Saham

Investasi Saham 2020: Tambah Modal atau Diversifikasi?

investasi saham 2020

Ajaib.co.id – Kondisi dunia investasi saham 2020 kalang kabut dihantam sentimen negatif Virus Corona. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menurun selama penyemabaran pandemi ini. Akibatnya harga berbagai saham termasuk saham blue chip ambles ke catatan rekor yang belum pernah ada sebelumnya.

Beberapa waktu lalu, viral sebuah foto yang menggambarkan para pelaku pasar modal menangis karena harga emiten yang dimilikinya rontok. Foto ini saha sudah bisa menjadi salah satu gambaran tepat soal buruknya kondisi pasar modal belakangan ini.

Para pemilik rekening saham mengalami kerugian karena asetnya mengalami penurunan nilai. Saham yang awalnya dibeli untuk berinvestasi malah mendatangkan kerugian. Kondisi bukan hanya berlaku di Indonesia saja namun di seluruh dunia.

Jika sudah demikian, apakah langkah yang tepat untuk investasi saham 2020? Apakah saatnya menarik seluruh dana yang ditanamkan atau bisa tetap optimis akan peluang pasar modal selama sisa tahun 2020 ini?

Dihajar Pandemi, Apa Langkah Tepat Investasi Saham 2020?

Investasi saham memang penuh risiko. Fluktuasi harga bisa terjadi kapan saja dan dengan tingkat berapa saja. Karena inilah calon investor yang ingin terjun dalam bursa saham wajib membekali diri dengan teknik yang memadai.

Meskipun menawarakan keuntungan yang menggiurkan, saham juga bisa membuat investornya merugi seketika. Karena itu banyak saran yang menyebutkan jika investasi saham bagi pemula hanya cocok sebagai investasi jangka panjang. Sedangkan trading saham harian meskipun menawarkan cuan yang fantastis sagat berisiko dilakukan.

Sayangnya tahun 2020 menandakan iklim yang tidak kondusif bagi investor pasar saham. Sentimen negatif akibat penyebaran Virus Corona secara global menyebabkan berbagai pasar modal di dunia ikut ambruk. Selain itu, menurunnya aktivitas ekonomi juga membuat kinerja keuangan berbagai perusahaan ikut turun.

Dikutip dari CNBC Indonesia, wabah virus corona membuat pasar saham berjatuhan dan menurunkan valuasi perusahaan, termasuk di bursa Wall Street (baik di New York Stock Exchange maupun Bursa Nasdaq). Indeks acuan S&P 500 ambles lebih dari 35% dari rekor tertingginya pada 19 Februari ke level terendah yang dicapai pada 23 Maret lalu.

Sedangkan menurut laporan Katadata.co.id, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami nasib buruk. Kumpulan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berada pada level 4.716 dan telah turun 25% sejak awal tahun. Kali terakhir IHSG memasuki zona 4.000 adalah tahun 2016.

Sejak jatuh akibat krisis virus corona, IHSG sempat mencapai titik terendahnya pada 24 Maret 2020. Saat itu, IHSG ditutup pada level 3.937 atau turun 37% dari perdagangan awal tahun. Untuk kali pertama IHSG melewati level psikologis 4.000 dan merupakan angka yang sama pada Agustus 2013.

Sebenarnya tren ini sendiri tidak sekedar terjadi pada investasi saham 2020. Hal itu terlihat pada penutupan pasar modal pada akhir 2019. IHSG berada pada level 6.299,54 (30/12/2019). Sebenarnya level tersebut menunjukkan kenaikan dibanding tahun sebelumnya. IHSG tumbuh 1,persen year-to-date (ytd), yaitu pada level 6.194,5.

Republika.co.id (31/12/2019) melaporkan dari data RTI Infokom bahwa kinerja IHSG pada 2019 tidak begitu mengagumkan. Bahkan IHSG pernah berada di level terendahnya di 5.767,4 dan level tertinggi di 6.636,33. Di pertengahan tahun, IHSG terkoreksi 0,84 persen. Meski demikian IHSG naik 5,82 persen sebulan jelang penutupan. Dan pembelian asing (net foreign buy) mencatatkan Rp44,63 triliun.

Di sisi lain, kinerja IHSG masih lebih baik dari negara tetangga Asia tenggara lainnya. Indeks Thailand naik tipis 1,02 persen, indeks Malaysia anjlok 5,3 persen, dan indeks Laos turun tajam sebesar 13 persen. Indeks yang tumbuh selain IHSG adalah indeks Filipina nai 4,68 persen, indeks Singapura terkerek 5,2 persen, dan indeks Vietnam melaju 7,55 persen.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengatakan pergerakan IHSG tidak seperti yang ia harapkan. Namun ia mengapresiasi kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) dan lembaga pendukung pasar modal. Sepanjang 2019, lanjut Sri Mulyani, pelaku ekonomi menghadapi tahun terberat. Hal tersebut dikarenakan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Akibatnya pasar modal Indonesia terpengaruh dan pertumbuhannya pun tipis.

Minimnya pertumbuhan kemudian diperparah dengan adanya Corona dan penyebarannya yang belum juga berhasil ditekan. Tren investasi saham 2020 lalu ikut suram diikuti dengan penurunan harga minyak yang ikut anlok akibat minimnya permintaan. Sejumlah lembaga sebenarnya sudah melakukan langkah adaptasi seperti penurunan suku bunga namun hasilnya belum begitu menggembirakan.

Investasi Saham 2020: Tambah Modal atau Diversifikasi?

Apa keputusanmu untuk memaksimalkan investasi saham 2020? Tambah modal atau diversifikasi investasi? Pada dasarnya, keputusan tersebut ada di tanganmu. Namun tak ada salahnya, mencari tahu kondisi bursa saham saat ini.

Investor.id pada (04/01/2020) menganalisis bahwa pertumbuhan ekonomi dalam negeri memperlihatkan nilai positif. Tentu saja hal itu akan terlihat di bursa saham. Karena keberadaan investor asing yang menanamkan modal di Indonesia. Bahkan IHSG diperkirakan tumbuh sekitar 10-12 persen pada tahun ini.

Namun prediksi tersebut agaknya akan susah diwujudkan dengan kondisi investasi saham 2020 sekarang. Meski demikian, investor yang cerdas tentu saja tahu caranya memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan keuntungannya. Karena itu, ada sejumlah langkah yang bisa kamu lakukan merespon kondisi investasi saham 2020 ini.

Beberapa investor memanfaatkan turunnya saham ini untuk beli saham lebih banyak karena harganya terjangkau. Dibandingkan kondisi biasanya, tentu saja biaya yang harus dikeluarkan lebih sedikit. Ada sejumlah pebisnis yang diketahui sudah melakukan ini.

Saham yang dipilih tentu saja yang memiliki fundamental kokoh agar kinerjanya kembali pulih usai kondisi membaik nantinya. Sektor perbankan dan konsumsi menjadi salah satu yang dipercaya akan cepat pulih. Sejumlah perusahaan sekuritas juga memberikan prediksi yang serupa dan menyarankan investor saham untuk jeli melakukan pembelian.

Dalam memaksimalkan investasi saham 2020, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan.

  • Mereview investasi. Lakukanlah review investasimu. Apakah investasi saham sudah menghasilkan? Berapa persen? Apakah imbal hasil seperti yang diharapkan? Atau justru sebaliknya, kamu terjebak saham nyangkut.

Soal saham nyangkut, kamu bisa menahannya. Karena investasi saham itu jangka panjang. Tetapi jika tidak ingin menghindari kerugian, kamu bisa menjualnya sebagian dan lihat pergerakan harga selanjutnya.

  • Menambah investasi. Jika investasi sudah memberikan hasil, kamu bisa membeli saham lain dengan fundamental yang kokoh atau jika harga saham kemungkinan masih bisa terkerek, beli lagi.

Namun yang juga perlu mempertimbangkan jika membeli saham lagi. Apakah saham yang baru kira-kira bisa menjadi “tameng” saham lama? Jika seandainya saham lama anjlok. Apakah saham tersebut akan memberikan imbal hasil dua kali lipat? Bagaimana kalau keduanya tidak menunjukkan pergerakan positif?

  • Diversifikasi investasi. Kalau kamu mempertimbangkan hal di atas, cobalah untuk melakukan diversifikasi investasi. Sebarkan modalmu ke produk investasi lain.

Cari tahu produk yang memiliki performa bagus saat ini. Jika kamu sudah punya saham, pertimbangkan untuk memiliki reksa dana pendapatan tetap dan logam mulia. Pasalnya, tahun lalu (dan kemungkinan tahun ini) reksa dana pendapatan tetap menunjukkan kinerja positif.

Investor.id (08/01/2020) melaporkan pertumbuhan pendapatan tetap sekitar 10-30 persen. Sedangkan reksa dana saham minus hingga 10-80 persen. Informasi reksa dana lebih lengkap bisa diakses melalui Ajaib. Ajaib merupakan aplikasi penyediak produk reksa dana yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga transaksimu dijamin aman.

Begitu pula dengan logam mulia atau emas. Tamasia.co.id (03/01/2020) mengatakan emas menunjukkan kenaikan 18,26 persen pada tahun lalu. Hal tersebut dipengaruhi, salah satunya perang dagang AS dan Tiongkok. Kemungkinan besar harga emas masih bisa naik lagi di 2020.

Jangan terburu-buru. Ingin hasil maksimal sah-sah saja. Membaca rekomendasi investasi dan berbagi cerita dengan sesama investor juga tak masalah. Tetapi jangan terburu-buru atau terbawa emosi dalam berinvestasi karena terpengaruh. Sebelum menanamkan uangmu, gali informasi sedetail mungkin. Sesuaikan jenis investasi dengan tujuan dan kemampuan.

Prediksi Awal Untuk Pasar Saham 2020

Awalnya, tahun 2020 diprediksi akan mengerek sektor properti dan tambang. Mengutip dari Bisnis.com (24/01/2020), Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, memperkirakan investor akan menanamkan uangnya ke instrumen yang menjanjikan. Mereka akan berinvestasi di properti, baik membeli rumah (tanah atau bangunan lain) atau saham sektor properti.

Untuk saham sektor properti, ia merekomendasikan antara lain saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Sedangkan rekomendasi saham sektor pertambangan, yaitu PT Antam Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Faktanya, Katadata.go.id menilai jika properti dan pertanian merupakan dua sektor yang mengalami penurunan terdalam. Keadaan pandemi saat ini hanya memperparah kondisi yang sudah tidak menguntungkan sebelumnya.

Oversupply yang terjadi di sektor properti, dan anjloknya harga komoditas pertanian menjadi sentimen negatif utama untuk kedua sektor ini. Selain berakhirnya pandemi, sentimen fundamental di atas masih sangat berpengaruh untuk sektor tersebut. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan jika kondisi investasi saham 2020 akan segera membaik.

Pasalnya, IHSG tercatata sudah melakukan rebound beberapa waktu belakangan. Selain itu, pasar modal di Indonesia juga bukan menjadi yang terburuk akibat sentimen negatif Corona ini. Rasanya investasi saham 2020 masih layak untuk diperhitungkan. Hanya saja, kamu harus jeli melihat peluang investasi lain.

Bacaan menarik lainnya:

Jogiyanto. (2009). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait