Asuransi & BPJS

Fakta Menarik Asuransi Bumiputera yang Alami Kebangkrutan

asuransi bumiputera

Ajaib.co.id – Kabar Asuransi Bumiputera mengalami kebangrutan serta fakta-fakta menarik dari perjalanan perusahaan asuransi jiwa tersebut bisa kamu simak di sini.

Jenis-jenis asuransi yang saat ini ditawarkan kepada masyarakat luas memiliki tingkat kebutuhannya masing-masing. Sebut saja asuransi kesehatan, jiwa, properti, dan lain sebagainya. Jenis asuransi tersebut memang paling banyak digunakan di masyarakat saat ini, terutama untuk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Salah satunya dikarenakan biaya pengobatan yang kian hari kian mahal saja sehingga masyarakat memerlukan proteksi diri tambahan selain BPJS.

Dari banyaknya perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia hingga saat ini, tahukah kamu perusahaan asuransi jiwa mana yang pertama kali beroperasi di Indonesia? Tentu saja, hal ini menimbulkan rasa penasaran di masyarakat terkait eksistensi atau sejarah perusahaan asuransi jiwa tersebut. Perusahaan asuransi jiwa pertama yang beroperasi di Indonesia adalah Asuransi Bumiputera.

Nah tak perlu basa-basi lagi langsung saja yuk kita simak artikel berikut mengenai fakta-fakta menarik dari perusahaan Asuransi Bumiputera di saat masa jayanya dahulu hingga dikabarkan mengalami kebankrutan.

Asuransi Bumiputera, Asuransi Jiwa Pertama di Indonesia

Asuransi Bumiputera kini sudah berusia lebih dari satu abad lamanya, perusahaan asuransi jiwa asal Indonesia ini sudah berdiri sejak 1912. Jika kita mengenang momen pada tahun tersebut berarti Asuransi Bumiputera sudah ada dan eksis saat pemerintah kolonial Hindia Belanda. Bahkan kala itu, negara Indonesia belum merdeka dari penjajahan.

Kala itu, nama perusahaan asuransi jiwa ini disebut “Onderlinger Levensverzeking Maatschappij PGHB (OLMIJ.PGHB). Dan, pada tahun 1966 nama tersebut barulah berubah menjadi AJB Bumiputera 1912 hingga saat ini.

Magelang menjadi Kota di Indonesia dari Lahirnya Asuransi Jiwa Nasional pertama

Perusahaan Asuransi Bumiputera pertama kali mendirikan kantornya di Magelang, Jawa Tengah. Kala itu, pendiri Asuransi Bumiputera, yaitu berjumlah tiga orang, yaitu Ngabehi Dwidjowojo, Karto Hadi Karto Soebroto, dan Adimidjojo.

Itulah tiga nama pendiri perusahaan Asuransi Bumiputera, yang menjadi tonggak sejarah dari berdirinya perusahaan asuransi jiwa nasional pertama di Indonesia. Fakta menariknya, ketiga pendiri perusahaan tersebut merupakan seorang guru.

Perusahaan ini pertama kali didirikan dalam bentuk usaha bersama pada 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Tengah dengan modal dasar dari perusahaan asuransi jiwa ini berasal dari premi angsuran asuransi yang dibayarkan oleh masing-masing anggota sesuai tingkat kebutuhannya.

Mengalami Kinerja Keuangan Negatif Sejak 2018

Sejak 2018, kinerja keuangan AJB 1912 memang terus berada dalam zona negatif hingga Rp 20 triliun, bahkan masih banyak nasabah atau pemegang polis Bumiputera yang belum dibayarkan klaimnya.

Dikutip dari Tribunnews.com, bukan hanya kinerja keuangan negatif melainkan hingga akhir Januari 2018 saja, pihak AJB Bumiputera belum membayarkan klaim nasabah mencapai Rp 2,7 triliun dan sebanyak 19 ribu nasabah di Jawa Barat dilaporkan belum mendapatkan pembayaran klaim mereka.

Walaupun demikian, klarifikasi terkait Rp 20 triliun sebagai keuangan negatif tidaklah sepenuhnya benar melainkan jumlah ini merupakan total dari pembayaran yang harus dibayarkan baik sudah atau belum jatuh tempo oleh perusahaan AJB Bumiputera dibandingkan dengan total nilai aset, menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso.

Nasabah Harap-Harap Cemas Klaimnya Tidak Dibayarkan

Penurunan kinerja keuangan dan masalah internal lainnya seperti kekosongan kursi direksi AJB Bumiputera hingga berbulan-bulan membuat arah perusahaan asuransi jiwa ini tidak jelas mau kemana. Apalagi, diperparah dengan banyak klaim nasabah yang belum dibayarkan di sejumlah daerah di Indonesia. Premi yang dibayarkan oleh nasabah belum menutupi biaya klaim yang harus dibayarkan.

Biaya premi yang diterima oleh perusahaan hanya mampu untuk membiayai operasional perusahaan saja seperti gaji karyawan dan lain sebagainya.

Ketua Umum Serikat Pekerja Niaga Bank dan Asuransi Bumiputera, Rizky Yudha pratama menyampaikan bahwa nasib 4 juta nasabah yang tersebar di seluruh tanah air itu sedang terkatung-katung. Bukan seluruhnya tidak terbayar klaimnua, namun dia tahun belakangan ini sedang terombang-ambing. Di mana, ada sebagian nasabah yang klaimnya tidak terbayar ejak 2018 hingga Juli 2020.

Menurut Rizky yang dikutip dari CNBCIndonesia.com, pada akhir 2019 sudah ada pembayaran klaim kepada nasabah sebanyak Rp3 triliun. Namun, akhir-akhir ini menjadi tersendat kembali akibat terjadinya pandemi virus corona.

Perwakilan Serikat Pekerja juga bergerak cepat melakukan audiensi dengan Komisi XI DPR yang bertujuan untuk menyuarakan 3 (tiga) hal utama, yaitu meminta agar Komisi XI DPR sebagai mitra Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan advokasi dengan manajemen AJB Bumiputera.

Ia juga meminta agar nasib karyawan Bumiputera diperhatikan, karena selama ini banyak agen penjual supervisor di lapangan yang menjadi korban, bahkan mendapat intimidasi hingga kekerasan.

Selain itu, Dirman Pardosi sebagai mantan Direktur Utama AJB Bumiputera juga mengaku bahwa memerlukan waktu satu dekade bagi AJB untuk menyelesaikan klaim nasabah senilai Rp 9,6 triliun. Angka ini, secara rinci terdiri dari total outstanding klaim di 2019 dan potensi klaim jatuh tempo di 2020 senilai Rp5,4 triliun.

Bukan hanya itu, Dirman juga menyampaikan bahwa di bawah kepemimpinannya saat itu, ia pernah berupaya menyelesaikan klaim tersebut di tengah tantangan kondisi likuiditas yang diakuinya sedang ada masalah. Penyelesaian itu berupa pengajuan proposal kesehatan kepada OJK.

Demikianlah fakta-fakta menarik seputar perusahaan asuransi yang pada akhir-akhir ini sangat hangat dibicarakan oleh publik tanah air. Patut ditunggu, perihal eksistensi perusahaan asuransi jiwa yang sudah berumur lebih dari seabad ini dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sedang terjadi di internal perusahaan.

Artikel Terkait