Berita

Ekspor RI Cetak Rekor Tertinggi! Saham Apa Saja?

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor sebesar US$21,42 milair atau meroket 20,95% dibandingkan dengan bulan Juli 2021 (month-to-month/mom), dan naik 64,1% dari Agustus 2020 (year-on-year/yoy). Jumlah ini merupakan nilai ekspor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Komoditas sawit dan batu bara tercatat menjadi dua di antara sejumlah penopang utama pertumbuhan ekspor Indonesia selama bulan Agustus 2021.

Ekspor sawit naik 62,1% secara mom dan 168,3% secara yoy menjadi US4,05 miliar, di tengah volume penjualan yang lebih tinggi dan harga yang meningkat (6,8% secara mom). Sedangkan ekspor batu bara naik 22,01% secara mom.

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Agustus 2021 naik 10,35% atau mencapai US$16,68 miliar jika dibandingkan dengan realisasi Juli 2021, dan tumbuh 55,26% dibandingkan dengan realisasi Agustus 2020. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak November 2018.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 kembali mencatatkan surplus sebesar US$4,74 miliar, dan menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Adapun emiten-emiten besar yang rajin melakukan ekspor, seperti emiten batu bara pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan emiten sawit Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

5 Emiten Batu Bara dengan Nilai Ekspor Batu Bara Tertinggi per Semester I-2021 Menurut Tim Riset CNBC Indonesia

Kode EmitenPenjualan Ekspor Semester I-2021Total Penjualan Semester I-2021Persentase Penjualan Ekspor (%)
ADROUS$ 1,18 MUS$ 1,56 M75,23
BYANUS$ 949,36 JutaUS$ 1,02 M92,74
INDYUS$ 740,25 JutaUS$ 1,29 M57,48
GEMSUS$ 448,52 JutaUS$ 733,59 Juta61,14
BUMIUS$ 229,00 JutaUS$ 421,86 M54,28

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Jika meniliki data BEI di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 5 (lima) emiten batu bara dengan nilai ekspor tertinggi selama semester I-2021. Salah satunya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dengan nilai penjualan ekspor batu bara sebesar 75,23% atau US$1,18 miliar.

Selama semester I-2021 ADRO berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$ 169,96 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun. Jumlah ini meningkat 9,58% dibadingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar US$ 155,09 juta atau Rp 2,21 triliun.

Namun, apabila melihat dari porsi nilai penjualan ekspor terhadap total penjualan perusahaan, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang menjadi juaranya.

BYAN memiliki persentase nilai penjualan ekspor sebesar 92,74% atau US$ 949,36 juta, dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan senilai US$ 1,02 miliar. Dengan kata lain, BYAN mengandalkan penjualan ekspor untuk mendongkrak kinerja fundamental perusahaan.

3 Emiten Sawit yang Mencatatkan Penjualan Ekspor per Semester I-2021 Menurut Tim Riset CNBC Indonesia

Kode EmitenPenjualan Ekspor Semester I-2021Total Penjualan Semester I-2021Persentase Penjualan Ekspor (%)
SMARRp 10,69 TRp 23,79 T44.96
SIMPRp 1,53 TRp 8,96 T17.13
DSNGRp 570,61 MRp 3,30 T17.31

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Apabila melihat dari data di atas, dapat diketahui bahwa emiten sawit Grup Sinar Mas PT SMART Tbk (SMAR) memiliki total nilai ekspor sawit terbesar di antara yang lainnya, yakni sebesar Rp 10,69 triliun atau setara dengan 44,96% dari total pendapatan perusahaan sepanjang semester I-2021 yang mencapai Rp 23,79 triliun.

Di sisi lain, dapat diketahui bahwa 3 (tiga) emiten di atas masih mengandalkan penjualan di pasar domestik.

Lebih lanjut, emiten PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan emiten PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) memiliki persentase nilai penjualan ekspor terhadap total penjualan perusahaan yang cenderung sama, yakni masing-masing 17,13% dan 17,31%.

Menurut riset Bahana Sekuritas, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 menjadi pendorong utama kinerja mata uang rupiah yang menguat baru-baru ini, di mana perusahaan minyak sawit menjadi konverter valuta asing terbesar dalam beberpa bulan terakhir.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, kinerja ekspor Indonesia yang ciamik tersebut ditopang oleh lonjakan harga komoditas atau commodity boom yang memainkan peranan besar, khususnya untuk komoditas sawit.

Menurut catatan Bahana, sebagian besar pengiriman ekspor sawit dikirim ke India, yaitu naik sekitar 84% secara mom atau setara dengan 850 ribu mt (metrik ton). Ini beriringan dengan tingkat stok yang rendah dan bea masuk yang lebih tinggi dari perkiraan pasar.

“Tren ini kemungkinan akan berlanjut di beberapa bulan mendatang, menurut Solvent Extractors Association dan kami memprediksi persediaan berada di level terendah secara historis pada bulan Juli di 170 ribu mt,” ungkap Bahana.

Menurut data BPS, komoditas besi-baja dan timah mencatat kenaikan besar, yakni masing-masing 56,3% dan 11,4% secara bulanan. Ini kemudian juga mendorong ekspor manufaktur (20,7% mom dan 52,6% yoy).

Ekspor pertambangan meningkat sebesar 27,2% secara mom, lantaran penjualan batu bara yang tinggi sebesar 22,0% secara bulan berkat peningkatan permintaan dan kenaikan harga sebesar 11,0%.

Bahana juga mengungkapkan bahwa mereka memprediksi ekspor akan tetap kuat. Ini selaras dengan perbaik Purchasing Managers’ Index (PMI) dan kenaikan harga komoditas yang berkelanjutan.

Kenaikan Impor Menjadi Tanda Pemulihan Ekonomi

Di sisi lain, kenaikan impor selama bulan Agustus 2021 tersebut juga menjadi tanda bagi pemulihan ekonomi RI.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, impor RI mencapai US$ 16,7 miliar sepanjang Agustus 2021, ini naik 10,3% secara mom dan 55,2% yoy.

Selain itu, impor manufaktur juga meningkat, yakni sebesar 16,4% mom dan 34,5% yoy, serta bahan baku sebesar 8,4% mom dan 59,6% yoy.

Menurut data BPS, impor barang industri dan peralatan elektronik masing-masing tumbuh sebesar 16,7% dan 9,7% secara mom. Ini menandakan adanya pemulihan ekonomi yang kuat ke depan.

Sementara itu, impor barang konsumsi pada Agustus 2021 naik 16,34% dibandingkan Juli 2021 dan naik 58,23% dibandingkan Agustus 2020 atau mencapai US$ 1,89 miliar . Kenaikan ini sebagian dikarenakan impor buah yang meroket 84,3% secara bulanan.

Sebelumnya, pihak BPS sendiri menjelaskan bahwa impor pada Agustus menggambarkan terjadinya kebutuhan industri yang semakin bagus, karena bahan baku/penolong dan barang modal meningkat.

“Menandakan permintaan industri bagus dan barang modal menggambarkan kebutuhan kapasitas industri juga makin bagus,” ungkap kepala BPS Margo Yuwono.

Sumber: Cetak Rekor Dagang, Ini Emiten-emiten Penguasa Ekspor RI, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait