainya.Selain contoh diatas,  salah satu kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia adalah kebijakan quantitative easing (QE).

Pernahkah kamu mendengar istilah quantitative easing? Istilah ekonomi ini mungkin kurang populer di kalangan masyarakat umum. Namun QE merupakan istilah yang cukup populer bagi kamu yang fokus di bidang ekonomi. 

Nah, untuk lebih memahami quantitative easing, yuk simak pembahasan dibawah ini.

Apa itu Quantitative Easing?

Quantitative easing sering juga disebut sebagai pelonggaran likuiditas. Secara sederhana, QE merupakan salah satu bentuk kebijakan moneter yang non konvensional. 

Hal ini dilakukan oleh bank sentral dengan cara membeli aset keuangan atau sekuritas jangka panjang dari pasar terbuka yang dapat meningkatkan jumlah uang beredar dimasyarakat, menurunkan suku bunga, dan juga dapat mendorong investasi.

Dengan melakukan pembelian ini, maka akan menambah uang baru terhadap perekonomian dan juga memperluas neraca dari bank sentral yakni Bank Indonesia. 

Jika suku bunga jangka pendek mendekati atau berada pada angka nol, operasi pasar terbuka normal yang dilakukan oleh bank sentral, yang memiliki target suku bunga tidak lagi menjadi efektif.

Nah, oleh karena itu langkah sebaliknya, bank sentral dapat menargetkan jumlah aset tertentu untuk dibeli. 

Quantitative easing akan meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat  dengan membeli aset dengan cadangan bank yang baru dibuat untuk memberikan bank lebih banyak likuiditas atau biasa disebut sebagai injeksi likuiditas. 

Dampak Quantitative Easing

Seperti yang telah dibahas di atas, quantitative easing digunakan oleh bank sentral sebagai metode atau cara cepat untuk  meningkatkan jumlah uang beredar domestik dan memacu kegiatan ekonomi. 

Quantitative easing bertujuan untuk membantu masyarakat dan juga perusahaan untuk mengajukan pinjaman jangka pendek dengan bunga yang rendah.  

Pelonggaran ini diharapkan akan mampu mendorong tingkat konsumsi dari masyarakat. Jika konsumsi atau belanja masyarakat tinggi, tingkat permintaan masyarakat akan barang dan juga jasa diharapkan akan bertambah yang tentunya memacu produksi dan membangkitkan perekonomian. 

Peningkatan jumlah uang yang beredar yang dilakukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral memang dapat menimbulkan inflasi. Kemungkinan buruk dari penerapan kebijakan QEyang memicu inflasi namuntanpa adanya pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan stagflasi, lho. 

Stagflasi merupakan ituasi ekonomi di mana ada inflasi, tetapi tidak ada pertumbuhan ekonomi. Bank sentral dibuat oleh pemerintah negara untuk melakukan pengawasan peraturan, namun bank sentral tidak dapat memaksa bank-bank untuk meningkatkan aktivitas pinjaman mereka.

Bank Indonesia sebagai bank sentral juga tidak dapat memaksa peminjam untuk mencari pinjaman dan berinvestasi. Oleh karena itu, kebijakan quantitative easing tidak akan efektif jika peningkatan jumlah uang beredar masuk ke perekonomian, dan tidak berhasil melalui bank. 

Namun berbeda hanya jika digunakan untuk memfasilitasi kebijakan fiskal yakni pengeluaran defisit, yah. 

Nah selain itu, dampak lain dari penerapan kebijakan QE adalah penurunan mata uang domestik atau devaluasi. 

Mata uang yang mengalami penurunan atau devaluasi memang memberikan keuntungan produsen dalam negeri karena barang ekspor akan lebih murah di pasar global yang dapat membantu merangsang pertumbuhan.

Namun, penurunan nilai mata uang ini juga akan  membuat impor lebih mahal. Hal tersebut dapat meningkatkan biaya produksi dan juga harga di tingkat konsumen. 

Quantitative Easing oleh Bank Indonesia 

Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, BI sebagai bank sentral masih melakukan kebijakan QE atau pelonggaran likuiditas untuk dapat membantu pemulihan ekonomi.

Sektor-sektor terdampak seperti UMKM maupun jenis usaha lainnya merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak pandemi yang sangat mempengaruhi perekonomian. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini BI melakukan quantitative easing melalui injeksi likuiditas. 

Berdasarkan pemberitaan Bisnis.com Selasa (19/10/2021), Bank Indonesia telah mencatat quantitative easing pada industri perbankan sebesar Rp129,92 triliun hingga 15 Oktober 2021, lho. 

Gubernur Bank Indonesia menuturkan akan mulai menurunkan sedikit demi sedikit porsi dari QE ini pada tahun depan, lho. 

Pertumbuhan DPK atau Dana Pihak Ketiga tercatat sebesar 7,69 persen (yoy) yang melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sejalan dengan pemulihan konsumsi serta aktivitas dari masyarakat. 

Bank Indonesia menuturkan bahwa likuiditas perekonomian meningkat yang tercermin dari uang beredar dalam arti sempit dan luas yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 11,2 persen (yoy) dan 8,0 persen (yoy). 

Pertumbuhan uang beredar di dukung oleh kredit perbankan yang semakin meningkat dan mengindikasikan peningkatan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi. 

Selain itu, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana yang digunakan untuk pendanaan APBN 2021 mencapai 142,54 triliun hingga 15 Oktober 2021 yang dilakukan dengan mekanisme lelang utama dan juga Greenshoe Option (GSO). 

Demikian pembahasan mengenai quantitative easing yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. 

Dengan kebijakan perekonomian yang tepat, diharapkan stabilitas ekonomi dapat tetap terjaga dan juga peningkatan perekonomian Indonesia untuk masa yang akan datang. 

Nah, apakah kamu juga tertarik untuk ikut mendukung peningkatan perekonomian melalui investasi? Yuk, mulai dengan Ajaib! Aplikasi investasi online yang aman dan juga terpercaya. Download Ajaib di smartphone kesayanganmu yah, tunggu apa lagi?

Sumber: Per 15 Oktober 2021, Injeksi Likuiditas BI Capai Rp129,92 Triliun, Quantitative Easing (QE), Quantitative Easing Capai Rp750,38 Triliun, Bos BI: Salah Satu Terbesar di Emerging Market, dan Apa Itu Quantitave Easing? Memahami QE Lebih Lanjut, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait