Saham

Faktor Penyebab Harga Saham Turun, Investor Wajib Tahu

Ajaib.co.id – Selain keuntungan yang didapat, tidak dipungkiri bahwa investasi saham juga mempunyai risiko mengalami penurunan. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab harga saham turun.

Harga saham dipengaruhi oleh perkembangan internal dan eksternal. Kondisi internal berasal dari kondisi fundamental perusahaan itu sendiri. Sedangkan kondisi eksternal dapat dipengaruhi oleh perkembangan industri, perekonomian suatu negara, kebijakan pemerintah, hingga kondisi global.

Faktor yang Menjadi Penyebab Harga Saham Turun

Umumnya, faktor-faktor berikut ini yang menjadi penyebab harga saham turun.

1. Fundamental Lemah

Faktor fundamental perusahaan dan bisnis yang lemah, seperti pendapatan dan margin keuntungan yang jatuh, biasanya menjadi penyebab harga saham turun.

Pendapatan yang menurun dapat disebabkan beberapa faktor, seperti kehilangan pelanggan utama karena pesaing, produk usang dan masalah saluran distribusi.

Margin keuntungan menurun karena penurunan pendapatan, kenaikan biaya atau kombinasi keduanya. Jatuhnya pendapatan dan margin juga menyebabkan masalah arus kas, yang mungkin menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan perusahaan itu untuk membiayai pertumbuhan dan membayar utang.

2. Proyeksi Perusahaan di Masa Depan

Perkiraan performa/kinerja perusahaan juga jadi salah satu hal yang memengaruhi fluktuasi harga saham. Di mana, performa perusahaan dijadikan acuan bagi para investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham perusahaan.

Ada beberapa faktor yang paling menjadi sorotan seperti tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaann.

Di mana, perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang bagus. Praktiknya, DPR akan berdampak pada harga saham. Selain itu, EPS juga turut andil terhadap perubahan harga saham, dan EPS yang tinggi mendorong investor untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham makin tinggi.

Tingkat rasio utang dan PBV juga mampu memberikan efek signifikan terhadap harga saham. Perusahaan dengan tingkat rasio utang yang tinggi biasanya perusahaan yang sedang berkembang dan sedang gencar mencari pendanaan dari para investor.

Meskipun begitu, perusahaan seperti ini biasanya diminati banyak investor. Sebab jika hasil analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high return) karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.

3. Volatilitas Pasar

Volatilitas pasar saham sering menjadi penyebab harga saham turun, bahkan untuk perusahaan dengan fundamental bisnis yang kuat sekalipun. Penurunan pasar bisa disebabkan oleh beberapa alasan: perubahan ekonomi, aksi ambil untung setelah aksi unjuk rasa yang kuat, dan peristiwa geopolitik.

Sebagai contoh, pasar menganggap prospek kenaikan suku bunga perbankan negatif karena suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan biaya operasi yang lebih tinggi, margin yang lebih rendah, dan kelemahan ekonomi secara keseluruhan.

Seluruh sektor industri mungkin mengalami penurunan harga saham, bahkan jika hanya satu perusahaan di sektor ini yang mengisyaratkan melemahnya fundamental. Sebagai contoh, investor mungkin akan meninggalkan semua saham teknologi jika perusahaan teknologi besar melaporkan laba yang lebih rendah dari perkiraan.

Demikian pula, kelemahan ekonomi di Amerika, Asia atau Eropa dapat memengaruhi harga saham di mana-mana, seperti halnya perselisihan sipil dan insiden teroris di wilayah-wilayah yang memiliki kepentingan ekonomi global, seperti Timur Tengah.

4. Restrukturisasi

Tindakan restrukturisasi perusahaan dapat menekan harga saham. Sebagai contoh, harga saham perusahaan yang terlibat dalam akuisisi atau merger besar bisa turun karena kekhawatiran investor terhadap dilusi saham dan kesulitan dalam mengintegrasikan budaya kedua perusahaan.

Harga saham juga bisa turun jika merger yang dikabarkan atau diumumkan tidak terjadi karena perusahaan gagal mendapatkan persetujuan pemegang saham atau peraturan.

Perusahaan yang mengurangi operasi, memberhentikan karyawan, dan menjual aset juga dapat menyebabkan harga saham menderita, setidaknya dalam jangka pendek, karena kelemahan keuangan yang dirasakan dan ketidakpastian operasional. Pergantian manajemen senior dan opini analis negatif juga dapat menjadi penyebab harga saham turun.

5. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah juga dapat memengaruhi harga saham meskipun kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi. Banyak contoh dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.

Pemain saham tipe trader biasanya sangat peka terhadap isu sensitif seperti ini, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan spekulasi dalam aksi ambil untung trading harian.

6. Rumor dan Sentimen Pasar

Pasar saham ini sangat rawan akan info-info manipulatif atau manipulasi pasar, berita ataupun rumor. Sekadar isu saja yang entah darimana sumbernya bisa saja berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan harga saham. Misalnya, seorang CEO atau direksi perusahaan tertentu membuat pernyataan yang negatif. Secara otomatis, harga saham perusahaan yang bersangkutan akan dapat terkoreksi negatif secara tiba-tiba.

Oleh karena itu, para analis sering kali menjadikan faktor ini menjadi pertimbangan tertentu sebelum memutuskan untuk membeli saham atau menjual saham tersebut.

Mungkin untuk kasus ini tidak mudah diketahui para investor pemula saat mereka tidak jeli dalam memerhatikan informasi internal yang berasal dari perusahaan.

7. Panic Attack

Berita seputar politik dan ekonomi bisa membuat resah investor yang menyebabkan para investor ramai-ramai menjual sahamnya. Hal ini tentu berdampak pada harga saham ikut merosot.

Biasanya hal ini terjadi pada investor pemula yang dibenaknya hanya takut, cemas, khawatir, harga makin jatuh lebih parah, sehingga dengan emosi langsung menjualnya. Padahal bisa saja, saham emiten yang dilego memiliki fundamental yang bagus dan prospek cerah sehingga harga sahamnya bisa bangkit kembali ketika situasi stabil.

8. Munculnya Bandar Saham

Bandar saham yang dimaksud adalah investor yang memiliki modal besar untuk bermain saham. Biasanya mereka dari kalangan korporat atau kaum borjuis yang sengaja memanfaatkan media untuk menguntungkan dirinya sendiri. 

Aksi bandar saham dalam memanipulasi pasar biasanya tidak bertahan lama. Namun, cukup membuat investor shocked hingga akhirnya menjual saham karena panik. Hal ini akan berakibat harga saham turun karena adanya tekanan jual.

9. Aksi korporasi perusahaan

Aksi korporasi di sini adalah segala bentuk kebijakan yang ditetapkan manajemen perusahaan. Umumnya berupa, pelepasan saham atau divestasi, akuisisi, penggabungan atau merger, pembagian dividen, pemecahan saham atau stock split, dan right issue.

Ketika emiten mengumumkan atau menerapkan aksi korporasi, pasti akan langsung mempengaruhi harga sahamnya. Itulah mengapa investor harus sering mengecek keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, kamu juga bisa langsung mengunjungi situs resmi perusahaan tersebut agar kamu dapat segera mengambil tindakan selanjutnya, seperti jual, beli, atau hold saham.

Cara Menghadapi Harga Saham Turun

Nah, bagi kamu yang melihat portofolio sahammu turun, jangan panik, di bawah ini adalah beberapa cara menghadapi harga saham turun yang perlu kamu lakukan.

1. Lihat riwayat harga saham

Sejarah akan terulang, kalimat ini sangat cocok berlaku ketika kamu investasi saham. Artinya, grafik pergerakan harga saham yang dulu akan terulang kembali di masa mendatang. Ketika harga saham mengalami penurunan, jangan buru-buru menjualnya karena ada kemungkinan harganya naik. Apalagi jika secara historis harga saham pernah berada di pucuk. 

Misalnya dalam 6 bulan terakhir, titik resistance harga saham ABCD Rp2.000 dan sekarang turun menjadi Rp1.600 mendekati titik support di Rp1.500. Sebelum harganya menyentuh titik support, peluang untuk pump atau naik sangat besar. Jika berhasil di atas harga resisten, pergerakan harganya akan terus naik di mana sahamnya akan membentuk resisten baru.  

2. Fokus pada saham fundamental baik

Penurunan harga saham bukanlah akhir dari segalanya. Jika kamu jeli, peristiwa ini menjadi kesempatan emas untuk menabung keuntungan di masa mendatang.  Kamu bisa membeli saham yang harganya sedang turun. Untuk mengetahui saham apa saja yang memiliki fundamental kuat, kamu bisa cek di situs resmi IDX atau Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Ingat tujuan jangka panjang

Seseorang memutuskan investasi karena memiliki tujuan yang jelas, biasanya dalam jangka panjang. Misalnya untuk dana pendidikan anak, membangun rumah, jalan-jalan, atau persiapan pensiun. Jika harga saham turun drastis, sebaiknya sikapi dengan tenang. 

Meski penurunan membuatmu rugi, ingatlah selagi waktu pencapaian tujuan keuangan masih panjang, sebaiknya tahan atau biarkan. Nanti juga akan rebound lagi pada waktunya.

Lebih baik monitor harga saham dan sering membaca isu yang berhubungan dengan sektor saham yang dibeli. Dari sini, kamu bisa membangun strategi investasi terbaik sebelum akhirnya take profit.

4. Hindari panic selling

Panic selling merupakan aktivitas menjual sebagian atau seluruh saham akibat penurunan harga untuk mencegah kerugian jumlah besar. Padahal jika dikaji lagi, panic selling bukannya mencegah kerugian, melainkan menambah kerugian. Jika seandainya kamu bisa tenang menghadapi penurunan, tidak akan ada namanya penjualan besar-besaran.

Kamu tidak akan rela jika menjual saham di bawah harga beli hanya karena penurunan yang tidak seberapa. Sebaiknya tinjau kembali harganya di masa lalu, kemudian hubungkan kondisi ekonomi saat ini untuk mencegah pengambilan keputusan yang salah.

5. Mengambil langkah cut loss

Cut loss adalah memotong kerugian. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), cut loss artinya upaya untuk menghindari kerugian lebih besar dengan cara menjual saham di harga yang lebih rendah dari harga beli. Bagi trader saham, cut loss dilakukan ketika harga saham yang kamu pegang turun terus.

Sedangkan bagi investor, cut loss dapat dijalankan bila terjadi perubahan kinerja fundamental perusahaan.

6. Alokasikan banyak dana 

Jika kamu masih punya modal, kamu bisa menambah saham kembali dan menjualnya ketika harga sudah baik nanti. Sehingga, keuntungan yang diperoleh bisa berlipat ganda.  Misalnya, saat ini kamu membeli saham A yang harganya sedang turun di level Rp99 sebanyak 100 lot. Dalam satu bulan kemudian, harganya naik menjadi Rp130. Jika dijual semuanya, kamu bisa untung Rp310 ribu. 

Bermain saham di pasar modal adalah hal yang praktis dan dapat dilakukan semua orang, bahkan bagi investor saham pemula sekalipun. Kamu hanya perlu membuka rekening sekuritas di bank tertentu, kemudian memasukkan modal sesuai dengan anggaran yang kamu milki.

Tapi tidak selamanya saham yang kamu beli menguntungkan, kamu juga harus tahu ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab harga saham naik ataupun turun. Kamu harus belajar tentang faktor-faktor tesbut untuk mengurangi risiko kerugian lebih kecil.

Artikel Terkait