
Kurva Phillips merupakan konsep ekonomi yang menggambarkan hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek. Fenomena ini menarik untuk diamati di Indonesia saat ini, di mana tingkat pengangguran turun menjadi 4,91 persen pada kuartal III 2024, sementara inflasi tahunan justru menurun tajam ke 0,76 persen pada Januari 2025.
Secara teori, Kurva Phillips menyatakan bahwa saat pengangguran rendah, inflasi cenderung meningkat karena tekanan permintaan terhadap upah dan harga. Namun, data terbaru justru menunjukkan bahwa inflasi bisa melambat meskipun jumlah pengangguran turun. Apakah ini berarti teori Kurva Phillips tidak lagi relevan?
Apa Itu Kurva Phillips?
Kurva Phillips adalah teori yang dikembangkan oleh ekonom asal Selandia Baru, A.W. Phillips, pada tahun 1958. Ia menganalisis data ekonomi Inggris selama hampir 100 tahun dan menemukan pola bahwa tingkat pengangguran yang rendah cenderung diikuti oleh pertumbuhan upah yang lebih cepat, yang pada akhirnya memicu inflasi.
Ekonom seperti Paul Samuelson dan Robert Solow memperluas konsep ini ke hubungan antara inflasi harga dan pengangguran. Dalam jangka pendek, pemerintah dihadapkan pada dilema: menurunkan pengangguran dengan risiko inflasi, atau menjaga inflasi tetap rendah dengan risiko pengangguran meningkat.
Mengapa Kurva Phillips Bisa Bergeser?
Teori Kurva Phillips tidak bersifat absolut. Dalam praktiknya, hubungan antara inflasi dan pengangguran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang bisa menggeser kurva tersebut. Berikut beberapa penyebab utama pergeserannya:
1. Ekspektasi Inflasi
Ketika pekerja dan pelaku usaha memprediksi inflasi tinggi, mereka menaikkan tuntutan upah dan harga. Ini menciptakan inflasi tambahan meski pengangguran tidak menurun—menggeser Kurva Phillips ke atas.
2. Kebijakan Moneter
Penurunan suku bunga mendorong belanja dan investasi, yang bisa menurunkan pengangguran tetapi memicu inflasi. Dalam jangka panjang, ekspektasi inflasi bisa mengubah arah kurva.
3. Kebijakan Fiskal
Stimulus fiskal seperti pemotongan pajak dapat menekan pengangguran. Tapi jika daya beli meningkat melebihi kapasitas produksi, inflasi pun naik dan kurva bergeser.
4. Produktivitas Tenaga Kerja
Jika produktivitas naik, upah bisa meningkat tanpa mendorong inflasi. Hal ini menekan Kurva Phillips ke bawah. Sebaliknya, stagnasi produktivitas bisa membuat kurva naik.
5. Guncangan Ekonomi
Krisis energi, konflik global, atau pandemi bisa menyebabkan stagflasi—yaitu inflasi tinggi disertai pengangguran tinggi—yang melemahkan hubungan Kurva Phillips tradisional.
6. Globalisasi dan Persaingan Pasar
Dengan produksi global yang tersebar, inflasi bisa ditekan walau pengangguran menurun. Persaingan internasional membuat Kurva Phillips lebih datar atau bergeser ke bawah.
7. Perubahan Struktural di Pasar Tenaga Kerja
Otomasi dan digitalisasi mengurangi kebutuhan pekerja di sektor tertentu. Jika tenaga kerja tidak cepat beradaptasi, pengangguran struktural akan meningkat dan kurva bergerak naik.
Studi Kasus Indonesia 2024–2025
Penurunan inflasi Indonesia di awal 2025 tampaknya tidak sepenuhnya dijelaskan oleh Kurva Phillips. Meskipun pengangguran menurun, inflasi juga menurun drastis. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik, penurunan harga pangan, dan penguatan nilai tukar, yang menekan harga konsumen.
Ini membuktikan bahwa Kurva Phillips bersifat dinamis dan kontekstual. Di negara berkembang seperti Indonesia, pengaruh fiskal dan subsidi pemerintah bisa lebih kuat daripada dinamika pasar tenaga kerja.
Kesimpulan
Kurva Phillips tetap relevan untuk memahami interaksi antara inflasi dan pengangguran, tetapi tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan dalam menyusun kebijakan ekonomi. Pergeseran kurva sering terjadi akibat ekspektasi inflasi, kebijakan makro, guncangan eksternal, hingga perubahan struktural di pasar tenaga kerja.
Dalam konteks Indonesia 2025, kombinasi kebijakan pemerintah dan kondisi global memengaruhi arah hubungan ini. Oleh karena itu, pendekatan kebijakan yang fleksibel dan berbasis data sangat penting agar stabilitas harga dan ketenagakerjaan bisa dijaga secara bersamaan.
Mulai Investasi di Ajaib Sekarang!
Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi bukan? Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan tepercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.
Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksa dana, kripto, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!