Saham

Cara Mengambil Keuntungan Saham dan Pertimbangannya

Ajaib.co.id – Keuntungan merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh investor saham. Butuh berapa lama memperoleh keuntungan? Dan bagaimana cara mengambil keuntungan saham?

Bagi investor yang memiliki tujuan jangka panjang dan memaksimalkan keuntungan, ia akan memilih berinvestasi pada saham. Namun bagaimana jika saham yang dimiliki telah memberikan keuntungan? Haruskah dijual atau dipertahankan saja?

Sebenarnya, menjual saham dalam rangka taking profit (mengambil untung) sama seperti membeli saham. Membeli dengan harga rendah dan menjualnya ketika harga sudah naik. Namun sebelum menjual, investor harus melihat tujuan investasi dan memperhatikan kondisi pasar serta emiten.

Cara Mengambil Keuntungan Saham

Pada dasarnya, membeli dan menjual saham telah tertera pada panduan aplikasi sekuritas. Ketika rekening efek investor telah terverifikasi, pihak sekuritas akan meminta investor untuk mengunduh aplikasi saham dan menjelaskan fitur dan cara kerjanya.

Misal seorang investor berhasil menjual sahamnya, lalu ia ingin mendapatkan keuntungan tersebut. Cara mengambil keuntungan saham adalah klik menu WITHDRAWAL (penarikan).

Masing-masing sekuritas memiliki nama berbeda pada menu penarikan, seperti Withdrawal Form, Withdrawal Request, New Withdrawal, dan lainnya. Untuk lebih jelas, investor dapat menanyakan cara mengambil keuntungan saham kepada pihak sekuritas.

Namun kapan investor menjual saham untuk mengambil untung? Mengenai hal itu, investor harus melakukan banyak pertimbangan agar tak salah langkah dalam berinvestasi.

Pertimbangan Menjual Saham

Menjual saham memang mudah, tetapi ada kalanya proses penjual tidak demikian. Berdasarkan Daniel Kahneman, ekonom peraih Nobel 2002, investor cenderung tidak senang merugi (aversion to loss). Oleh karena itu, pertimbangkan dengan matang sebelum menjual saham, yaitu:

●     Target Keuntungan Tercapai

Meski saham cocok untuk investasi jangka panjang, tetapi jika target keuntungan yang ditetapkan oleh investor telah tercapai, ia bisa menjualnya. Selanjutnya, ia bisa berinvestasi pada saham lain atau instrumen lain seperti reksa dana atau P2P lending.

●     Membutuhkan Dana Mendesak

Jika investor membutuhkan dana mendesak, ia bisa menjual saham tersebut berapapun harganya, Kontan.co.id (15/02/2020). Lukas Setia Atmaja, dosen Prasetiya Mulya Business School, menulis bahwa investor saham jangka panjang kerap disarankan untuk menggunakan uang dingin untuk membeli saham dan memiliki kekuatan agar tidak menjual saham ketika kondisi tidak menguntungkan.

Dengan uang dingin, investor tidak menjual produk investasinya ketika ada kebutuhan mendesak. Maksud uang dingin adalah uang yang tidak digunakan dalam waktu dekat.

●     Salah Pilih Saham

Salah memilih saham mengakibatkan investor merugi. Misal membeli saham Initial Public Offering (IPO) yang ternyata berkinerja buruk. Berapapun harganya, investor dapat menjualnya.

●     Harga Terus Menurun

Investor juga bisa cut loss (memotong kerugian saham), jika harganya cenderung turun dari waktu ke waktu dan tidak diiringi dengan kinerja perusahaan yang baik. Sebelum cut loss, tak ada salahnya melihat prospek industri perusahaan.

Misal harga GOOD cenderung turun sejak Agustus 2019, tetapi industri consumer goods di Indonesia masih baik bahkan saat pandemi covid-19.

●     Harga Saham Terlalu Mahal

Sebelum membeli saham, investor jangka panjang akan mengecek Price Earnings Ratio (PER). Saat PER saham di atas 20 kali, berarti harganya sudah terlalu mahal.

Namun jika ingin mengetahui mahal atau tidak, bandingkan saham dari industri yang sama. Meski demikian tak ada ketentuan yang beli saham yang PER di bawah 20.

Diversifikasi Investasi

Memperoleh keuntungan saham sangat berkaitan dengan waktu, momentum, nominal, dan rutinitas. Ketika investor membeli BBCA seharga 4.850 per saham pada 08 Januari 2010 dan setiap bulan membeli lima lot selama satu hingga setahun. Maka harga pada 11 Januari 2021 adalah 36.725 per saham atau kenaikannya lebih dari 750 persen.

Namun berinvestasi jangan menaruh telur dalam satu keranjang. Kata lainnya jangan menempatkan semua dana investasi dalam satu instrumen, misal saham saja. Investor juga perlu melakukan diversifikasi investasi.

Diversifikasi investasi adalah mengalokasikan dana ke berbagai instrumen investasi dan bertujuan mengurangi risiko.

Bayangkan jika semua dana diinvestasikan pada saham dan ketika pandemi harga saham berguguran. Bagi investor jangka panjang dengan uang dingin bisa saja tak terpengaruh. Namun bagaimana dengan investor yang memerlukan dana segar?

Jika saat ini, kamu telah memiliki saham, selanjutnya lakukan diversifikasi investasi. Misal pilih produk investasi untuk jangka menengah dan risiko lebih rendah dari saham.

●     Reksa Dana

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan bahwa reksa dana pendapatan tetap masih menarik pada 2021. Sehingga produk ini bisa menjadi diversifikasi investasi untuk memperoleh fixed return, Kompas.com (22/12/2020).

Begitu pula dengan reksa dana saham. Karena portofolio reksa dana saham diramu oleh Manajer Investasi, sehingga memberikan imbal hasil menarik dan risiko lebih rendah dibanding membeli saham langsung.

Pasar modal mendapatkan sentimen positif karena pengadaaan vaksin covid-19 pada 2021 serta Omnibus Law Cipta Kerja yang telah disahkan pada Oktober 2020. Omnibus Law mendorong Foreign Direct Investment (FDI) masuk ke Indonesia dan memiliki efek positif terhadap pasar saham.

Aliran dana asing yang masuk ke developing market (tingkat suku bunga nol persen) dapat mendorong investor mencari aset dengan yield lebih tinggi.

●     Obligasi

Obligasi pemerintah layak untuk dijadikan diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko. Tak sedikit analis memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) akan melakukan satu hingga dua kali pemotongan suku bunga pada 2021.

Kinerja obligasi selama 2020 cukup baik, karena pemotongan BI7DRR lima kali dengan total 1,25 persen. Menurut Ivan, bila tingkat suku bunga cenderung turun akan berdampak positif pada harga obligasi. Hal itu berlaku sebaliknya.

Ivan menambahkan bahwa diversifikasi bisa berupa obligasi pemerintah maupun reksa dana pendapatan tetap yang berisi lebih banyak racikan obligasi pemerintah.

Unduh Ajaib, aplikasi investasi untuk memperoleh informasi tentang reksa dana sekaligus saham. Ajaib telah memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Artikel Terkait