Saham

Insecure Investasi Saham – Ketika Saham Orang Naik, Saya Tidak

Ajaib.co.id – Bagas (27 tahun) adalah seorang profesional muda yang juga adalah seorang investor Ajaib. Sebenarnya tidak jelas juga apakah Bagas ini investasi saham atau cenderung trading. Karena meski Bagas mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang investor, kenyataannya Bagas sering bergonta-ganti saham.

Bagas merasa galau ketika saham yang dikoleksinya justru mandek, nggak naik-naik, sedangkan saham teman-temannya di forum naik tinggi. Ia merasa insecure dengan pilihannya sendiri. Padahal Bagas sudah susah payah analisa, ketika lihat hasil screenshot keuntungan orang lain seketika Bagas jadi tidak yakin dengan pilihannya. Inilah perasaan insecure yang menjangkiti banyak pelaku pasar modal, mungkin kamu salah satunya?

Insecure Investasi Saham

Insecure di dunia saham adalah perasaan tak menentu saat saham orang lain moncer sedangkan saham di portofolio sendiri seperti diam di tempat atau malah turun. Perasaan insecure datang ketika kita melakukan perbandingan kinerja saham di portofolio sendiri dengan saham-saham lain yang sedang populer. Beberapa orang juga merasa insecure saat IHSG naik banyak tapi sahamnya sendiri malah diam di tempat.

Akibat dari perasaan insecure bisa merugikanmu, lho! Pengalaman Bagas yang satu ini bisa kamu jadikan pelajaran.

Kisah Pasar Modal: Bagas, INCO dan ANTM

Bagas yang asalnya mengoleksi saham INCO mendadak ganti saham karena merasa insecure. Ia merasa bahwa ANTM juga punya prospek tak kalah bagus karena tambang yang dimiliki ANTM tidak hanya nikel, tapi juga emas, mangan dan kobalt. Akhirnya Bagas jual INCO nya lalu beli ANTM. ANTM memang sedang populer terutama di tahun 2020 tahun di mana banyak orang beralih ke emas dan saham emas sebagai aset safe haven/lindung nilai. 

Pertimbangan Bagas sebelum membeli saham INCO adalah karena INCO mulai laba di tahun 2018. Ia ingat betul bahwa pilihannya jatuh kepada Vale Indonesia, alias INCO, karena prospeknya sebagai emiten populer penyokong industri baterai listrik.

Ia kurang suka dengan ANTM karena di tahun 2018 arus kas dan laba-ruginya mencerminkan manajemen ANTM kurang efisien. Tapi di tahun 2020 ternyata ada perubahan pada ANTM, demikian juga dengan sahamnya. Melihat screenshot saham ANTM milik Siska, teman semasa sekolahnya Bagas di Instagram, Bagas jadi minder. INCO miliknya baru cuan 15% sedangkan ANTM milik Siska sudah cuan 108%. “Kok jauh bener” pikir Bagas.

Ketika Bagas jual INCO-nya, rupanya harga emas perlahan-lahan turun di kuartal III kemarin dan menyeret harga saham ANTM. Sayangnya Bagas sudah terlanjur beli ANTM di harga pucuk. Kejutan tak berhenti sampai di sana.

Tiba-tiba ada sentimen datang dari perkembangan industri baterai listrik. Indonesia bertekad jadi Raja Baterai dunia dan industrinya mulai tumbuh pesat setelah beberapa investor baterai listrik masuk ke Indonesia.

Lalu INCO naik lagi, padahal baru kemarin ia jual INCO miliknya. Susah payah ia simpan INCO, ehh setelah dilepas malah naik. Akhirnya ANTM dilepas oleh Bagas diganti dengan INCO.

Tapi kemudian MIND ID (Inalum) melibatkan ANTM bekerja sama dengan PLN dan Pertamina dalam proyek raksasa untuk menjadi raja baterai dunia. Seketika ANTM juga naik berkat sentimen ini.

Begitulah, secara jangka pendek harga saham memang dipengaruhi sentimen. Ini bukan hal yang jelek, jika Bagas mantap trading maka sentimen adalah hal yang bagus.

Selanjutnya Bagas berlangganan sinyal saham dan bergabung ke banyak grup premium. Bagas mulai andalkan orang lain, ia mulai cari tahu info “bisikan” dari berbagai sumber. Akhirnya karena sering bergonta-ganti saham, Bagas jadi tidak percaya diri dengan analisis sendiri, galau dan depresi dengan pasar modal.

Di akhir tahun ada sekitar hampir 100 saham di portofolio Bagas dengan jumlah lot kecil-kecil. Itu karena Bagas tidak mau kelewatan momen kepopuleran saham, jadi semua yang direkomendasikan ia beli. Akhirnya karena terlalu terdiversifikasi kinerja portofolio Bagas tidak maksimal. Ia juga cenderung menjual sahamnya terlalu cepat lalu beli saham lain.

Tips Agar Tidak Insecure Investasi Saham

Di awal bulan Januari 2021 Bagas mengikuti seminar saham. Ia bertekad untuk mulai belajar lagi dari awal. Tak disangka di seminar Bagas bertemu dengan Siska yang sama-sama duduk sebagai partisipan. “Siska bukannya sudah cuan besar dari ANTM kenapa masih ikut seminar” pikir Bagas.

Ternyata setelah ngobrol, screenshot cuan yang ditunjukkan Siska adalah keberuntungan semata. Dari 10 sahamnya, hanya tiga yang berhasil naik banyak ternyata. Begitulah sosial media, kadang yang ditampilkan hanya yang bagus-bagusnya saja.

Nah, biar kamu nggak melulu insecure tips di bawah ini bisa kamu ikuti;

  • Kenali perusahaan yang sahamnya dibeli, minimal tahu bisnis apa.
  • Ketahui dengan pasti apa alasan belinya dengan memastikan dulu mau investasi saham atau mau trading.
  • Jika kamu memutuskan untuk investasi saham , tentukan dulu apa yang mau dikejar; dividen kah atau capital gain, atau dua-duanya? Kalau sudah niat mau simpan jangka panjang, jangan dijual kalau sahamnya turun selama fundamental masih tetap on track.
  • Kalau mau trading, ketika arah sahamnya melenceng jangan lantas disimpan dan jadi investor dadakan. Segera cutloss dan move on ke saham yang lain.
  • Belajar dan kuasai setidaknya salah satu analisis. Bisa analisis teknikal, fundamental, tape reading, bandarmologi, BVBK, astrofinansial, apa saja.
  • Setelah itu percaya diri saja dengan analisis yang sudah dibuat. Kurangi intervensi orang lain ketika masih dalam tahap belajar. Fokus pada peningkatan skill diri sendiri.
  • Ketika sudah beli disiplin pada rencana trading semula. Ketika harus lepas ya lepas, ketika harus hold ya hold saja.
  • Jika mau trading, pahami sentimen masing-masing saham. Misalnya jika kamu mengoleksi saham rokok, maka kamu harus pantau berita seputar cukai yang akan pengaruhi laba bersih emiten rokok. Kalau kamu koleksi saham batubara, jangan sampai kelewatan informasi tentang harga acuan komoditas batubara. Jadwal manggung masing-masing saham akan tergantung kepada sentimen yang keluar.

Selain itu ada beberapa hal yang mesti kamu hindari supaya kamu tidak lagi insecure:

  • Hindari membeli karena ikut-ikutan. Percayalah ketika kamu hanya ikut-ikutan, situasi yang akan terjadi adalah seperti ini; orang yang kamu jadikan acuan biasanya ketika beli akan ajak-ajak, ketika jual maka dia akan sudah exit lebih dulu dari orang lain. Itu sungguh sangat umum terjadi di pasar modal.
  • Hindari punya terlalu banyak saham. Ketika kamu mau trading, batasi maksimal 10 atau 15 saham saja untuk meminimalisir tingkat stres. Memantau banyak saham bisa membuatmu kewalahan.
  • Hindari membandingkan diri dengan orang lain.

Artikel Terkait