Analisis Saham

Menilik Alasan Wait and See Sebelum Mengoleksi Saham SMRU

Sumber: Unsplash

Ajaib.co.id – PT SMR Utama Tbk (SMRU) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan sumber daya alam. Perusahaan berkode saham SMRU ini didirikan pada tahun 2003 dengan kegiatan bisnis pengoperasian tambang bijih mangan di Nusa Tenggara Timur. Dalam melakukan kegiatan bisnis, SMRU dibantu oleh beberapa anak perusahaan yang berada di sektor berbeda.

Mulai dari PT Soe Makmur Resources dengan kepemilikan izin usaha pertambangan yang melakukan eksplorasi, PT Transentra Nusantara di bidang transportasi produk tambang meliputi lokasi tambang ke pelabuhan, dan PT Adikarsa Alam Resources di bidang eksplorasi deposit mangan potensial yang ada di wilayah Nusa Tenggara Timur. Di mana, produk bijih mangan SMRU sendiri sudah diekspor hingga ke negara China.

Mayoritas saham SMRU saat ini dipegang oleh PT Trada Alam Minera Tbk dengan jumlah 52,30 persen kepemilikan. Saham SMRU sendiri mulai diperdagangkan secara publik melalui bursa saham pada tahun 2011 dengan harga penawaran sebesar Rp600 per lembar saham. Akan tetapi, pergerakan harga saham SMRU saat ini mengalami trading halt di angka Rp50 per lembar saham karena emiten sedang disuspensi oleh BEI.

Lalu, apakah saham SMRU ini masih layak untuk dikoleksi? Bagaimana dengan keadaan fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis seperti apa yang akan dilakukan ke depannya? Mari kita bedah kinerja saham SMRU.

SMRU Masih Catatkan Rugi Bersih yang Meningkat Hingga Kuartal Ketiga Tahun 2020

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, SMRU mengalami penurunan kinerja keuangan di sembilan bulan pertama tahun 2020 dengan pendapatan sebesar Rp369,31 miliar yang anjlok 34,38 persen YOY dibandingkan periode sama di tahun 2019 sebesar Rp562,88 miliar.

Secara rinci, pendapatan berasal dari jasa penambangan sebagai kontributor utama pendapatan sebesar Rp364,19 miliar dan dari segmen penyewaan alat berat mencapai Rp5,11 miliar.

Lalu, ada kontrak dari PT Berau Coal Energy yang berkontribusi sebanyak Rp254,14 miliar dan pendapatan dari PT Gunung Bara Utama senilai Rp115,16 miliar.

Sementara untuk sejumlah beban mengalami penyusutan seperti beban pokok penjualan turun 17,56 persen menjadi Rp435,09 miliar, beban umum dan administrasi turun 40,59 persen menjadi Rp48,41 miliar per kuartal III-2020, dan beban keuangan yang turun sebesar 2,56 persen YOY menjadi Rp52,39 miliar.

Meskipun sejumlah beban mengalami penyusutan, SMRU masih mencatatkan rugi bersih yang membengkak 71,21 persen YOY menjadi Rp 171,64 miliar dibandingkan rugi bersih periode sama di tahun 2019.

Bisnis SMRU Sudah Catatkan Kerugian Sejak Tahun 2015

Mengingat saham SMRU yang sedang dalam masa suspensi saat ini, bisa disimpulkan kinerja keuangannya selama 5 tahun terakhir. Hal ini karena perseroan yang terus catatkan kerugian sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 dan hanya di tahun 2017 perseroan mampu catatkan laba.

Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam miliar rupiah):

Laporan Laba Rugi20192018201720162015
Penjualan bersih699.202 850.641739.646571.28239.304.278 USD
Laba kotor19.580 126.82383.524-50.1771.929.696 USD
Laba rugi tahun berjalan-187.290 -69.56232.700-225.143-22.082.923 USD

Melalui data tersebut, dapat diketahui bahwa secara penjualan SMRU memang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan turun di tahun 2019.

Sementara untuk raihan laba justru hanya sekali dicatatkan perseroan pada tahun 2017 dan sisanya SMRU catatkan kerugian dalam 5 tahun terakhir. Catatan kerugian tersebut tentu disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.

Kerugian di tahun 2015 dan 2016 sendiri disebabkan oleh sejumlah beban yang mengalami pembengkakan. Di mana, pendapatan yang memang tumbuh di tahun tersebut ikut mendorong naiknya sejumlah beban sehingga perseroan harus mencatatkan kerugian. Begitu juga di tahun 2018, perseroan harus mencatatkan kerugian kembali setelah di tahun sebelumnya mencatatkan laba.

Pendapatan yang mengalami peningkatan membuat sejumlah beban juga ikut meningkat sehingga membuat perseroan kembali merugi. Lalu, di tahun 2019 SMRU mengalami penurunan pendapatan yang semakin membuat kerugian membengkak. Jika dilihat berdasarkan rasio keuangannya, memang kondisi bisnis SMRU sedang tidak sehat. 

Berikut data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 melalui informasi finansial perseroan:

Rasio2019
ROA-5,5%
ROE-12,5%
NPM-26,8%
CR114,1%
DER117%

Bagaimana dengan Prospek Bisnis SMRU ke Depannya Sehingga Sahamnya Layak untuk Dikoleksi?

Terlepas dari saham PT SMR Utama Tbk yang masih disuspensi oleh BEI, kenaikan harga batu bara mencapai 87 USD per ton menjadi angin segar bagi bisnis jasa pertambangan termasuk emiten berkode saham SMRU yang satu ini.

Hal tersebut tentu menjadi peluang perseroan untuk memperbaiki kinerja bisnis setelah sebelumnya terus mencatatkan kerugian.

Dengan begitu, saham SMRU bakal memiliki peluang untuk dikoleksi oleh para investor. Menurut pihak SMRU, perseroan masih terus menanti peningkatan dari produksi yang dilakukan produsen tambang seiring dengan naiknya harga komoditas energi beberapa waktu belakangan ini.

Perseroan sendiri belum mendapatkan kontrak baru di tahun 2021 sehingga SMRU berupaya memaksimalkan produksi dari kontrak yang sudah ada.

Sementara itu, realisasi dari volume pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal SMRU tengah berada di kisaran 19,4 juta bank cubic meter hingga akhir tahun 2020 lalu. Di mana, angka tersebut 6 persen di bawah proyeksi volume OB perusahaan yaitu sekitar 20 juta bcm.

Walaupun begitu, target ini adalah hasil revisi karena sebelumnya SMRU pernah memasang target volume OB mencapai 34,2 juta bcm hingga 36 juta bcm tahun lalu.

Sementara untuk tahun ini, perseroan menargetkan perolehan volume OB kurang lebih sekitar 27 juta bcm. Di mana, dalam memenuhi proyeksi tersebut SMRU bakal melakukan pergantian maupun pemeriksaan beberapa alat berat yang dimiliki saat ini.

Selain itu, untuk membantu sejumlah rencana bisnis tersebut, tentunya perseroan telah menyiapkan sejumlah anggaran belanja modal atau capex untuk tahun 2021.

Di mana, dana capex yang disiapkan mencapai Rp200 miliar untuk tahun ini. Nantinya, penggunaan capex akan dimanfaatkan terutama pada peremajaan alat berat bagi entitas anak.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait